Chapter Twenty Five

50 16 0
                                    

💫Layaknya sebuah batu yang akan hancur apabila ditetesi air terus menerus, hati sekeras batu pun akan luluh jika ia dihujani dengan kasih sayang yang tiada henti.💫

※※※

Suasana ruangan bernuansa putih unit kesehatan sekolah berangsur hening, baik Revaldo maupun Soya tak ada yang berniat untuk membuka suara.

'Tutt... Tutt..'

Suara nada dering telepon dari ponsel milik Revaldo memecah keheningan, atensi yang semula terarah pada Soya mulai teralih pada benda yang berada di saku seragamnya, "Soya, aku pergi sebentar, ya," kata Revaldo meminta izin, lalu dibalas oleh anggukan dari soya. Revaldo pun keluar dan mengangkat telepon dari nomor tak dikenal itu.

"Halo, siapa ya ini?" tanya Revaldo.

"Saya bunda soya, kamu Revaldo bukan? Putra dari Jonathan dan Alessia? Kami telah membicarakan perjodohan kalian, dan kami menyetujui antara kamu dengan anak kami Soya Anastasia, sebagai langkah awal, tentu saja bunda ingin mengenal menantu dan calon dari putri kami," ujar bunda soya dari belahan bumi Amerika.

"Jadi... Kami berdua akan dijodohkan?" tanya Revaldo dan ibu soya pun meng-iyakan.

"Terima kasih, saya akan akan menjaga putri anda dengan baik," kata Revaldo senang, bunda Soya pun pamit undur diri kemudian menutup teleponnya.

"Tuhan pun berpihak padaku, bukankah kita memang sudah ditakdirkan? Kau sekarang milikku, Soya Anastasia." Monolog Revaldo.

Ia pun dengan bahagia kembali ke ruang UKS dimana soya dirawat. Soya yang melihat Revaldo seperti kegirangan itu dalam benaknya timbul berbagai pertanyaan.

"Apa yang terjadi Revaldo? Siapa tadi yang menelepon?" tanya soya penasaran.

Revaldo pun menggelengkan kepalanya, "Tidak, tidak ada apa-apa, lo istirahat saja dulu, nanti gue akan kasih tau kalo waktunya udah tepat." kata Revaldo tak menghilangkan senyumnya, Soya berusaha tidak peduli dan lebih memilih untuk beristirahat.

Dalam hati Soya bertanya-tanya sekaligus khawatir, "Bagaimana keadaan Chris sekarang?"

※※※

Luka, tawa, dan tangis berpadu satu dalam irama duka dan lara.

Kedua obsidian Chris membuka secara perlahan, matanya mengerjap beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina.

Semua yang awalnya terlihat blur serta bias titik putih, sekarang terlihat jelas langit-langit putih rumah sakit, aroma obat-obatan menyeruak menelusuri indera penciuman, kedua obsidiannya mendapati tubuhnya yang terbaring penuh perban, ia sedikit menyesal mengapa melihat lukanya, karena hal itu membuatnya merasakan sakit dan perih belum pulih benar.

Diujung ruangan VIP serba putih itu ibu tirinya tertidur lesu, wajah cantiknya menyaratkan akan kelelahan yang amat sangat, ia sangat yakin jika ibu tirinya itu tidak tidur semalaman hanya untuk menungguinya operasi.

Chris ingin beranjak dari posisi berbaring, tetapi baru saja ia mengangkat kepala, rasa pusing hebat seketika mendera, rungu-nya terasa tuli sejenak, lehernya agak keram ketika tergeser sedikit.

Chris benar-benar seperti orang sekarat sekarang. Ah, haruskah ia meminta tolong? Jujur ia haus.

"Sial, kenapa sakit banget, njing!"

Masih sempatnya Chris mengumpat, ibu tiri Chris yang memang telinganya sensitif akan bunyi seketika terbangun seraya menguap dan mengucek kedua mata agar penglihatannya terlihat jelas.

Conquered Her Love [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang