Chapter Six

63 17 0
                                    

💫Seperti sebuah cangkang, ia terlihat cantik dan kuat diluar, namun ketika kau membukanya terdapat dirinya yang asli nan rapuh.💫

※※※

"Aku pulang!" teriak Soya membuka pintu dengan wajah sumringah. Sang Nenek sangat hapal jika Soya datang dengan wajah seperti itu, kemungkinan besar Soya mendapat juara atau ikut serta dalam olimpiade.

"Selamat datang kembali, nak," jawab Nenek, kedua netra birunya pun menelisik ke segala arah seakan mencari sesuatu.

"Nek, dimana ayah dan bunda? Katanya hari ini mereka akan pulang," tanya Soya seraya kembali mengedarkan pandangannya ke penjuru rumah karena tidak melihat sang Ayah serta Bundanya. Nenek pun terdiam.

"Ehmm ... Soya, Sayang. Tadi mereka telpon, katanya mereka tidak jadi datang, ada masalah di kantor. Jadi sementara ini kamu sama nenek saja, ya?" ucap sang Nenek lembut, takut jika ia membuat hati Soya sedih.

Kenapa Bunda dan Ayahnya tidak peduli ketika ia membawa kabar menggembirakan? Soya punya keluarga, orang tua, tetapi ia tidak merasakan kasih sayang dari mereka. Hanya Nenek saja yang Soya dapat.

Kedua orang tua Soya tinggal di California dan bekerja di sana. Kemarin mereka mengatakan kepada Soya jika hari ini mereka akan pulang ke Indonesia hanya demi menemui Soya. Saat itu ia sangat senang. Ada kesempatan dirinya untuk mengatakan kabar bahagia itu kalau Soya terpilih mengikuti Olimpiade.

Namun mendengar penjelasan Neneknya tadi membuat Soya jadi sedikit kecewa.

"Soya, hari ini kamu mau makan apa?" tawar sang nenek kepada cucunya. Membuat lamunan Soya buyar.

"Terserah Nenek saja, Soya akan makan semua yang nenek buat!" jawabnya dengan senyum yang mengembang. Ia tidak ingin wajah sedihnya terlihat oleh Neneknya.

Neneknya mengangguk dan memasakkan sepiring nasi goreng yang tampaknya sangat lezat jika dimakan. "Baiklah, ini dia Soya, spesial buat kamu, nasi goreng spesial buatan Nenek!" kata Nenek seraya terkekeh kecil.

"Terima kasih, Nek!" kata Soya antusias hingga membuat wanita tua yang masih nampak cantik itu tersenyum miris. Soya memakan masakan sang Nenek dengan lahap sampai tak menyisakan satu bulir nasi pun di atas piring.

"Cepat sekali makannya," ledek sang Nenek, Soya tersenyum dan berkata dengan mulut penuh, "Lapar."

Sang nenek hanya bisa tersenyum melihat itu. Setelah selesai makan malam, Soya mencuci semua piring dibantu oleh Nenek, lalu mereka duduk di ruang tamu.

"Nek, Soya punya kabar gembira, nih," ujar Soya yang mulutnya masih penuh dengan camilan yang tersedia di ruang tamu.

"Telan dulu camilannya, Soya," ucap sang nenek menarik hidung mancung Soya pelan. Soya terkekeh kecil, kemudian menghabiskan camilan dalam mulutnya.

"Nek, Soya punya kabar gembira nih," ulangnya lagi.

"Oh, ya? Apa itu?" tanya Nenek penasaran, walau sudah tau jawabannya.

"Nek, Soya diterima masuk team olimpiade!" kata Soya dengan rasa bangga dengan senyum gembira.

"Selamat, ya, cucu Nenek, Nenek bangga sama kamu. Tapi kamu harus ingat satu hal, nak. Kamu harus rajin-rajin belajar agar kamu bisa membuat Ayah dan Bundamu bangga," ucap sang nenek kemudian ia beranjak dari kursinya  dan memeluk Soya dengan erat. Tak lama Soya melepas pelukan mereka dan menatap wajah sang Nenek.

"Nek, apakah nanti aku bisa seperti Bunda?" tanya Soya.

"Kalau Soya belajar dengan rajin, nenek yakin kamu pasti akan bisa menjadi seperti bundamu." jawabnya, Soya tersenyum lebar karena senang dan kembali memeluk sang Nenek.

Conquered Her Love [ON REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang