"Bukankah kau sudah berjanji pada kami untuk menjaganya?"
Jungkook memejamkan matanya beberapa detik setelah mendengar seruan dari ibunya. Lalisa tidak begitu terluka parah, tapi bayinya. Ya, ayah dan ibu Jungkook sudah mengetahui perihal kehamilan Lisa. Dan sudah mengetahui juga tentang,
keguguran yang Lisa alami.Keduanya, baik ibu Jungkook atau pun ayahnya tidak tau siapa yang harus disalahkan atas hal ini. Entah Jungkook, Lisa atau mereka. Di dalam masalah ini semuanya sama sama salah. Tak berpikir kritis mengenai apa saja hal yang kemungkinan terjadi dimasa yang akan datang.
"Lalu siapa nama perempuan itu?"
Semua orang tau bahwa keluarga Jeon tidak pernah melepas mangsanya. Tidak pernah melepaskan orang yang berani macam macam. Maka dari itu dengan takut takut Jungkook mengatakan namanya, nama yang selama ini dia jadikan sasaran.
"Kim Aira"
"Jungkook sebaiknya kau pulang dan bersihkan tubuhmu. Operasi pembersihan janin Lisa setengah jam lagi akan selesai, itu yang di ucapkan dokter barusan. Lihatlah, dari kemarin bajumu kotor dengan noda darah. Sayang, bisakah kau mengantarkan Jungkook?"
Tangan Nyonya Jeon yang sedaritadi mengelus kepala Jungkook kini berpindah ketangan Jungkook
"Percayakan semua pada Tuhan, ibu yakin Lisa akan baik baik saja"
Operasi telah selesai beberapa menit yang lalu. Jungkook melalui koridor rumah sakit dengan tanagn yang gemetar. Hati dan pikiran yang sejalan, merasa bersalah. Nafasnya terburu buru dengan kepala yang ditundukkan. Tidak mau tau dengan sapaan para perawat yang berpapasan dengannya. Terlalu dalam bergelut dengan pikirannya, Jungkook tak sadar bahwa kini kakinya sudah berada di depan kamar Lisa.
Menghembungkan nafas berat sambil memejamkan matanya kuat kuat. Menahan air mata yang sudah mendesak ingin keluar. Akhirnya Jungkook memberanikan diri untuk mendorong pintu tersebut. Pemandangan paling indah sekaligus menyedihkan bagi Jungkook. Lisa terduduk di atas kasur sambil bersandar pada bantal yang disediakan. Matanya kosong terarah menghadap jendela. Tak berkedip sama sekali. Tak terusik dengan Jungkook yang sudah masuk dan duduk di kursi sebelah tempat tidurnya. Cantik dan menawan. Atau mungkin lebih dari kata itu. Lalisa, dengan sinar matahari senja berwarna jingga yang menyinari wajahnya. Namun sekali lagi amat disayangkan. Tidak ada wajah kehidupan yang dicerminkan dari wajah Lisa. Wajahnya pucat tanpa ekspresi. Sampai Jungkook menggenggam tangan Lisa dan menangis.
"Maafkan aku Lisa, aku benar benar minta maaf"
Wajah Jungkook tertunduk. Tangan Lisa kini mulai membasah bahkan bersama matanya dan pipinya. Keduanya menangis. Tapii satu hal yang menarik. Perbedaan. Jungkook yang masih setia menggenggam erat tangan Lisa sambil menangis ditempatnya, dan Lisa yang masih tidak ingin berinteraksi dengan siapapun. Termasuk Jungkook. Lisa menangis sejadi jadinya. Berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Jungkook. Wajahnya masih belum berpaling dari jendela, entahlah. Rasanya terlalu sakit jika mengingat semua kejadiannya. Lisa sudah banyak menelan kejadian pahit, ya maskipun disela sela itu terdapat kejadian yang menyenangkan juga.
Dan lagi, Jungkook mengetahui kalau Lisa juga sama sakitnya akan hal ini, atau bahkan lebih dari apa yang dia rasakan. Walau awalnya Lisa lebih terkesan tidak peduli dengan janin nya tapi rasa sayangnya juga pasti membuncah. Masih dengan Lisa yang berusaha menarik tangan dari Jungkook walaupun sudah melemah, kini Jungkook memilih untuk bangkit. Memeluk erat Lisa dengan penuh kasih sayang. Jungkook bisa menebak hal ini.
Lisa memukul pelan dada Jungkook. Berulang ulang,
"Kau jahat Jung. Aku serius kali ini"
Ya Jungkook bisa terima hal itu. Bahkan dirinya menyadari hal tersebut. Tapi apa boleh buat? Janin itu sudah pergi ketempat yang lebih indah bukan? Kini siapa pun tak bisa berbuat apa apa. Sekalipun dokter terbaik yang ada di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cherish | LIZKOOK✔️
ФэнтезиItu Jeon Jungkook, Rival ku, Musuh ku, Bunga bangkai ku, Dan kekasih ku tersayang Hoekkk! Aku ingin ke toilet, permisi Tadi itu menjijikan