2. Sekolah

20 7 0
                                    

Bagian Dua.

"Untuk mendapatkan apa yang kau suka, engkau harus bertahan dengan apa yang kau benci"
-SA

"Suka sama orang yang belum bisa berdamai dengan masalalunya itu terlalu banyak resiko. Ditinggalkan misalnya?"
-VA

-DISCOVERED-

"Bunda...... Kaos kakiku mana?"

"di lemari paling bawah, Sha."

Setiap pagi, entah mengapa Vasha selalu kehilangan barang barang miliknya. Membuat sang Bunda selalu menyempatkan dirinya ke kamar putri pertamanya itu sebelum turun ke dapur untuk memasak.

"Bun... Ikat pinggang di mana?"

"makannya, taruh barang itu jangan sembarangan. Yang teliti! di cari dulu di kamar."

"ngak ada Bun... Vasha udah cari."

Riana ikut membantu putrinya mencari Ikat pinggang di kamar. Ia menemukannya ada di belakang pintu kamar Vasha. Bodohnya kenapa Vasha tidak menemukan itu tadi. Ia lupa dimana menaruhnya. Padahal kemarin dia sendiri yang berbenah.

"ini apa kalo bukan Ikat pinggang. Makanya dicari yang teliti. Ikat pinggang di belakang pintu aja ngak lihat. Katanya ngak ada. Nyatanya Bunda nemuin," ucapnya mengomel.

"Iya Bunda... Makasih, jadi tambah sayang deh, hehe," Vasha menekan sedikit pada kata tambah sayang karena ia sebal. Mengapa setiap barang dirumah ketika hilang dan di tanyakan kepada Bunda, semua langsung ketemu dengan cepat. Itu masih menjadi misteri.

"Ya udah, cepetan siap-siap. Turun ke bawah, kita sarapan sama-sama."

"Siap Bunda."

Riana baru akan menutup pintu ketika sebuah panggilan menghentikanya melakukan hal itu.

"Bun.." ucap Vasha menampilkan cengiran kuda.

"Apa lagi?"

"sepat--"

Ucapan Vasha langsung saja di potong oleh Riana. "Semua sepatu ada di bawah, sayang. Kamu cari aja sendiri. Bunda mau nyiapin sarapan. Dah!"

"Oke. I love you Bundaku," Vasha mengecup pipi Riana, sayang.

" Iyaa. Too sayang."

Vasha segera bersiap-siap untuk sekolah di sekolah barunya. Ia hanya memakai pelembab dan bedak bayi serta lipblam ke sekolah agar tidak terlalu pucat. Ia mengamati pantulanya di cermin. Lantas menambahkan bandana berwarna maroon di kepalanya. Ia memasukkan beberapa buku kosong ke dalam tas dan bergegas turun ke bawah untuk sarapan.

"Selamat pagi Ayah, Bunda, dan Adek tercinta!"

"pagi sayang," balas Alex dengan senyuman.

"pagi, sayang," jawab Riana sambil menuangkan nasi goreng ke piring Alex.

"pagi kak," Tania menjawab malas. Sesekali matanya terpejam. Ia mengantuk.

"waaa, nasi goreng," mata Vasha berbinar menatap nasi goreng yang ada di hadapanya. Ia segera mengambil piring dan menaruh secentong nasi. Ia melahapnya dengan cepat, hampir saja tersedak jika tidak cepat mengambil air minum.

"makan yang pelan aja. Jangan buru- buru. Masih banyak ini."

"Iya, Bun. Lagian masakan Bunda itu paling enakk sedunia." karena gratis, lanjutnya dalam hati.

"terserah kamu aja."

Terkadang Riana dan Alex bingung dengan kedua anaknya. Tania terlihat lebih layak dikatakan sebagai kakak ketimbang Vasha yang kelakuanya seperti anak kecil.

DISCOVERED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang