6. Takdir

11 4 1
                                    

Bagian enam.

"apakah masih di perlukan alasan, jika tindakan saja sudah bisa menjelaskan? "
-DP

"aku sudah terpana ketika saat pertama kita jumpa."
-VA

"jangan suka gue. Gue orangnya nggak sebaik yang lo fikirin."
-SA

-DISCOVERED-

David tersenyum ketika melihat Vasha kembali untuk menemuinya. Di liat dari muka gadis yang lucu itu, ia sedang menahan kesal. Senyum David semakin lebar menanggapi hal itu.

"mau lo apaan sih?!" ucap Vasha kesal.

"kan gue cuma minta bayaran."

Vasha memutar bola matanya, jengah. Ia mengeluarkan tangannya di hadapan lelaki itu.

David hanya mengangkat kedua alisnya, seolah bertanya 'ngapain?'

Secara tak sadar, Vasha menjawab "mana tangan lo? Katanya mau kenalan?"

David merogoh saku celananya, mengeluarkan benda pipih berbentuk persegi sebelum mengulurkan tangannya menyambut tangan gadis itu.

David menjabat tangan Vasha sembari berucap, " kenalin. Nama gue David Pratama. Kelas 11 ips 4. Nomer absen 12."

Vasha menahan tawanya mendengar ucapan perkenalan yang David berikan. Ia segera menetralkan raut wajahnya, kembali dengan wajah kesalnya.

" Vasha. Vasha Adinda. Udah kan? Sekarang lo pulang sana."

"nggak mau lah! Karena lo tadi nunda kasih gue bayaran. Sekarang ongkos nya udah naik."

"apa lagi sih?!!!"

David tersenyum, menaruh hpnya di telapak tangan gadis itu. "minta nomer lo. Biar bisa chatingan dan gue bisa jadiin lo pacar."

Vasha mendengus, " nggak mau."

"oh ya udah kalau lo nggak mau, gue tetep bakal di sini. Biarin dah di liat orang. Ga peduli gue."

Vasha memejamkan matanya menahan emosi. Ia segera mengetikan nomer secara acak, yang jelas ia tidak akan memberikan nomernya.

"nih, udah."

David menatap Vasha curiga. Ia segera menekan tombol telepon untuk memastikan bahwa gadis itu tidak berbohong.

David sengaja meloud speaker agar Vasha mendengarnya. Sampai dering ketiga, akhirnya Vasha merebut kembali hp itu. Mengetikkan nomer hp miliknya. Lalu mengembalikan hp itu ke tangan pemiliknya.

"see? Lo coba bohong? " David terkekeh mengetahui bahwa Vasha coba mrmbodohinya.

Vasha membuang muka, mengembungkan pipinya, kesal.

Melihat hal itu, David mencolek hidung Vasha gemas. Kemudian memakai helmnya dan pergi dari rumah itu sebelum pemilik rumah berubah menjadi macan.

Vasha sempat terpaku menerima perlakuan seperti itu. Ia mencoba menggabaikan perasaannya, agar tidak semakin menjadi.

Di kejauhan, Satriya tersenyum lega. Setidaknya gadis itu sudah sampai rumah dengan selamat.

-DISCOVERED-

Suara petikan gitar mengalun, mengisi keheningan malam yang Indah walau bintang belum menampakkan wujudnya. Harum kopi semakin menambah suasana malam itu menjadi syahdu.

Satriya memejamkan matanya terus memetik gitar, menciptakan suara yang sangat memanjakan telinga. Alunan melodi terus terdengar di keheningan malam, menjadi pengantar tidur seseorang yang telah mendengar.

DISCOVERED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang