Bagian lima.
"semakin galak, semakin menantang"
-DP"sebel sama orang yang ngga bertanggung jawab. Kesel sama orang yang nyebelin."
-VA-DISCOVERED-
"baik anak anak, saya rasa pembelajaran hari ini cukup. Silahkan berkemas dan hati hati di jalan " Bu Anjani meninggalkan kelas 11 ips 1.
"edan... Tangan gue patah niii Vas, ga ada hati tuh guru. Suruh nulis proposal kok pake tangan!!!"
"ya pake tangan lah Wil, masa pake kaki. Ngga lucu"
"hehe, iya juga yah," Wilona terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
"eh, pulang sama siapa lo?" tanya Wilona sembari berjalan keluar kelas bersama Vasha.
"tadi gue berangkat sama Satriya sih, mungkin pulang nya juga sama Satriya. Walaupun tadi ngga bilang kalo pulang bareng." ada nada penyesalan di ucapan Vasha.
"Satriya anak olim? Satriya anak band itu?" sahut Rena dari belakang.
"anak olim? Anak band?"
"iya, Satriya Antares kan? Yang naik motor vespa warna abu? Ih, gila sih lo. Bisa deket sama Satriya. Keajaiban banget," ucap Rena berlebihan.
"keajaiban maksud lo?" Vasha memelankan jalannya agar bisa sejajar dengan Rena dan Shinta.
"yaa keajaiban. Lo bakal tau sendiri deh nanti."
"kasih tau lah Ren... Gue kepo nih," Vasha memohon pada Rena.
"udah, beso lo tau sendiri kok," ucap Rena tersenyum mengejek.
Vasha cemberut menanggapi ucapan Rena. Ia hanya bisa mendegus sebal.
Vasha berpisah dengan teman temannya, dan melangkahkan kaki menuju parkiran. Ia tidak melihat motor vespa abu di situ.
Vasha melangkah kesal menuju gerbang sekolah. Ia tidak menyangka akan di tinggalkan begitu saja.
"ehh, loo! "
Vasha menengokkan kepalanya ke belakang, saat di rasa panggilan itu di tujukan kepadanya.
"pulang bareng gue aja. Di tinggal Satriya kan lo?"
Vasha menatap lelaki itu ngeri. Ada angin apa yang membuat lelaki itu mendadak seperti ini.
"nggak! Nggak perlu. Mending gue naik bus daripada bareng sama lo. Najis"
"emang lo tau jalan pulang? Tau harus turun dimana kalo naik bus? "
Iya juga sih, ucap Vasha dalam hati. Pasalnya ia hanya mengetahui alamat rumahnya saja. Tidak tau harus turun di halte mana jika naik bus.
"ya pokoknya gue ngga mau bareng sama lo!"
"udah ikut aja, ngga bakal gue apa apain. Tenang aja. Ini juga sebagai bayaran karena lo udah liatin gue tadi pagi."
"hah? Tadi pagi kapan? Gue ngga liatin lo tuh," Vasha pura-pura lupa.
"halah... Ngga usah pura-pura gitu. Gue liat lo sampe ngga bisa nutup mulut kok tadi pagi, hahaha" lelaki itu tertawa meledek.
"Bodo lah, gue tetep ngga mau."
"kalau lo ngga mau, bayar sini. Karena udah liatin wajah ganteng gue."
"Najis. Ganteng? Ngaca sana," Vasha memutar bola matanya kesal. Ia berjalan meninggalkan lelaki itu dengan tergesa.
Untung saja, ia hanya tinggal berjalan sedikit untuk sampai ke halte itu. Ia hampir berlari karena motor cowok itu tetap mengikutinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISCOVERED
Teen FictionGadis yang sudah terbiasa tersenyum saat terluka. Menangis saat seharusnya bahagia. Kecewa tanpa bisa berkata kata karena ia tidak ingin membuat orang lain terluka. Lelaki yang berterimakasih Karena sebuah kehilangan, ia telah berhasil menemukan...