Bagian sepuluh.
Pengen mutung sama kamu!
-VAMencoba terbaik, tetapi tidak pernah di anggap ada.
-SA-DISCOVERED-
Vasha sudah tidak melihat Satriya. Ia tersenyum kecut. Duduk di trotoar jalan. Lagi lagi ia di tinggalkan walaupun kali ini di tinggalkan dengan pamit.Apakah sifat Satriya memang seperti ini. Gadis itu berfikir bagaimana dia akan pulang. Baru jam delapan malam. Ia memutuskan untuk mampir sebentar di kedai kopi yang kebetulan ada di seberang jalan.
Lelaki yang dari tadi mengamati gadis itu mulai mendekat ketika di rasa gadis itu mulai beranjak dari duduknya. Langkahnya hati hati, tidak ingin gadis itu mengetahui.
Ia menepuk pundak gadis itu perlahan. Secara refleks Vasha mengeluarkan jurus alakadarnya untuk menghadapi lelaki itu.
David terkekeh melihat gaya jurus yang di keluarkan oleh Vasha. Kedua tangannya mengepal di samping telinga, yang membuat gadis itu semakin lucu. Niatnya ingin marah, tidak jadi.
"ngapain sih lo?" Vasha mengelus dadanya bersyukur. Ternyata David.
"jagain calon pacar."
"gue bukan pacar lo."
"gue nggak bilang pacar. Gue bilang nya calon," David menekan kata calon di akhir kalimat.
"bodoamat lah, gue mau pulang."
David tersenyum miring, " di tinggal Satriya huh? Kasian banget lo." decakan keluar dari mulut David.
"bukan urusan lo."
David segera menarik paksa tangan gadis itu, membawanya ke motor. Vasha berusaha berontak dengan cara memukuli lengan lelaki itu. Tapi tenaganyaa tidak sebanding, jadi pukulan itu tidak berefek apapun.
"lepasin woi."
"gue anter pulang. Ngga terima penolakan."
"gue mau es americano. Gak mau pulang sebelum beli itu."
David memutar bola matanya, " oh, lo mau kencan sama gue?"
"najis, siapa juga yang mau kencan sama lo. Gue cuma mau es americano," Vasha menunjuk kedai kopi yang berada di seberang jalan.
David mengangguk, mengenggam tangan Vasha dan berjalan ke arah kedai itu. Vasha mencoba melepaskan genggaman lelaki itu. Semakin ia mencoba melepaskan, semakin kencang lelaki itu mengenggam tangannya.
Sampai Vasha meringis kesakitan, "sakit.."
David menyadari perbuatannya. Ia segera melepas genggaman tangannya. Vasha mulai berjalan memimpin ke kedai kopi, sementara David hanya mengikuti di belakang.
Vasha memesan es americano " mas, es americano satu."
"dua mas, Dia yang bayar." sahut David dari belakang.
Vasha hanya menahan amarah. Tidak mau membuat keributan di situ. Ia langsung membayar pesanannya dan menunggu sebentar.
Vasha menyerahkan kopi itu ke tangan David. Lelaki itu menerimanya dengan perasaan senang. Keduanya duduk dan menikmati kopi, melihat kendaraan yang melaju di depan mereka.
"kok lo bisa di sini?" tanya Vasha, mencoba mencari topik pembicaraan.
"ngikutin lo."
"serah lo deh. Tapi beneran nih gue. Lo kok bisa disini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DISCOVERED
Teen FictionGadis yang sudah terbiasa tersenyum saat terluka. Menangis saat seharusnya bahagia. Kecewa tanpa bisa berkata kata karena ia tidak ingin membuat orang lain terluka. Lelaki yang berterimakasih Karena sebuah kehilangan, ia telah berhasil menemukan...