8. Manis

16 4 1
                                    

Bagian delapan.

"jangan terbuai dengan sikap, karna tatap tak berarti tetap"
-SA

"perlakuan bisa menimbulkan harapan"
-VA

-DISCOVERED-

Semilir angin mulai menusuk kulit gadis itu. Sweater yang ada di tubuhnya tidak mampu menahan dinginnya malam hari ini. Ia terus mengusap lenganya, berharap mendapat kehangatan dari perbuatan itu.

Satriya menyadari bahwa Vasha kedinginan. Ia segera melepas jaket jeansnya dan menyampirkan ke pundak Vasha.

Mendapat perlakuan  seperti itu membuat Vasha kaget, walau tak urung hatinya menghangat .

"loh Sat, nggapapa ini? Kamu cuma pakai kaos lo itu. Apa nggak dingin?"

"nggak papa lah. Udah biasa. Kasian gue sama lo. Keliatannya kedinginan banget."

Vasha tersenyum,"makasih Sat."

Satriya hanya mengangguk dan mulai memanasi motornya sebentar. Setelah di rasa sudah cukup panas, ia menaikinya disusul oleh Vasha.

Tejo membawa mereka keluar dari langit kafe, menuju rumah. Suasana kota semarang masih ramai karena ini adalah malam minggu. Malam dimana para remaja mencari udara dan berjalan jalan keliling kota bersama teman, sahabat, ataupun pacar.

Dinginnya angin malam semakin menusuk. Walaupun Vasha sudah memakai sweater dan jaket dari Satriya, itu tidak membuat dirinya merasa hangat. Ia jadi memikirkan bagaimana kedinginanya Satriya yang hanya memakai kaos hitam biasa.

Sampai di lampu lalu lintas, Satriya melihat Vasha dari kaca sepion. Ia tersenyum, kemudian berkata " masih dingin Vas?"

"enggak kok, " bohong Vasha.

Lampu merah berubah menjadi hijau. Tangan kiri Vasha yang berada di paha gadis itu di tarik melingkar ke perut Satriya. Tidak ada perlawanan dari gadis itu.

Satriya melepaskan tangannya menarik tangan sebelah kanan Vasha untuk mengikuti. Tanpa di minta, Vasha mengeratkan pelukaanya di perut Satriya, kepalanya ia senderkan di punggung Satriya, memejamkan mata. Mulai merasa hangat di tubuhnya.

Satriya tersenyum melihat tingkah Vasha. Ia mengendarai tejo dengan perlahan, agar angin tidak terlalu  kencang menerpa kulit.

Setelah perjalanan selama kurang lebih tiga puluh menit karena Satriya mengendarai tejo dengan perlahan, akhirnya mereka sampai di kompleks rumahnya. Satriya segera membangunkan Vasha dari tidur gadis itu.

"Vasha, bangun. Udah sampe rumah," Satriya mengelus tangga Vasha perlahan.

"eghhhh" Vasha mengumpulkan nyawanya.

Satriya tersenyum melihat gadis itu. Muka bantalnya terlihat sangat menggemaskan. Mana bisa gadis itu tertidur di motor.

"udah sampe ya Sat?" Vasha mengerjapkan matanya.

"iya udah sampe depan rumah lo ini, " Satriya terkekeh.

"ah, malu aku. Makasih ya Sat," Vasha melepaskan jaket jeans yang ada di tubuhnya. Memberikannya kepada Satriya.

Satriya menerimanya, " udah masuk sana. Dah malem, langsung tidur aja kalo ngantuk" ia mengusap rambut Vasha sayang.

Vasha memejamkan matanya. Menjawab dengan anggukan. Ia melangkah memasuki rumahnya, dengan nyawa yang sudah minta di tidurkan.

Satriya menggelengkan kepalanya heran, sesaat kemudian ia melajukan tejo ke rumahnya. Mengunci pintu, kemudian masuk ke rumah dan membawa tubuhnya masuk ke alam mimpi.

DISCOVERED Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang