Bagian Empat Belas.
Jangan buat aku jatuh, hatiku mudah rapuh.
- VAMenggulang apa yang terjadi tidak akan memperbaiki, justru memperdalam sakit hati.
-SA-DISCOVERED-
"udah Sat, gue capek."
"gue juga capek."
Keduanya terlihat kehabisan nafas, usai berlari kejar kejaran mengelilingi komplek. Mereka duduk di bahu jalan, menetralkan deru nafas yang saling beradu.
"lo laper nggak Vas?"
"laper nih. Haus juga."
"mau makan bubur ayam?"
"boleh."
Satriya bangkit dari duduknya dan menarik tangan gadis itu. Mengenggamnya dan mulai berjalan beriringan.
"eh jangan tarik tarik dong."
"udah ikut aja."
"mau kemana?"
"beli bubur."
Vasha hanya mengangguk menyetujui dan mengikuti langkah Satriya.
Taman itu penuh oleh manusia yang sedang beraktivitas, ada juga yang makan di lesehan tikar yang di gelar pedagang.
Banyak pedagang yang berjualan di situ. Diantaranya ada yang berjualan jajanan pasar, ada yang berjualan minuman ringan, ada yang berjualan soto, dan ada yang berjualan bubur.
Satriya segera membawa Vasha ke salah satu penjual bubur yaang ada di sana.
"mau pesen apa?" tanya Satriya setelah mereka duduk di tikar yang di sediakan penjual bubur itu.
"ya pesen bubur lah, masa mau pesen Pizza."
"kali aja mau pesen hatinya mas Satriya, " lelaki itu terkekeh dengan lelucon garing yang ia berikan kepada gadis itu. Tetapi yang tidak di sangka Satriya, gadis itu menjawab leluconnya.
"emangnya hati mas Satriya harganya berapa?" Vasha mengerjapkan matanya, lucu.
"one thousand aja dek, mumer kalo buat adek mah," nada medok Satriya mulai keluar.
"seribu mas? Beneran? Itu murah banget lo. Apa mas nya ngga rugi?"
"nggak rugi lah kalau mamas jualnya ke adek. Karena mamas tau, adek bakal beri kasih sayang pada hati mamas."
"wkwk, apa sih Sat. Receh. Udah sana pesen."
Satriya tersenyum, "mbaknya pesen apa?"
"pesen bubur ayam masnya," Vasha mengeratkan giginya. Mulai geram.
"mbaknya pesen minum apa?" tanya Satriya. Lagi.
"pesen es teh anget mas Satriya Antares."
"es teh anget itu nggak ada mbak. Pilih salah satu. Kalau es pilih es, kalau anget pilih anget. Jangan dua duanya, nanti ada yang terluka."
"anjayyy... Hahaha" Vasha tertawa dengan nada medok Satriya.
"tenan lo mbak iki. Aku ra ngapusi. Jadi mbaknya mau pesen apa?" ( beneran lo mbak ini. Aku nggak bohong.)
"pesen es teh aja deh. Dah sono pergi."
"siap mbak"
Satriya segera meninggalkan basah dan berjalan ke arah abang abang penjual bubur itu. Ia segera memesan bubur itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DISCOVERED
Teen FictionGadis yang sudah terbiasa tersenyum saat terluka. Menangis saat seharusnya bahagia. Kecewa tanpa bisa berkata kata karena ia tidak ingin membuat orang lain terluka. Lelaki yang berterimakasih Karena sebuah kehilangan, ia telah berhasil menemukan...