Bab 9 Sebias Kenangan

167 8 0
                                    

Aku teringat masa itu. Ya.. masa itu. Dimana aku pertama kali menginjakkan kakiku di tanah Jakarta ini. Menjadi seorang perantau yang sama sekali buta soal kota Metropolitan. Menjadi seorang pengadu nasib yang polos dan tidak tahu menahu tentang kejamnya ibukota.

Ya..saat itu. Aku teringat ketika pertama kali bekerja di perusahaan ini. Pertama kali aku bertemu dengan seorang laki-laki yang membuatku begitu berdebar. Seorang laki-laki yang membuatku tak bisa tidur semalaman. Seorang laki-laki yang memenuhi seluruh hatiku dengan senyumannya yang menawan. Pertama kalinya aku merasakan indahnya bunga-bunga asmara. Bunga-bunga cinta yang membuat hariku semakin berwarna.

"Oooo..berarti namamu Rumaisha ya.." kata sang pangeran menawan.

"Ii..iiya.. iya pak.. saya Rumaisha Azzahra. Dari Solo." Kataku tergagap.

"Ooo..dari Solo ya.. kalau saya Aditya Mandala Putra. Dari Jakarta. Usia 30 tahun. Lengkap bukan? Oh ya.. dan jangan panggil saya 'pak', panggil saja 'mas'. Saya masih muda..hehe." Katanya disertai dengan senyumannya yang menawan. Dia menyodorkan tangannya, hendak bersalaman denganku.

Aku langsung membalas salamannya. Bersamaan dengan itu, hatiku berdebar kencang tak karuan. Langsung kutundukkan wajahku yang terasa panas. Kutundukkan pandanganku agar tak semakin salah tingkah. Seumur hidup, aku belum pernah bertatap muka dengan laki-laki semenawan ini.

"Kalau berbicara, tataplah mata lawan bicaramu." Katanya lagi.

"Iiya..siap mas," kudongakan wajahku. Kutatap kedua mata elangnya yang tajam. Kumelihat wajahnya yang berkilau ditimpa sinar matahari pagi. Semakin menambah ketampanannya. Ya Alloh.. Ya Robb.. aku semakin tak tahan. Kurasakan wajahku semakin panas

"Jadi kau karyawan baru di sini ya.. sudah berapa lama kau bekerja di sini?"

"Sudaah..sekitar dua bulan mas.." jawabku.

"Oke..semoga kau betah ya.." katanya lagi. Suaranya yang nge-bass membuatnya tambah berwibawa. Dan senyum simpulnya sesaat sebelum pergi semakin sukses menawan hatiku.

"Waahh.. Rumaishaaa.. kau baru saja berkenalan dengan salah satu laki-laki tertampan di dunia ini!!" Seru Vindy.

"Kau beruntung, Rum. Kau bisa bercakap-cakap dengan mas Aditya. Dia terkenal jutek dan cuek. Apalagi sama karyawan baru. Tapi kok sama kamu beda ya?" Tambah Tiara.

"Iya Rum.. mas Aditya itu orangnya memang seperti itu. Walaupun kita akui bahwa beliau memang tampan." Kata Laura.

"Aah..kalian bisa saja sih." Sahutku.

"Tapi benar lhooo.. nggak biasanya mas Aditya yang dingin itu berperilaku seperti itu. Apalagi sama karyawan baru." Vindy ikut mengompori.

Hatiku laksana balon udara yang baru ditiup gas helium. Melambung tinggi tak karuan.
..................

Siangnya, saat aku mengerjakan tugas kantor, tiba-tiba sesosok laki-laki menyapaku dari belakang, "Rumaisha.. kau ada waktukah?"

Langsung kutengokan leherku. Ternyata yang menyapa adalah sang 'Pangeran Tampan'. Wajahku terasa memanas lagi.

"Eehh..heemm.. mas.. mas Aditya. Ada yang bisa saya bantu mas?" Tanyaku salah tingkah. Aku benar-benar memalukan. Tak mampu untuk mengontrol emosiku.

"Kenapa? Kok salah tingkah gitu? Hehe.. Nggak ada apa-apa, Rum. Cuma ingin mengajakmu makan siang bareng. Dengan Ika. Dia atasanmu juga. Kami ingin banyak mengenalmu sebagai karyawan baru. Bisakah?"

Maa syaa Alloh.. tak tergambarkan perasaanku saat itu. Sangat bahagia.

"Ii..iiya.. bisa.. bisa kok mas.." aku langsung mengiyakan.

Pelangi Tak Selalu Muncul Setelah Hujan. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang