Seperti biasa, aku selesai dalam dunia kantorku pukul 17.00. Seharusnya aku langsung pulang, tapi ada sebuah pekerjaan yang mengharuskan aku untuk lembur sejenak. Aku telah minta izin pada bang Rosikh untuk pulang terlambat. Alhamdulillah bang Rosikh mengizinkan.
Kawan-kawanku pulang satu per satu. Dan aku tetap asyik dalam dunia pekerjaanku.
"Rum..kok belum pulang?" Laura mengurku.
"Ohh..iya.. ini La, aku harus segera menyelesaikan revisi proyekku dulu. Biar lega dan cepat selesai. Tiga hari lagi pak Greg akan meminta laporan revisinya." Jawabku.
"Ooohh.. begitu. Ya sudah, good luck ya kalau begitu. Kami pulang duluan ya." Sahutnya. Seperti biasa, Laura, Tiara, dan Vindy pulang bersama-sama. Mereka satu arah.
"Iyaa..sip.. hati-hati ya kalau begitu.." jawabku renyah.
Kantor menjadi hening. Tiba-tiba aku teringat, keheningan ini sepertinya sama seperti keheningan yang dulu pernah kurasakan. Langsung saja bulu romaku berdiri tegak. Yaa benar.. ketika aku berada di ruangan kantor sendirian, mas Aditya datang dengan segala bentuk rayuannya.
Subhanallah.. badanku langsung merinding. Jantungku berdegup kencang. Nafasku memburu. Aku harus cepat-cepat pulang. Aduh bodohnya aku. Aku tak boleh sendirian di kantor, karena akan membuka peluang bagi atasanku itu untuk kembali mendekatiku.
Dengan segera aku membereskan barang-barangku. Bersiap untuk pulang. Belum selesai aku menbereskan barangku, sebuah suara laki-laki sudah mencegatku. Suara bass yang sangat kukenal.
"Mau kemana, Rum? Buru-buru sekali? Bukannya kau harus lembur hari ini?"
Kudongakkan wajahku. Ternyata benar!! Sial!! Mas Aditya sudah berdiri dengan gagahnya di samping mejaku. Tangannya menyilang di depan dada. Posenya ini sangat mirip dengan singa jantan yang hendak memangsa buruan. Raut wajahnya pun menyimpan penuh misteri serta tipu muslihat. Bulu kudukku semakin berdiri melihat sosoknya yang selalu muncul dengan tiba-tiba.
"Mas Aditya!?" Seruku penuh dalam keterkejutan.
"Iya, Rum. Ini aku. Kenapa kau buru-buru pulang? Ada sesuatukah di rumah? Ataaauuu.. ada yang ingin kau hindari di kantor ini?" Kata mas Aditya dingin dan kaku. Tangannya yang tadi bersilang di dada langsung dipindahkannya ke atas mejaku. Agaknya dia berusaha menghalangiku agar aku tak bisa melarikan diri. Sesore ini, wajahnya masih tetap tampan dan glowing.
"Eehh.. heemm.. enggak.. enggak mas. Nggak ada apa-apa. Cuma..emang Rum.. harus pulang. Ini kan sudah sore.. sudah waktunya pulang." Jawabku terbata-bata.
"Tapiii.. bukannya kamu mau lembur sore ini? Kenapa buru-buru? Takut ya sama aku?" Tanya mas Aditya. Langsung to the point. Membuatku tertohok.
"Maksud..maksud mas? Maksud mas apa ya?"
"Sudahlah, Rum.. nggak usah banyak basa- basi. Aku ke sini mau meluruskan semua apa yang terjadi di antara kita. Kenapa kau menikah sangat mendadak? Bahkan tanpa memberi tahu aku? Kenapa Rum?"
"Mas.. kenapa aku harus memberitahu mas? Memang mas siapa saya? Toh, mas juga tiba-tiba bertunangan tanpa memberitahu aku. Aku pun tak protes." Jawabku.
"Oooo..jadi begitu ya. Jadi kau mau balas dendam begitu? Kau memang tak punya perasaan, Rum..."
"MAS YANG TAK PUNYA PERASAAN!! SUDAHLAH MAS, MENYERAHLAH!! KINI AKU SUDAH MENJADI ISTRI ORANG!!"
"HAH!? APA MAKSUDMU!? AKU MEMUTUSKAN PERTUNGAN ITU KARENA KAU! TAPI KAU DENGAN SEENAKNYA MALAH MENIKAH TANPA MEMBERITAHUKU!!!" Seru mas Aditya. Telunjuknya diarahkan tepat di depan wajahku. Emosinya meledak-ledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Tak Selalu Muncul Setelah Hujan. [TAMAT]
Ficción GeneralNOVEL VERSI CETAK DAPAT DIBELI DI WWW.GUEPEDIA.COM "Aku sudah bertekad untuk mencari ridho suamiku, karena ridho Alloh ada pada ridho suamiku. Karena jika seorang muslimah menjalankan sholat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan...