Paginya, aku bersiap untuk berangkat ke kantor. Bang Rosikh sepertinya hari ini tidak masuk kerja. Badannya masih meriang. Profesi suamiku sebagai guru tahfidz di sebuah SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) di Jakarta ini memang lebih fleksibel. Tidak seperti diriku yang dikejar banyak tenggat waktu serta tuntutan yang tiada habisnya. Aku membenahi kerudungku sambil mempersiapkan kopi untuk bang Rosikh. Lalu tiba-tiba... bang Rosikh memelukku dari belakang.
"Dek.."
"Iya, Bang.."
"Hari ini kamu sibuk ya?"
"Kenapa memangnya, Bang?"
"Tidak apa-apa. Abang hanya bertanya saja.."
Perasaanku mulai tak enak. Kubalikkan badanku. Nampak wajah bang Rosikh yang masih pucat. Kupegang dahinya dengan punggung telapak tanganku. Masih panas. Dan sepertinya bertambah panas.
"Bang.. panas Abang sepertinya bertambah tinggi. Abang sudah minum obatkah?"
"Abang sudah minum madu dan habatussauda. Abang tidak terlalu suka minum obat kimia, Dek.." jawab bang Rosikh.
"Bang.. tapi panas Abang bertambah tinggi. Lebih baik Abang rebahan saja di ranjang. Biar Rum buatkan kopi dan sarapan untuk Abang."
"Dek.." bang Rosikh berkata sambil mengecup keningku sekilas. Aku agak terkejut dengan hal itu. Walaupun kami sudah dua bulan menikah, aku masih sering grogi ketika bang Rosikh menciumku.
"Dek..Abang tidak butuh obat. Abang butuh kamu di sini. Bisakah?"
Deeegggg...
Aku terpaku. Sesuai dengan dugaanku, pasti bang Rosikh tidak mengizinkan aku berangkat kerja hari ini. Tentu saja. Mana ada istri yang tega melenggang santai ke kantor, sedangkan suaminya sedang terkapar sakit di rumah.
"Eeehm...heemm.. bang.. sebentar ya, Rum minta izin mbak Ika dulu. Atasan Rum di kantor." Aku menjawab sekenanya.
Langsung kusambar ponselku. Sebelum aku sempat membuka WA, sudah ada notifikasi WA di layar. Sekilas terbaca bahwa itu adalah WA dari mbak Ika yang isinya, "Rum..hari ini rapat penting..."
Belum kubuka WA-nya, namun aku sudah tahu keseluruhan isinya. Isinya pasti mbak Ika memintaku untuk datang tepat waktu hari ini karena ada rapat yang harus kuhadiri. Astagfirullohaladzim.. aku harus bagaimana??? Di satu sisi, bang Rosikh sangaat membutuhkan kehadiranku. Sedangkan di sisi lain, ada tanggung jawabku yang lain yang harus kuselesaikan.
Ya Alloh.. Ya Robb.. hamba harus bagaimana? Tunjukkanlah jalan-Mu kepada hamba...
"Dek.. kenapa? Tidak jadi WA atasanmu?" Tanya bang Rosikh.
"Eeehh..ehhmm.. heeem.. bang.. ini.. anu.."
"Hari ini ada rapat penting ya?" Potong bang Rosikh. Bagaikan telepati, bang Rosikh benar-benar bisa membaca seluruh isi hatiku. Aku hanya sanggup berdiri terdiam. Bingung harus melakukan atau mengatakan apa.
Kemudian bang Rosikh mendekatiku. Memeluk pundakku lalu kembali mencium keningku."Pergilah, Dek.. Abang izinkan kamu bekerja asalkan kami bisa menjaga kesucian dan kehormatanmu sebagai istri Abang.." Maa syaa Alloh.. hatiku langsung meleleh. Tanpa sadar air mataku sudah mengalir di pipi.
Allahuakbar. Maha Besar Alloh yang sudah menganugerahiku suami yang begini baik, begini shalih, begini pengertian, dan begini sabar. Sedangkan aku? Aku hanyalah istri yang tak becus mengurus suaminya.
"Bang.. sungguh.. aku ingin di rumah saja menemani Abang. Melayani Abang.. Apalagi Abang sedang sakit.. namun.."
"Namun kau bimbang harus memilih Abang atau pekerjaanmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi Tak Selalu Muncul Setelah Hujan. [TAMAT]
Fiksi UmumNOVEL VERSI CETAK DAPAT DIBELI DI WWW.GUEPEDIA.COM "Aku sudah bertekad untuk mencari ridho suamiku, karena ridho Alloh ada pada ridho suamiku. Karena jika seorang muslimah menjalankan sholat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan...