Bab 4. Bang Rosikh

229 20 2
                                    

Selama beberapa jam, aku sibuk dengan laptopku. Memberikan pembenahan di sana sini. Melakukan revisi di bagian ini dan itu. Saat aku asyik tenggelam dalam pekerjaanku, tepukan lembut di pundak membuyarkan konsentrasiku.

"Makan dulu, Rum. Ini sudah lewat jam istirahat siang, tapi kamu belum sempat makan. Aku tahu kalau kami perfeksionis, tapi kesehatanmu juga harus dijaga.."

Ternyata Vindy-lah yang menepuk pundakku.

Aku terkesiap, "Hah?? Sudah istirahat siangkah? Memang jam berapa sekarang,Vin??"

"Hah!? Bahkan kamu tidak tahu jam berapa sekarang?? Astagaaa..Rum.. Rum.. ini sudah hampir jam 1 siang!?"

"Astagfirullohaladzim.. sudah hampir jam 1!!? Aku belum sholat Dzuhur.. bentar,Vin..aku sholat dulu." Langsung kusambar tas mukena parasit yang ada dalam tasku.

"Ooo..iya deng, Rum.. habis sholat jangan lupa makan ya.." ujar Vindy.

"Iya..In syaa Alloh.. gampang diatur.."aku langsung bergegas ke musholla.

Saat aku tergesa, telepon genggamku bergetar di dalam saku gamis. Kutengok sekilas. Ada notifikasi WA. Ternyata dari bang Rosikh. Kubaca sekilas isinya melalui layar dekstop.

"Sudah sholat dek? Jangan lupa makan.."

Makk nyeeeessss.. sebaris pesan WA singkat itu langsung melelehkan hatiku seketika. Padahal hanya pesan yang sangat sederhana, namun langsung bisa menjadi mood booster-ku. Aku tersenyum sumringah. Tapi aku tidak sempat membuka WA itu karena terburu-buru segera ke musholla untuk shalat Dzuhur.

Selesai sholat, akupun langsung membuka WA dari bang Rosikh.

"Alhamdulillah sudah sholat, bang. Ini baru mau makan." Aku mengetik pesan dengan sangat cepat. Tidak ingin suamiku menunggu terlalu lama. Hatiku bagaikan dipenuhi taman bunga. Kurasakan udara sekitarku mendadak berubah menjadi wangi. Entahlah.. apakah ini yang disebut dengan kekuatan 'cinta'?  Setelah menikah, aku baru menyadari bahwa begitu dahsyatnya kekuatan cinta. Cinta mampu mengubah onggokan sampah yang busuk menjadi hamparan taman bunga nan wangi. Cinta jugalah yang mampu mengubah langit mendung kelabu menjadi cerah ceria bersinar fajar.

Setelah selesai mengetik, tak menunggu lama aku langsung menekan tombol 'send'. Aku menunggu balasan suamiku dengan hati cerah.
Tak sampai semenit, ponselku bergetar lagi. Hatiku mencelos, terasa bagaikan ada kupu-kupu terbang dalam perutku. Dengan tak sabar, aku membuka ponselku. Kurasa itu adalah balasan dari bang Rosikh. Dengan cepat jari-jariku membuka layar ponsel dan kubaca notofikasi pesan yang masuk.

"Rum, kamu dimana? Dicari mbak Ika nih, buruan.."

Deeeengggggg... ternyata itu adalah WA dari Vindy!!! Duhhh..rasanya bagaikan terbang ke surga, lalu dihempaskan langsung ke neraka.
Aku kira balasan dari bang Rosikh. Ceekkkk..kecewa sekali diriku.

Tak lama, langsung ada WA lagi,
"Rumaishaaaa.. kamu dimana?? Kenapa cuma di-read aja WA ku??????"
Aduh..aduh..Vindy.. tepok jidat deh..

Langsung kubalas WA-nya. Daripada tambah rame, "Iya..iya bentaaar.. baru selesai sholat ini! Mau otw!", lalu segera kupencet send.

Vindy memang anaknya terkenal seperti itu di kantor, super bawel dan representasi cewek-cewek yang hobi ngerumpi. Dia belum menikah walaupun usianya sudah hampir kepala tiga. Usianya hanya dua tahun di atasku, tapi perilakunya malah lebih sesuai jika ia jadi adikku. Namun bagaimanapun juga, Vindy adalah sahabat yang baik. Dia juga sangat setiakawan. Meskipun sifatnya super bawel, tapi kebawelannya adalah untuk kebaikanku.

Misal, "Rumm.. Rumaishaa Azzahraa.. jangan lupa makan. Ntar maag kamu kambuh lho", atau "Rumaisha wanita solehah, jangan lupa bawa payung. Kamu udah nggak bisa ambil cuti lagi kalau kamu sakit. Jatah cutimu sudah habisss!", atau yang lebih parah, "Rumm..iniii (terkadang dia memanggilku Rumini kalau sedang gemas padaku), sono belajar masak! Jangan pesen makanan lewat ojol terusss.. boros!! Ntar kamu di-cerai suamimu lhooo!!!"

Haduh..haduh.. pusing pala ogut kalau dia sudah keluar bawelnya. Apalagi terkadang ucapannya itu terlalu frontal, walaupun memang terkadang ada benarnya. Apalagi soal aku yang belum bisa masak. Di satu sisi, lucu juga dia menggodaku seperti itu. Namun di sisi lain, terbersit sebuah kesedihan yang tak bisa dijelaskan. Kesedihan karena merasa gagal sebagai seorang istri.. kepedihan karena belum bisa menjadi istri yang melayani suami dengan baik.. kepiluan karena merasa sebagai istri yang tak berguna..tak becus..

Aaahhh..bayanganku kembali pada bang Rosikh. Seorang Laki-laki yang menjadi cinta keduaku setelah ayahku. Laki-laki yang sangat lembut, sabar, dan super pengertian terhadap diriku yang belum bisa apa-apa ini. Laki-laki yang selalu kusebut dalam setiap helaan nafas doaku. Laki-laki yang penuh sesak memenuhi relung hatiku. Dan seorang laki-laki yang telah sah menjadi suamiku sejak 2 bulan yang lalu.

Saat hendak kumatikan telepon genggamku, hatiku terkesiap melihat wallpaper hp-ku. Foto pernikahanku dengan bang Rosikh... Muhammad Rosikh Abdurrahman.

Maa syaa Alloh..

Tak terasa menetes air bening dari sudut mataku. Merembes membasahi pipi.

Pernikahan yang amat sangat begitu indah. Begitu sakral. Sebuah seremoni sekali seumur hidup yang tidak akan pernah bisa kulupakan. Di foto itu bang Rosikh terlihat sangat tampan dengan jas hitamnya, sedangkan aku terlihat anggun dengan gaun pengantin berwarna putih tulang. Dengan kerudung dan tudung yang panjang..

Maa syaa Alloh.. indah..indah..sangat indah.

Bahkan dalam mimpi-pun aku tak berani beerkhayal akan mendapatkan anugerah ini. Sebuah pernikahan yang indah dengan mempelai pria yang sangat tampan, setampan bang Rosikh.

Masih teringat jelas dalam pikiranku saat akad nikah dan resepsi pernikahan. Saat itu hampir semua tamu berdecak kagum memuji akan ketampanan bang Rosikh. Apalagi setelah tahu latar belakang bang Rosikh.. semakin bertambah-tambahlah ketakjuban mereka..

Ya.. bang Rosikh adalah seorang hafidz Qur'an jebolan Universitas Al-Azhar Mesir. Semenjak kecil beliau telah nyantri di pondok pesantren sunnah. Tak pernah ia mengecap sekolah umum negeri sepertiku. Keluarga bang Rosikh pun sangat terpandang. Terkenal sebagai keluarga baik-baik. Tak pernah neko-neko. Seluruh saudaranya juga hafidz atau hafidzah. Dan profesi mereka semuanya adalah sebagai pendakwah atau yang sering kita sebut sebagai uastadz/udtadzah.

Pikiranku langsung melayang saat berlangsungnya akad nikah. Bang Rosikh meminangku dengan mahar surah Ar-Rahman dengan disaksikan oleh seluruh tamu undangan..

Maa syaa Alloh..

Maa syaa Alloh..

Allahu Akbar..

Allahu Akbar..

Maha Besar Alloh atas segala Kekuasaan dan Rencanya-Nya. Tak dapat digambarkan perasaanku waktu itu. Segala rasa campur aduk membuncah menjadi satu. Antara bahagia, bangga, sedih, takut, cemas, sedih.. semuanya bersatu dalam gejolak jiwa dan raga

Di satu sisi aku nerasa bahagia dan bangga..

Tentulah..

Perempuan mana sih di dunia ini yang tidak bahagia dinikahi oleh seorang laki-laki yang begitu luar biasa. Seorang ikhwan yang setiap melangkah akan selalu menjadi pusat perhatian para akhwat. Seorang ikhwan yang menjadi "rebutan" para akhwat. Dan pada saat itu, akulah yang berdiri menjadi ratu hati dari ikhwan tersebut.

Tentu bangga.. sangat bangga. Tak jarang kurasakan tatapan "iri" dari akhwat-akhwat yang lain.

Namun di sisi lain, terselip juga rasa cemas, sedih, dan takut. Aku sedikit merasa was was.
Aku merasa cemas, karena aku sendiri tak yakin bahwa ini semua adalah nyata. Aku selalu menganggap bahwa ini adalah mimpi sehariku belaka. Aku tak ingin "terbang" terlalu tinggi, karena takut apabila aku terbangun, semuanya menjadi buyar. Ambyar. Setelah "terbang" ke langit, langsung dihempas manjah ke bumi. Aku tak mau itu terjadi..

Selain itu aku juga takut tidak bisa "mengimbangi" kesempurnaan bang Rosikh. Latar belakangnya, baik keluarga maupun pendidikan,begitu sempurna. Dari segi fisik, dia juga memiliki kelebihan dibandingkan laki-laki lainnya. Kesimpulannya,orang awam akan menilai bahwa tidak ada cacat cela dalam dirinya. Aku takut.. aku benar-benar takut tidak bisa menjadi istri yang sesuai dengan ktiterianya. Aku yang penuh ketidaksempurnaan ini selalu merasa takut tidak bisa memenuhi harapannya.

Aku takut..

Aku benar-benar takut..

Pelangi Tak Selalu Muncul Setelah Hujan. [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang