[Senin, pagi]
"Diberitakan bahwa hari ini sekitar jam 04.00 pagi di salon kecantikan yang terletak di jalan...."
"GALLY, BANGUUUN!."
".....telah ditemukan jenazah seorang wanita yang...."
"GALLY UDAH JAM ENAM!." teriak Dinda--kakak pertama dari dua orang lelaki di rumah ini--sambil mengetuk pintu kamar Gally.
"...diduga ini adalah kasus pembunuhan..."
"Byan, kakak nyiapin sarapan dulu. Jangan lupa bangunin Gally." kata Dinda di depan pintu Byan yang terbuka lebar, terlihat dari wajahnya bahwa ia sudah menyerah untuk membangunkan adik terakhirnya itu.
"Hmm." jawab Byan singkat.
"...cctv terdekat juga sudah dirusak. Kota dingin ini dirumorkan tidak akan aman kembali..."
"Pembunuhan lagi?." tanya Dinda yang sontak kembali lagi setelah sedikit menjauh dari kamar Byan.
"Iya, di salon."
"Di jalan mana?."
Byan mengangkat bahunya, sambil menjawab "Suara televisinya kalah sama teriakan kakak tadi." Dinda hanya menganggukkan kepalanya.
"Padahal sudah sekitar satu tahun kota ini sudah aman dari pembunuhan." gumamnya sambil menjauhi kamar Byan lagi.
Setelah mengenakan seragam dengan benar, Byan mengambil tasnya dan langsung menuju ke kamar Gally--adiknya yang hanya berjarak satu tahun. Ia mendobrak kamarnya, persetan dengan omelan Gally setelah ini.
"Gal, tau nggak? Si pembunuh--"
"Pembunuh?." tanya Gally yang tiba-tiba langsung bangkit dari tempat tidurnya. Adik Byan dan Dinda ini memang excited dengan hal-hal seperti itu.
"Hmm, mandi dulu. Nanti aku cerita." jawab Byan.
"Oke!."
Byan hanya tersenyum tipis saat melihat adiknya itu benar-benar bergegas menuju kamar mandi. Andai Dinda tidak sibuk, ia pasti akan memutar otak juga ketika membangunkan Gally. Tapi sayangnya ia tidak punya banyak waktu. Memasakkan sarapan untuk adiknya saja harus terburu-buru.
"Sudah bangun?." tanya Dinda. Byan mengangguk.
"Sarapannya sudah di atas meja, kakak berangkat dulu jangan lupa pintu dikunci ya." kata Dinda sambil memakain helm berwarna putihnya itu.
"Hati-hati."
"HATI-HATI KAK DINDA!." teriak Gally dari kamar mandinya.
"CEPETAN, KAK BYAN BIAR NGGAK NGEBUT!."
"LAKSANAKAN!!."
Byan menyempatkan mencium punggung tangan kanan Dinda sebelum Dinda benar-benar pergi bekerja. Byan sangat menghormati kakak perempuannya. Di usia yang baru menginjak 20 tahun, Dinda harus bekerja keras untuk membiayai segala kebutuhan Byan dan Gally setelah kedua orang tuanya tidak ada.
"Apa kak Dinda belum mendapatkan panggilan dari perusahaan?." tanya Gally tiba-tiba. Byan menggeleng.
"Aku bilang juga apa, biarin aku kerja part time. Sampai kapan kak Dinda jadi kasir?."
"Jangan berlagak mau kerja kalau bangun tidur untuk sekolah saja masih susah." jawab Byan sambil membuka penutup makanan di meja makan itu.
"Yasudah, kalau gitu kak Byan aja."
Byan tercengang. Perkataan adiknya ada benarnya juga. Tapi, Byan tidak yakin bisa membagi waktunya. Terlebih ia termasuk ke dalam 3 besar siswa berprestasi di angkatannya. Ia harus mempertahankan posisi tersebut sampai ia lulus dari sekolahnya supaya bisa mendapatkan beasiswa dan meringankan beban kakaknya. Hm, tapi rupanya Byan akan mempertimbangkannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBIT
Mystery / Thriller[TAMAT] Kisah anak SMA yang tiba-tiba mempunyai banyak misi sambil mencari tau siapa dalang dari semua ini. Tidak sedikit korban dan kehebohan yang disebabkannya. Lantas, bisakah mereka menebak siapa psikopatnya? Maukah kamu membantu mereka? Open th...