[Selasa, pagi]
Pagi ini, di meja makan sudah ada Byan, Dinda, dan Gally. Kali ini Gally bangun tanpa bantuan teriakan dari Dinda, entah karena Gally tidak mau tertinggal berita terkini di pagi hari atau memang ia sedang rajin-rajinnya.
"Sudah jam enam buruan." desak Gally agar Byan sedikit cepat ketika menyalakan tv di ruang keluarga.
"Berita terpanas datang dari kepolisian melalui siaran langsung dini hari tadi. Di jalan..."
"Wah itu toko yang ada di pojok, dekat rumah pak tukang yang benerin pintu kamarku, kak. Tapi kayaknya temanku juga ada yang di daerah situ." kata Gally.
"...siapa sangka rumah sederhana yang tampak aman ternyata merupakan tempat untuk melakukan tindakan tidak pantas. Bahkan salah satu pengguna jasa itu adalah guru di sekolah menengah atas terkenal di kota ini..."
"Gally sekolah yang bener." kata Dinda.
"Iya-iya, kak Dinda pikir Gally akan menirukan hal semacam itu hah? Enggak dong."
"Tetapi sayangnya wanita yang diduga melayani beberapa orang itu berhasil kabur melalui pintu rahasia kedua sebelum polisi datang."
"Wah." gumam Byan.
"Menurut Kak Byan, ada sangkut pautnya nggak dengan pembunuhan di salon?."
"Ya enggak lah, kemarin pembunuhan sekarang penggerebekan apa nyambungnya hm?."
"Terserah lah."
"Kakak berangkat dulu ya. Jangan lupa dikunci." pamit Dinda setelah menyiapkan sarapan kedua adiknya.
"Jas hujan." kata Byan mengingatkan. Dinda hanya menyatukan ujung jari telunjuk dan ibu jarinya itu.
"Ish, aneh." gumam Gally yang masih fokus ke layar televisi tersebut. Menyadari bahwa dirinya tidak mendapat tanggapan, Gally menoleh ke arah Byan. Byan hanya menatapnya malas.
"Tidak semuanya bisa dijelaskan dengan kata-kata, kak. Ini semua insting. You know insting?." tanya Gally.
"Terserah, buruan makan."
Sesudah mereka berdua menyelesaikan sarapan paginya, mereka berangkat sekolah seperti biasanya. Tapi ternyata selasa pagi milik mereka berdua tidak hanya disambut oleh berita penggerebekan saja, melainkan gerbang sekolah yang masih tutup dan banyak teman-temannya yang menunggu di depan gerbang dengan ekspresi yang terkejut.
"BY!!" panggil Nadine. Lalu Gally menunjuk ke arah pohon besar di depan sekolahnya dan Byan pun mengarahkankan motornya ke tempat tersebut. Di sana sudah ada Iris, Nadien, dan Edrian. Edrian menjelaskan bahwa inisial guru di sekolah menengah atas yang disebutkan di berita terkini pagi tadi adalah Gandi, wali kelas mereka berempat. Byan tidak habis pikir. Gurunya itu bahkan membawa istri dan anaknya yang masih balita ke sekolah sekitar seminggu yang lalu.
"Kalau begitu, ada peluang bahwa si wanitanya seorang siswa kan?." tanya Gally.
"Masih tidak ada bukti." jawab Nadine. Byan melihat Iris yang bersandar tenang di pohon. Temannya itu memang sama sekali tidak berubah, ia benar-benar membenci hal-hal seperti ini. Ia tidak suka ada wanita yang menjual dirinya kepada banyak orang. Iris menghembuskan napas kasar, menandakan bahwa ia sedang bosan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBIT
Misterio / Suspenso[TAMAT] Kisah anak SMA yang tiba-tiba mempunyai banyak misi sambil mencari tau siapa dalang dari semua ini. Tidak sedikit korban dan kehebohan yang disebabkannya. Lantas, bisakah mereka menebak siapa psikopatnya? Maukah kamu membantu mereka? Open th...