[Rabu, siang]
Kegiatan belajar mengajar rabu pagi tadi dilewati oleh tujuh orang yang sedang cemas. Byan yang bahkan merupakan tipe siswa yang fokus saja harus menyadarkan diri beberapa kali agar pikirannya tidak tenggelam berlarut-larut mengenai amplop yang diterimanya dan diterima oleh adiknya itu. Dan sekarang, tujuh orang si penerima itu sedang duduk melingkar di taman.
"Dari semua orang yang ada, kenapa harus Rilia?." tanya Nadine.
"Sejujurnya tadi kata Aeril itu benar. Aku sempat berpikir apa seharusnya bukan Aeril." kata Edrian.
"Aku jauh lebih aneh. Aku bahkan adik kelas." sahut Gally.
"Kamu terlalu sering ikut campur." kata Byan sedikit memarahinya.
"Tapi seru juga." jawab Gally membela diri yang diikuti oleh tatapan tajam dari Byan.
Lalu mereka semua berpendapat siapa kiranya yang mengirimi mereka amplop dan apa tujuannya. Ternyata hanya Aeril lah yang terpikirkan oleh mereka walaupun tadi Rilia sempat ragu.
"Kita hampir tidak pernah berbicara dengan Aeril. Di sini cuma kamu yang dekat dengan dia. Menurutmu dia bagaimana?." tanya Byan pelan kepada Rilia.
"Baik, dia sedikit lebih dewasa dari usianya. Tapi tentang kehidupannya, memang sangat misterius."
"Dia memang sudah dewasa." gumam Rosa.
"Apa?." tanya Iris memastikan karena kalimat Rosa sedikit tidak jelas.
"Ah, tidak-tidak."
"Tapi kenapa kita berempat?." tanya Edrian kepada Byan, Nadine, dan Iris. Gally mengangguk setuju. Keempatnya bukan orang yang jahat. Meskipun populer karena visualnya, mereka sama sekali tidak pernah meremehkan siswa yang lain. Mereka bahkan menjawab dengan baik siapa saja yang berbicara dengan mereka. Gally merasa mereka tidak berhak mendapatkan pesan misteri ini.
"Apa kalian pernah melakukan kesalahan?." tanya Rilia.
"Kesalahan?." Iris balik bertanya.
"Terkadang orang yang biasa-biasa saja ikut terkena imbasnya karena melakukan sebuah kesalahan yang tidak ia sadari. Seperti melihat apa yang seharusnya tidak ia lihat." jelas Rilia. Gally seketika melakukan kontak mata dengan Nadine dan membeku berdua.
"Aku lupa melihat siapa saja selama satu hari." sahut Iris.
"Maaf." jawab Rilia.
"Nggak papa, santai aja." kata Nadine.
"Help me or kill me?." Byan membaca suratnya lagi.
"Bagiku, itu seperti penawaran. Kalau kita membantunya, kita akan mendapat perintah. Kalau kita tidak membantunya, dia menekankan bahwa dia sudah tamat dan itu salah kita." Rosa menjelaskan.
"Tunggu, kita berlima punya kekuatan di popularitas. Rosa punya kekuatan di keberanian. Lia, apa kamu punya sesuatu yang belum kami ketahui?." tanya Byan. Rilia menggeleng.
"Aku sungguh tidak punya apa-apa." jawabnya.
"Kemarin di kelas kamu menghubungi siapa?." tanya Iris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBIT
Tajemnica / Thriller[TAMAT] Kisah anak SMA yang tiba-tiba mempunyai banyak misi sambil mencari tau siapa dalang dari semua ini. Tidak sedikit korban dan kehebohan yang disebabkannya. Lantas, bisakah mereka menebak siapa psikopatnya? Maukah kamu membantu mereka? Open th...