1234567.7654321

93 18 1
                                    

[Kamis, siang]

Di kantin, mereka berempat ditambah dengan Gally dan Rosa sedang menikmati makan siangnya sambil berusaha untuk menenangkan Nadine. Nadine yang sebenarnya sudah merasa wajar ketika dirinya dilihat oleh orang banyak karena ketenaran dan kecantikannya mendadak risih hari ini. Ia heran bagaimana bisa berita tentang dirinya langsung tersebar cepat di lingkungan sekolah. Padahal yang tadi ada di ruang guru hanya lima orang saja.

"It's okay. Semua akan membaik pada waktunya." kata Rosa.

"Mereka bisa asal tuduh gitu kan karena nggak kenal sama kakak, kalau kita ini kan sudah kenal. Jadi santai aja, kita semua percaya sama kak Nadine kok. Kadang tidak dipercaya oleh orang terdekat justru yang paling menyakitkan." jelas Gally.

"Sejak kapan pin mu hilang?." tanya Edrian.

"Aku lupa. Tapi terakhir kali aku pakai pin waktu wisudanya kakak kelas, sewaktu aku jadi mc." jawabnya.

"Apa tadi Aeril sangat tenang?." tanya Rosa kepada Iris dan Nadine. Keduanya mengangguk. Rosa tersenyum misterius.

"Kenapa kamu tersenyum?." tanya Iris.

"Aku? Ah enggak." jawabnya cepat untuk menutupi kegugupannya.

"Bagaimana dengan amplop itu? Tinggal dua hari lagi." tanya Rosa mengalihkan pembicaraan.

"Itu...kak Rilia?." tanya Gally. Semuanya menoleh ke belakang. Terlihat Rilia seperti sedang mencari seseorang.

"Lia!." panggil Iris. Rilia terkejut saat Iris memanggilnya tapi kemudian langsung menuju meja mereka.

"Kamu mencari siapa?." tanya Rosa.

"Aeril." jawabnya sambil cengengesan.

"Jangan mencarinya, dia memang suka menghilang. Duduklah bersama kami." kata Edrian.

"Kebetulan, kami akan membahas amplop itu." sahut Iris.

Tanpa mereka sadari, Byan sedari tadi hanya diam saja. Ia mengamati satu persatu temannya dan mulai menyadari bahwa ia memang sangat tidak peka terhadap suasana. Selama ini ia menganggap sangat dekat dengan teman-temannya, tapi hari ini dia yakin bahwa pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan satu sama lain.

Ya, Byan berubah seiring berjalannya kasus ini. Tanpa mereka sadari, termasuk seseorang itu.

"Kita mulai dari mana?." tanya Iris.

"Pertama-tama, ayo kumpulkan dulu amplopnya." Byan memberi perintah. Mereka pun menurutinya.

"Lalu?." tanya Nadine. Byan mengangkat kedua bahunya, menandakan bahwa ia juga tidak mengerti apa yang harus dilakukannya lagi. Sedangkan Gally membuka amplopnya untuk kesekian kalinya.

"Oh?!." ucap Gally.

"Why? Why?." tanya Edrian. Tapi Gally tidak langsung menjawabnya, malah membuka semua amplop yang ada di meja.

"Ah!." ucap Gally lagi sambil menata amplop menjadi sebuah pola. Lalu membuka yang paling ujung.

"Lihat, di dalam amplop ada nomor kecil. Kalian baru menyadari?." tanya Gally. Byan pun mengecek.

Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang