The Day

88 22 1
                                    

[Jumat, siang]

Dinda dan Rafael yang kebetulan hari ini mempunyai jam istirahat yang sama sedang menghabiskan waktunya di kafe outdoor sambil menikmati makanannya. Mereka berdua yang sudah mengganti bajunya menjadi lebih santai justru terlihat seperti pasangan di sini.

Berbagai topik pembicaraan sudah mereka lewati, karena memang keduanya sangat cepat berbaur jadi sudah tidak canggung lagi. Padahal belum sampai seminggu mereka saling kenal.

"Ah! Apakah adikmu sekolah di..." Dinda mendekatkan wajahnya ke telinga Rafael.

"...yang gurunya tertangkap di rumah sebelah toko itu?." lanjut Dinda sambil berbisik. Rafael mengangguk.

"Jadi jas hujan pink itu?."

"Punya adikku. Iris namanya." jawab Rafael. Dinda tampak kaget.

"Kenapa? Kamu kenal?." tanya Rafael. Dinda tersenyum penuh arti. Bukan hanya mengenalnya saja, Iris dan teman-teman Byan itu bahkan sudah ia anggap seperti adiknya sendiri. Terlebih lagi Iris yang lebih sering menghabiskan waktunya bersama Byan, karena sama-sama tidak banyak bicara. Berbeda dengan Edrian dan Nadine yang teramat persis dengan Gally.

"Hm, dia ada geng dengan kedua adikku." jawab Dinda.

"Oh ya? Aku jarang pulang ke rumah. Berhubungan dengan Iris pun hanya sesekali." kata Rafael sambil mengaduk minumnya. Rafael, kakak Iris itu sudah hidup sendiri di apartemen semenjak diterima di kepolisian. Walaupun sebenarnya kantornya tidak terlalu jauh dengan rumahnya, ia tetap memilih jalannya sendiri. Jadi di rumah hanya ada Iris dan mamanya saja. Papa Rafael dan Iris tersebut sering bekerja di luar kota bahkan luar negeri. Ia akan pulang satu tahun atau dua tahun sekali.

"Aku juga baru tau kalau Iris punya kakak."

"Nanti kalau aku enggak sibuk dan bisa pulang ke rumah, aku bakal tanya dia kenal kamu atau enggak."

"Ya kenal lah pasti."

"Mungkin aja nggak dianggap."

"Jangan ngada-ngada deh." jawab Dinda dengan tangan yang bersiap untuk memukul pelan bahu laki-laki di sampingnya itu.

"Sabtu malam ada acara?." tanya Rafael. Dinda menggeleng.

"Jalan yuk."

"Kemana?  Patroli, hm?."

"Ya enggaklah, kemana gitu kek."

"Boleh." jawab Dinda santai.

Drrt..drrt..
Alarmnya berbunyi.

"Ah, aku balik dulu ya. Kamu mau sekalian atau masih nanti?."

"Sekalian aja, yuk."

Akhirnya mereka berdua keluar dari kafe dan mengambil motor masing-masing lalu berpisah di persimpangan jalan.

Suasana berbeda dengan di sekolah, ada tujuh orang yang sedang mengadakan kumpulan di atap sekolah. Beruntung cuaca hari ini tidak terlalu panas, jadi kulit mereka masih aman berada di ruang terbuka seperti ini. Tentu saja, mereka harus segera mengambil keputusan. Mengingat waktu di kertas tersebut tinggal 14 jam lagi.

Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang