Three Suspects

115 19 0
                                    

[Rabu, malam]

Ia tersenyum kepada lima polisi itu setelah sampai di lokasi.

"Jangan pernah coba-coba untuk memindahkan keluarga kalian. Karena itu nggak ada gunanya." katanya to the point sambil menunjukkam sebuah foto yang ia ambil dari kamar hotel. Mereka semua terkejut.

"Kalian bukan targetku, jadi santai saja. Cukup berikan apapun yang aku mau, kalian dan keluarga kalian akan aman." ucapnya dan langsung masuk ke dalam rumah itu, tapi ia meminta polisi bernama Aditya untuk menemaninya. Lalu mereka berdua naik ke atap dan akan memulai penelusurannya tentang jalan rahasia kedua.

Sebenarnya ia masih syok, karena jalan rahasia kedua yang tidak polisi ungkapkan di televisi ternyata merupakan ruang bawah tanah di mana tangga menuju ke bawah ada di dalam tandon air yang sama sekali tidak ada airnya. Malam ini ia akan berusaha mencari bukti yang tidak ditemukan oleh polisi.

"Aku memintamu untuk menemaniku karena kamu yang paling muda di antara mereka." ucapnya. Aditya hanya melihat ke arah maskernya saja ketika diajak berbicara, karena terlalu takut untuk menatap mata lawan bicaranya itu.

"Ini ujungnya?." tanyanya, Aditya mengangguk lalu membukakan tempat keluarnya.

"Wah." gumamnya saat mengetahui dengan langsung bahwa jalan keluar dari ruang bawah tanah ini adalah salon tempat terjadinya pembunuhan pada senin dini hari.

"Jalan ini hanya dilewati satu kali saja. Sebelum penggerebekkan, jalan ini tidak pernah digunakan. Mungkin pernah, tapi sudah sangat lama tidak digunakan lagi." jelas Aditya.

"Apa tidak ada apapun di sini?." tanyanya sambil menunjukkan ke arah dalam salon. Aditya mengangguk.

"Itu artinya dia meninggalkannya di ruang bawah tanah."

"Tapi jalan di bawah hanya lurus dan sempit, tidak ada celah-celah."

"Itu yang harus kita cari." jawabnya santai lalu menutup pintu dan kembali menyusuri jalan ruang bawah tanah sambil meneliti atap dan lantainya. Tapi kemudian ia berhenti.

"Ku rasa atas dan bawah adalah suatu kewajaran." ucapnya.

"Lalu kamu fikir itu adalah dinding?." tanya Aditya. Lawan bicaranya itu mengangguk. Keduanya langsung bertindak cepat. Ia memeriksa dinding bagian kanan dan Aditya dinding bagian kiri.

"Kenapa kamu mendorongnya?." tanyanya pada Aditya.

"Bukankah biasanya pintu dari ruang rahasia itu bisa didorong?."

"Tidak selalu." jawabnya sambil menggeser dindingnya. Aditya terkejut. Dinding itu benar-benar tergeser dan memperlihatkan beberapa rak seperti lemari. Hanya ada satu benda di dalam sana.

"Ini tas mahal." kata Aditya. Sosok berjaket hitam ini hanya tertawa. Bukan karena Aditya, tapi karena tas itu. Dia jelas mengenal tas itu. Lalu ia mengambil alih tas tersebut dan membukanya.

"Ish." gumamnya sambil mengambil sebuah baju tidur yang teramat sexy. Sudah pasti ia mengenakannya hari itu.

Tuk..tuk..tuk..
Suara benda kecil yang terjatuh. Ia mengambilnya dan tersenyum sangat senang.

"Pin? Sekolah Menengah At..." Aditya tidak melanjutkan kalimatnya. Jelas itu adalah sekolah tempat Gandi mengajar.

"Urus semuanya." katanya sambil pergi terlebih dahulu.

Saat  berjumpa lagi dengan keempat polisi teman Aditya itu, ia hanya melambaikan tangan dan pergi dengan membawa rasa bahagia yang ada. Di belakang tampaknya Aditya memberi penjelasan kepada empat orang tersebut.

Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang