[Masih kamis, pagi]
Byan dan Edrian masih membisu di kursinya masing-masing. Mereka terkejut bukan main saat foto sebuah tas yang familiar baginya tiba-tiba dimunculkan.
Sekitar satu tahun yang lalu, ketika mereka berkumpul di rumah Iris. Papa Iris yang sedang dinas di luar negeri menghubungi Iris dan menunjukkan bahwa perusahaan tas milik temannya itu mengeluarkan produk baru dan sangat terbatas. Sehubungan dengan ulang tahun Iris yang akan datang dua hari lagi, Papanya menanyakan apakah Iris berminat.
Tentu saja, siapa perempuan yang tidak mau dibelikan tas yang mahal dan terbatas itu. Tapi, karena Iris juga sangat sayang dengan Nadine. Ia merengek kepada papanya agar bisa membelikan dua tas yang satunya lagi akan ia berikan kepada Nadine. Mudah bagi orang yang kaya, dibuktikan dengan papa Iris yang langsung mengiyakan permintaan anak perempuannya itu.
Tapi yang tidak disangka-sangka adalah bahwa Aeril juga memiliki tas yang sama. Saat ketiganya sedang ada di ruang guru, teman-temannya sibuk mencari bukti milik Aeril di media sosial. Bahkan Rilia dan Rosa yang sudah dekat karena insiden amplop kemarin, duduk bersama dan ikut mencari buktinya.
"Ini-ini." kata Rilia.
"KETEMUUUU!!." teriak Rosa. Semuanya langsung mendekat ke arahnya, termasuk Byan dan Edrian.
"Itu instagram lamanya?." tanya teman-temannya.
"Sepertinya." jawab Rosa.
"Hasil dari usaha sendiri." ucap Rilia yang membaca caption di fotonya itu. Mereka semua semakin bertanya-tanya siapa kiranya tokoh utama dari penggerebakkan pada hari selasa kemarin.
"Siapa yang tidak memakai pin?." tanya Rilia.
"Nadine dan Aeril." jawab salah satu temannya.
"Nadine memang tidak pernah memakai pin." sahut Edrian cepat dengan maksud untuk membela temannya itu.
"Tapi Aeril juga." jawab Rosa.
Lalu mereka berdebat tentang siapa kiranya yang sangat berani menjual diri ke banyak laki-laki, terlebih wali kelasnya sendiri. Namun suasana berbeda dengan ketiga orang yang menjadi tokoh utama hari ini yang sedang berada di ruang guru.
Nadine yang berada di tengah membuat semakin tampak bahwa dirinyalah orang tersebut, terlebih dia yang paling cemas di antara Iris dan Aeril.
"Senin malam saya berada di rumah." ucap Aeril saat guru dan kepala sekolah baru saja duduk di kursinya.
"Saya belum bertanya." jawab Sheli. Aeril hanya menatapnya malas.
"Kamu di mana saat senin malam?." tanyanya pada Iris terlebih dahulu.
"Saya sedang belajar. Mama saya rajin menengok saya di kamar. Bu Sheli tanya saja ke mama." jawab Iris yakin. Lalu gurunya itu langsung mencatat nomor orang tua Iris dan meneleponnya.
"Halo, selamat pagi, Ibu."
"Bu Sheli, apa Iris dan Nadine sedang di introgasi? Mereka berdua anak baik, Bu."
Nadine mendadak menangis setelah mendengar pernyataan dari mamanya Iris.
"Iya, mereka berdua sedang bersama saya. Tapi mereka masih baik-baik saja kok, bu. Sebenarnya saya ingin bertanya, senin malam kemarin apakah Iris ada di rumah?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBIT
Mystery / Thriller[TAMAT] Kisah anak SMA yang tiba-tiba mempunyai banyak misi sambil mencari tau siapa dalang dari semua ini. Tidak sedikit korban dan kehebohan yang disebabkannya. Lantas, bisakah mereka menebak siapa psikopatnya? Maukah kamu membantu mereka? Open th...