Points When Lying

90 18 0
                                    

[Senin, pagi]

Di kelas Byan sedang berlangsung pelajaran bahasa Inggris. Semuanya berjalan lancar sampai pada akhirnya, guru di depan kelas mempersilahkan untuk membuka kamus jika lupa beberapa kata.

Rosa yang masih tidak terlalu paham dengan bahasa Inggris itupun langsung bermaksud untuk mengambil kamus di kolong mejanya. Tapi, yang diambil bukannya kamus, malah sebuah alat yang sama sekali tidak Rosa mengerti kenapa bisa ada di tempatnya.

"SIAPA YANG MELETAKKAN INI DI SINI?!." tanya Rosa sambil berteriak. Teman-temannya yang posisinya sedang dekat dengan Rosa pun langsung menjauh karena takut melihat pisaunya.

"Rosa! Itu dari mana?." tanya gurunya.

"Dari kolong meja." jawabnya singkat.

"Jawab nggak?!." ancam Rosa yang semakin menodongkan pisaunya.

"Argh!." ia membanting pisau tersebut ke lantai. Nafasnya sudah tidak beraturan. Iris yang melihat itu langsung meminta izin kepada Byan untuk membawa Rosa keluar kelas agar kegiatan belajar mengajar masih bisa dilanjutkan kembali. Byan pun menyetujui dan mengamankan pisaunya.

Sebenarnya Iris hendak membawa Rosa ke kantin, namun ternyata Rosa ingin pergi ke ruang CCTV. Mau tidak mau, Iris pun menurutinya. Tapi setelah dilakukan pengecekan, CCTV tidak aktif.

"Siapa menurutmu?." tanya Rosa.

"Entah, sama sekali tidak ada nama yang terlintas."

"Sial." gumam Rosa.

"Kamu, sudah menemukan papa siapa yang dimaksud?." tanya Rosa. Iris mengangguk.

"Papamu, Edrian, Nadine."

"Papamu sendiri?."

"Di luar negeri." jawab Iris santai. Rosa mengangguk paham.

"Cek Cek..."

Iris dan Rosa melihat ke arah televisi di ruangan ini. Itu kepala sekolah, sepertinya akan menyampaikan sesuatu.

"...terkait dengan adanya penyelundupan benda tajam di salah satu meja siswa. Nama-nama yang muncul setelah siaran ini, harap segera berkumpul di aula."

Lalu setelah itu, muncul delapan nama. Siapa lagi kalau bukan penerima amplop? Pasti beberapa temannya sudah ada yang mengadu tentang kehebohan yang selalu terjadi dalam circle kedelapanan itu. Termasuk yang baru saja terjadi ini. Akhirnya Iris dan Rosa pun ke arah aula, dan mereka berdua berpapasan dengan keenam anggota lainnya di depan UKS.

Di dalam aula sudah ada delapan meja dan kursi yang ditata melingkar. Di atasnya ada selembar kertas dan juga pulpen. Walaupun mereka semua tidak paham, tapi tetap saja mereka tidak berani melontarkan kalimat pertanyaan kepada guru dan kepala sekolahnya itu.

"Ada yang bisa menjelaskan peristiwa detailnya? Termasuk di rooftop sabtu malam." kata Weni--ketua guru BK di sekolah ini, dan juga atasan Sheili yang waktu itu menangani kasus pertama.

Semua mata tertuju pada Byan. Byan pun mengerti dan langsung menjelaskan semuanya.

"Ada yang ingin menambahi atau menyangkal atau berpendapat?."

Guess Who's The Psycho [S1] - SUDAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang