Part 8 : sweet day [Jungwoo]

532 64 2
                                    

“Sayang?!”

Suara cowok itu kembali terdengar oleh telingamu setelah beberapa saat. Kamu hanya menghela, tanpa niat memperdulikan cowok yang kini terduduk di depanmu.

“Kamu beneran gak mau temenin aku?”

“.... ” kamu diam.

“Uwoo marah nih, kalo kamu gak mau temenin Uwoo ke toko sepeda. ”

Akhirnya kamu menghela, dan menatap cowok itu dengan tatapan yang mengunci.
“Uwoo, berapa kali kan aku udah bilang. Sepeda Uwoo itu udah banyak, dan garasi di rumah udah penuh sama koleksi sepeda Uwoo. ”

“Tapi aku pengen beli lagi, ada sepeda keluaran terbaru. Dan itu limited edition, Uwoo gak mau ketinggalan. ”

“Terserah kamu deh, mau beli sana beli sendiri, jangan harap aku mau ikut-ikutan melihara koleksi aneh kamu. ”

Kamu beranjak dari sofa, meletakan majalah yang kamu baca di atas meja, lalu berjalan ke arah kamar meninggalkan suami kamu di ruang keluarga sendiri.

Kamu merasa jengkel dengan sikap Jungwoo suami kamu, yang terkadang berlebihan.

Memiliki hobi itu tidak salah, hanya saja ia harus tahu batasan untuk tidak berlebihan dalam hal itu. Beberapakali kamu selalu mengingatkannya, untuk menggunakan uang dengan hemat. Tapi lihatlah betapa keras kepalanya cowok itu.

Terakhir kamu mengantar Jungwoo ke toko sepeda langganannya, dan kamu terkejut dengan bajet yang sudah Jungwoo keluarkan untuk sepeda itu.

Bayangkan dua belas juta hanya untuk membeli sepeda.

Dan jika dinasehati, cowok itu selalu menjawab. Kita itu orang kaya, please jangan bersikap kaya orang gak punya duit.

Sekaya apapun jika suami kamu tidak berhemat, ya tentu saja berujung kemiskinan.

“Sayang... ” lirih Jungwoo di ambang pintu.

Dengan wajah cute baby cowok itu mendekat ke arahmu, lalu mendekapmu dari belakang.

“Kamu marah ya?” tanyanya dengan nada rendah.

Kamu tak berniat menggubris.

“Sayang, jangan marah dong. ”

“.... ”

“Nanti cantiknya luntur loh, wkwk. ”

“.... ”

“Masa kamu marah sih, harusnya kan aku yang marah. ” sontak kalimat itu membuatmu menoleh.

Kamu menatapnya tajam, dan menepis tangan cowok itu kencang. “Seharusnya kan aku yang marah?” kamu mengikuti gaya bicaranya. “Dengar ya, kamu itu... Ah sudahlah, berdebat dengan kamu hanya membuat masalah jadi runyam. ”

“Kamu kok gitu sih, jangan gitu lah, Uwoo sedih kalau kamu bilang gitu. ”

“Terserah, kayaknya malam ini aku mau nginep dulu di rumah mama. Kamu gak usah khawatir, aku gak akan larang hobi kamu untuk mengkoleksi sepeda. ”

Jungwoo membulatkan matanya. “Kamu mau ke rumah mama? Kenapa?”

“Ya emang masalah? Pake tanya kenapa.

Selebihnya kamu tidak menyahut jika cowok itu bergumam, bertanya bahkan dia sudah memohon untuk tidak ditinggalkan di rumah sendirian.

Malam itu kamu benar-benar pergi dari rumah, tapi tidak untuk selamanya. Hanya untuk merilekskan pikiran, dari sikap suami kamu yang sudah kelewatan.

Jungwoo benar-benar sendirian di rumah.

Kamu merasa tidak enak hati meninggalkannya begitu saja, hanya karena masalah hobi.

Tapi sore itu entah kamu kerasukan setan apa, kamu pergi ke toko sepeda langganan Jungwoo. Membelikan sepeda terbaru yang suami kamu inginkan.

“Kamu masih ngambek?” tanya Jungwoo yang baru saja melihat kamu pulang.

“Enggak tuh. ”

Jungwoo hanya senyum. “Maaf ya soal kemarin, Uwoo janji gak akan buat kamu marah lagi. Soal sepeda, Uwoo udah jual semuanya di garasi. ”

“Hah?” kamu mengernyit heran.

“Kenapa? Kaget ya. ” Jungwoo hanya nyengir polos.

Kamu menatapnya intens. “Kamu jual semua?”

“Iya sayang, udah ah jangan bahas sepeda mulu. Uwoo lapar, masakin dong. ”

Rasa bersalah tiba-tiba menyergap celah-celah kecil hati. Lima tahun kamu dan cowok itu hidup bersama, tapi kamu sama sekali tidak pernah melihat sikap manly darinya.

Selama ini Jungwoo hanya menunjukan sisi cute plus menyebalkan saja padamu.

Untuk sikap seperti ini, yang merelakan hobinya demi istri sungguh bukan Jungwoo yang selama ini kamu kenal.

“Seharusnya kamu gak perlu jual semua sepeda kamu, hanya karena aku sering marah-marah lihat kamu beli sepeda bukan berarti aku gak suka sama hobi kamu. ”

Jungwoo yang sudah duduk di meja makan hanya menatap kamu dengan senyuman lembut. “Uwoo kan udah bilang tadi, jangan bahas sepeda lagi. Uwoo gak mau kita berantem, apalagi sampai harus buat kamu pergi kaya semalem. ”

“Tapi__. ”

“Masak aja sana, bawel banget ya pulang dari rumah mama. Biar aku yang pergi bukain pintu. ” Jungwoo beranjak dari duduknya, saat bel rumah terdengar.

Rasanya saat itu juga kamu ingin menangis. Selama ini, maksudnya, selama lima tahun. Bahkan kamu merasa tidak mengenal sosok Jungwoo dengan benar.

Kamu tersenyum tipis, lalu bergerak untuk mulai memasak. Karena tadi suami kamu mengatakan lapar dan ingin makan.

Tapi tanganmu berhenti, saat Jungwoo dengan mata berbinar-binar menatapnya di ambang pintu dapur.

“Kenapa?” tanya kamu heran.

Jungwoo tak menjawab. Dia hanya tersenyum, dan bahkan hampir menangis.

“Uwoo kenapa?” tanya kamu lagi.

Jungwoo menyeka air matanya. “Kamu beliin Uwoo sepeda?”

Helaan napas terdengar lega. “Ah itu, sebetulnya... ”

“Untuk apa?”

“Karena semalem aku gak tega tinggalin kamu begitu aja sendiri di rumah, apalagi kan katanya kamu pengen banget sepeda itu. ”

Dengan gerakan cepat, cowok itu mendekap kamu erat. Kamu yang saat itu spontan, langsung mengelus punggungnya pelan.

“Apa Uwoo suka?”

“Uwoo suka, tapi itu mahal banget loh sayang. Uwoo ganti ya. ”

“Kalo Uwoo suka kenapa harus diganti? Itu kan aku beli dengan uangku, sebagai hadiah untuk Uwoo. Seperti yang Uwoo bilang, kita kan orang kaya.

Jungwoo kembali mendekap kamu.

“Ayo liat sepedanya. ” ajak kamu pada cowok itu.

Dia mengangguk, kemudian berjalan bersama denganmu menuju teras rumah.

Sambil menatap sepeda yang baru saja di antar, Jungwoo merangkul pundak mu lalu bergumam.

“Uwoo gak akan koleksi sepeda lagi, tapi... Uwoo mau koleksi yang lain. ”

Kamu mengernyit heran. “Koleksi apa?”

“Uwoo pengen punya bayi banyak, sebanyak waktu Uwoo punya sepeda dulu. Bisa kan?”

***

Harmonis bat atuh akang😭

NCT x YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang