Chapter 3

71 13 11
                                    

Terlintas sekejap wajah orang tuanya yang sedang berangkulan dan tersenyum lebar,membuatnya teringat "kejadian itu"....

FLASHBACK
(3 tahun silam)...

"Bu, Aku diterima di SMAN 76, Aku juga dapat beasiswa, kita gak perlu keluar uang banyak-banyak buat sekolahku," kata Hendra sambil menggenggem tangan Ibunya yang terbaring di kasur dengan mata berkaca-kaca

"Aku pasti dapet banyak temen baru,Bu, seragamnya juga keren, makanya ibu bengun dong, ini lihat seragam baru Hendra," lanjutnya sambil menunjukkan baju seragam barunya yang ia pakai tanpa memasang kancingnya, namun ibunya tetap diam terbaring lemas karena stroke yang ia derita sebulan lalu.

Mata Hendra tak kuasa membendung air mata lebih lama lagi. Air mata Hendra mengalir melelui cekungan yang terbuat dari senyum pahit disamping bibirnya sambil mencium tangan Ibunda tercintanya.

BRRRUUUAAKK!!! Piintu dibuka kasar sampai menghantam tembok,

"HENDRA!!!" teriak laki-laki yang berumur beberapa tahun lebih tua dari ibunya

"HENDRA KELUAR KAMU!!" teriaknya yang dilanjutkan meneguk air dalam botol minuman keras ditangannya

"Iya, Yah" jawab Hendra menghampiri orang itu sambil menunduk takut

" Uang gue abis, gue kalah judi sama si Sapri, lu ada duit gak?" kata ayahnya sambil merangkul Hendra dengan sempoyongan

"Gak ada, Yah. Kemarin buat beli obat buat ibu, sisanya diambil ayah kemarin" jawab Hendra menahan berat ayahnya dan bau minuman itu yang tidak enak

" BOHONG KAMU! MANA!" bentak Ramli dan menampar Hendra

" Gak ada, Yah" jawab Hendra menahan air mata yang ingin keluar karena perlakuan ayahnya itu

"Yaudah, ayah yang cek sendiri. Minggir kamu!" mendorong Hendra hingga jatuh disudut ruang depan.

Ramli menggeledah kamar Hendra dan Lisa, mengobrak-abrik lemari, kasur, dan tempat buku Hendra namun tak menemukan uang sepeser pun.

Kemudian ia berjalan sempoyongan menuju kamar Lastri, istrinya. Mendapati istrinya terkulai lemah ia mengobrak-abrik lemari dan laci-laci meja, namun tak juga menemukan barang yang ia cari.

Hendra yang mencegahnya didorong dengan keras hingga kepalanya terbentur dinding dan lemas bersandar di dinding namun masih sadar. Menuju ranjang istrinya, ia mengingat dulu sering menyimpan uang di bawah kasurnya.

"MINGGIR KAMU!!" dengan kasar Ramli menarik Lastri sampai tersungkur dihadapan Hendra

" Hentikan, Yah" pinta Hendra masih lemas memegangi kepalanya yang terus mengeluarkan darah segar

"DIAM KAMU!!" bentak Ramli, "Nah, ini yang kucari, mmuahh" kata Ramli tersenyum dan mencium amplop besar tebal berisi uang seratus ribuan dan lima puluh ribuan dan berjalan keluar

"Jangan, Yah, itu untuk biaya berobat ibu ke rumah sakit, Kak Lisa menabung dari semua kerja kerasnya selama ini" rengek Hendra berjalan sempoyongan mengejar ayahnya memegangi kepalanya yang terasa pusing, dan ia memegang pundak ayahnya untuk menghentikannya,

"MINGGIR!! ANAK KECIL JANGAN IKU-IKUTAN URUSAN ORANG DEWASA! PERGI KAMU!!" Ramli mendorong Hendra hingga tersungkur di lantai, dan ia pergi meninggalkan mereka berdua.

Hendra merangkak ke kamar Ibunya, ia mengangkat ibunya perlahan disandarkan ke pahanya, Ia menangis sedih memeluk ibunya

"Yang sabar ya, Bu" tangis Hendra mencium kening Ibunya

Hendra memandangi tubuh ibunya yang lemas dan mendapati dada ibunya yang tidak bergerak lagi.

"Ibu?" Ia panik dan memastikannya dengan menempelkan telinganya ke dada sang ibu, tidak ada detak jantung.

"Ibu?!" Ia memegang pembuluh darah di pergelangan tangan ibunya, nihil.

"Ibuuu?" Hendra menggoyangkan tubuh ibunya, berharap ia bangun lagi, dan tangis Hendra pecah malam itu.

Lisa yang mendapati adiknya berteriak didalam rumah lekas mencopot sepatunya dan berlari menuju sumber suara. Dilihatnya Hendra memangku kepala sang Ibu menangis sambil memeluk kepala ibunya.

" Hendra, kenapa?! Ibu kenapa?!" tanya Lisa panik memandang tubuh ibunya berlanjut ke mata Hendra yang berkaca-kaca

"I-Ibu kak, Ibu meninggal, tolongin kak..." kata Hendra tersendat tangisannya

" Kenapa?! Kenapa bisa?!" duduk disamping Ibunya memandangi Hendra dengan air mata berlinang

" Ayah, AYAH KAK! AYAH PULANG MABUK! DIA LEMPAR IBU DARI KASUR DAN AMBIL UANG IBU KAK!"teriak Hendra menumpahkan lebih banyak air mata dan menunduk terlihat bekas darah di tengkuk belakang lehernya,

Lisa yang melihat itu tertegun dan memahami betapa kerasnya Ayah mereka langsung memeluk Hendra

"Nanti kalo Hendra udah besar, awas aja Ayah, pasti kuhabisi, pasti!" kata Hendra dalam hati

Pemakaman dilakukan seadanya dan hanya dihadiri beberapa orang yang dapat dihitung, dan itupun pasti karena terpaksa, dan yang paling menjengkelkan, sudah dapat ditebak, sang ayah tidak datang dan tidak peduli sama sekali.

FLASHBACK OFF

Tangan Hendra terkepal kencang saat mengingat kejadian itu

"Ayah biadab," batinnya

Setelah ia merasa sedikit tenang, ia menghela nafas dan kembali masuk ke rumah. Sebelum tidur Hendra mencuci gelas bekas minumnya, mencuci kaki, kemudian melangkah menuju tempar tidurnya. Saat ia merebahkan diri di kasur lipat usang itu,

Tok...tok...tok

Terdengar suara ketukan pelan di pintu depan. Dalam suasana yang gelap Hendra memandangi pintu itu dari pintu kamarnya dengan hanya menongolkan kepalanya saja. Tak terlihat apapun, Hendra mencoba menghampirinya dengan langkah pelan tapi pasti, lirik mata yang waspada dan badan yang sedikit membungkuk,

Tok.. tok..

Terdengar lagi, kali ini sedikit lebih kencang dari sebelumnya.
Hendra mengintip lewat jendela disamping pintu, dan ia tak mendapati ada seseorang pun disitu. Saat hendak melangkah kembali ke kamarnya

Klek klek klek, dug dug

Gagang pintu yang dimainkan dan didorong dari luar dan "orang" diluar itu tampak mencoba membuka pintunya.

Hendra mulai memberanikan diri untuk membuka pintunya.
Digenggamnya erat gagang pintu itu,

Hendra meneguk liur karena gugup atau bisa dibilang takut, dan dengan cepat ia menarik pintu itu dan..

"DORRR!!"
Tubuh hendra terlonjak, jantungnya berdetak sangat kencang,




"hahaha, gitu aja kaget, katanya cowok, haha..." ejek Lisa sambil tertawa puas

"hah..hah.. gak lucu kak, ah, gimana sih, malem-malem kok main ngaget-ngagetin, ntar aku serangan jantung gimana," kata Hendra dengan napas terengah-engah seperti sehabis lari keliling stadion GBK sepuluh kali (lebay amat sih ya)

"hahaha.. iya, maapkeun, besok kakak kasih hadiah deh, jangan marah gitu lah, uluh uluhh" bujuk rayu Lisa sambil mencubit pipi Hendra seakan gemas dengan anak kecil

"iya..iyaa.. udah ah kak sakitt" menarik tangan Lisa sehingga terlepas dari pipinya, "hadiah apa nih, tumben" lanjutnya sambil mengelus pipinya yang merah namun tak tampak merah karena gelap

"ada deh, pokoknya besok pagi kakak kasih, kakak tidur dulu, capek, ennggghh," katanya sambil merenggangkan tubuhnya ke atas dan berjalan melalui Hendra tanpa menunggu tanggapan Hendra dahulu

"paan si, kakak paling gajelas" gumamnya lirih dan berjalan menuju kamarnya sambil menggosok pipinya yang merah namun tak tampak merah karena gelap

Gimana? Kok kurang.. gitu ya 😂

Jangan lupa rate & komen

Share ke temen-temen kamu

Follow & stay tune untuk kelanjutannya.. Peace✌

KELAM (SEMENTARA LIBUR)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang