Part 1 : Raina

331 19 1
                                    


"Layaknya air dan minyak yang tak bisa dipaksa bersatu. Seperti itu pula kisah cintaku, biarlah takdir membawaku ke pelabuhan terakhirku"

Cerita ke dua aku. Hope You Like It ✨❣️

Happy reading

First day. Bukan hari yang cukup menyulitkan bagi seorang Raina. Langsung berhadapan dengan setumpukan kertas bertorehkan tinta hitam bukanlah perkara yang sulit. Seulas senyum terbit ketika dirinya berhasil menyelesaikan satu demi satu kertas kertas itu

"Rain, ini agenda Pak Bos kita minggu ini. Semuanya udah gue susun biar lo gampang memahaminya. Ceileh memahami, gaya banget bahasa gue. Doi aja susah memahami gue Rain, " Celetuk Keyra, seorang wanita yang asalnya menempati posisi Raina.

Raina berdiri di kubikelnya. Baru beberapa jam ia resmi duduk di kubikel ini, namun tumpukan kertas itu semakin banyak saja.

"Sip makasih Key" Raina menerima map berisikan agenda Pak Bos nya itu. Berbicara mengenai Bos nya, Raina sama sekali belum mengetahui seperti apa paras Bos nya itu. Keyra hanya memberi tahunya, bahwa bos nya itu sedang ada agenda bersama keluarganya. Raina pun hanya ber'oh' ria,  toh cepat atau lambat ia akan bertemu juga dengan Bos nya.

"Sebanyak ini?" Lirihnya dengan mata tak percaya.

Ya Tuhan, baru saja ia menyenangi posisi barunya ini. Namun ia menarik kembali ucapannya, sungguh di luar dugaan. Begitu padatnya jadwal Bos nya selama seminggu ini, itu artinya ia akan lebih sibuk karena semua tugas Bos nya akan terlebih dahulu dihandle olehnya.

"Syukurin aja sih Rain. Bos kita itu emang super sibuk, ga heran sih agendanya segitu numpuk, " Keyra memberi pengertian pada Raina yang masih meneliti agenda Bos nya itu.

"Ya udah lah mau gimana lagi," Raina tesenyum paksa, lalu menutup map tersebut.

"Semoga betah ya. Dua minggu ngerasain di posisi lo, ngebuat kepala gue selalu mendidih tiap ngerjain kertas kertas itu. Tapi lo tenang aja, Bos kita itu gans banget sumpah, lumayan lah buat dinginin otak kalau kepanasan,"

Raina tertawa, bisa bisanya Keyra menjadikan bos nya sebagai pendingin,jika bos nya dengar bagaimana coba?

"Lo kira Bos kita kulkas apa? Kalau dia denger auto diceramahin tujuh hari tujuh malam tau rasa lo, " Keyra bergidik ngeri, membayangkan wajah Bos nya ketika marah membuatnya menggelengkan kepala.

"Bercanda kali. Mending ngitungin ubin kantor ini daripada dengerin ceramahannya Pak Bos Rain, ga kuat gue," Keyra berbisik mengucapkan kalimat terakhir.

Raina semakin penasaran, seperti apa sosok Bos barunya? Setegas apa bos nya itu? Dan perawakannya. Apakah lelaki dengan janggut tebal dan perut buncit atau bahkan lebih dari itu? Cukup sudah Raina tak sanggup membayangkannya lagi.

"Keyra kalau ketemu staff baru selalu aja diajak gosipin orang, gatau waktu banget sih lo. Untuk Pak Bos ga masuk" Seorang lelaki berstelan kantor mendekat ke arah kubikel Raina. Sesekali lelaki itu melirik ke arah Raina, apa ada yang salah darinya?

"Lo sekretaris barunya Pak Bos? " Tanya lelaki itu. Raina pun mengangguk.

"Bagus deh kalau gitu. Ga perlu lagi deh gue denger omelan omelan Keyra tentang Pak Bos" Lelaki itu tertawa mengejek ke arah Keyra, sedangkan Keyra hanya mendengus sebal.

"Ini Arya, satu divisi sama gue. Gausah terlalu didengerin omongannya, orangnya ga jelas," Keyra berucap dan langsung mendapat sikutan dari Arya

"Balik kerja sana, ngerumpi terus kaya emak emak," Arya pergi setelah mengucapkan itu. Keyra pun mendengus sebal

"Dasar cowo aneh," Cibir Keyra. Setelah itu Keyra pamit dan meninggalkan Raina
ia yang masih menggelengkan kepalanya

Mungkin hari harinya takkan serumit tumpukan kertas yang kini ada di mejanya. Bisa mengenal Keyra yang humble membuatnya bernafas lega. Dan kini ia harus kembali ke kenyatannya. Bertempur kembali dengan kertas kertas di mejanya.

Huftt semangat Raina - Batinnya menyemangati

Seorang lelaki berusia 23 tahun baru saja keluar dari mobil mewahnya. Kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, tak menyurutkan ketampanan yang ia miliki.

Ballroom di suatu hotel mewah kini telah disulap menjadi tempat reuni keluarga besar Shagufta. Banyak sanak saudara yang berkumpul, ada yang dari luar negeri hingga dalam negeri, ada yang bersama keluarga kecilnya, hingga seorang diri. Ralat, hanya dirinya yang seorang diri disini.

"Kamu ngapain diem disitu Ka, sini sama mama. Ngenes banget kamu sendirian" Rinjani mengatakan itu pada anak sulungnya

Sementara lelaki itu, terpaksa ikut masuk dalam obrolan keluarga. Obrolan yang sangat ia hindari, karena ujungnya akan berakhir pada dirinya yang menjadi bahan ejekan.

"Jadi masih betah nih berjalan tanpa bergandengan tangan?" Baru saja ia berkata dalam hati, namun sepertinya hati kecilnya mudah sekali terdengar oleh orang orang disini.

"Acaranya belum mulai dan kalian buat aku pingin pulang sekarang juga,"

Keluarganya tau bahwa ia sedang bergurau, namun dari nada bicaranya menegaskan bahwa ia tidak ingin diusik akan masalah itu.

"Si Aldo udah mau punya anak tuh, kamu ga kepingin punya juga gitu? "

Lagi dan lagi, mengapa harus ia yang tersudutkan. Jika ada pintu doraemon, ingin rasanya meminjam dan pergi ke tempat jodohnya berada, agar ia bisa membungkam ucapan mereka semua.

"Ya kepingin lah mama, tapi tunggu jodoh Raka putus dulu sama pacarnya," Celetuk Raka membuat Rinjani memelototkan matanya.

"Kamu mau nikung pacar orang Ka!?" Geram Rinjani pada anak lelakinya ini, bisa bisanya ia punya niat seperti itu

Raka meminum segelas air yang ada di depannya, "Gini ya mamaku sayang, Raka kan gatau jodoh Raka ada dimana, siapa yang tau kan dia lagi deket sama siapa? Ya udah maka dari itu, doain jodoh Raka cepet putus sama pacarnya biar Raka cepet bawa jodoh Raka ke depan mama. Mama pasti udah gasabar kan liat anak gemes produksi Raka, " Raka mencium pipi Rinjani lalu pergi. Sementara Rinjani diam mencerna ucapan anak sulungnya itu.

Disaat seperti ini bukan saatnya untuk membahas jodoh,bisa bisa panas hatinya mendengar banyak ceramahan dari mamanya maupun dari tante tantenya. Memangnya ini acara mencari jodoh apa?

To be Continue

Gimana gimana?

𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang