Part 11 : Aneh

195 15 4
                                    

"Kalau lo jatuh cinta, lo harus punya alesan kenapa jatuh cinta sama orang itu. Entah karena fisiknya, sikapnya, atau bahkan perhatiannya. Dan ketika alesan itu hilang, lo barus bisa menyesuaikan"

- My Beloved Mantan -

Happy reading

Mata Raka sesekali melirik Raina yang tampak terdiam setelah kejadian tadi. Raina yang merasakan bahwa Raka meliriknya sesekali, merasa tak tenang. Malu lebih tepatnya.

"Bapak jangan liatin saya terus dong, " Kata Raina ketika menangkap Raka yang kepergok mencuri pandang ke arahnya.

"Siapa yang ngeliatin kamu, saya lagi liat jalanan, " Elak Raka. Lalu menatap ke luar jendela.

Raina pun melakukan hal yang sama. Membuang mukanya. Setelah kejadian tak terduga tadi, Raka memaksa untuk mengantar Raina pulang. Tak baik katanya seorang gadis pulang larut malam seperti ini. Padahal, jika ia diberikan tugas lembur pun, Raka tak pernah mengkhawatirkannya tuh. Eh tunggu! Baru saja ia berharap Raka akan mengkhawatirkannya?

"Loh kok kesini sih pak? " Tanya Raina tak mengerti. Mengapa Raka membawanya ke salah satu tempat makan.

"Saya laper. Belum makan dari tadi. Kamu juga laper kan? " Raka mematikan mesin mobilnya. Lalu menatap Raina.

"Saya makan di rumah aja pak," Tolak Raina secara halus. Jantungnya sudah berkali kali mendapatkan kejutan mendadak hari ini. Dan biarlah, kini perutnya yang harus mengalah untuk hatinya.

"Oh, baiklah kalau begitu, " Kata Raka membuka pintu mobilnya. Lalu pergi meninggalkan Raina yang mematung.

"Masih aja ga berubah," Sindir Raina. Padahal, ia berharap Raka memaksanya untuk ikut menemaninya makan di dalam sana. Namun nyatanya, ia ditinggal seorang diri di dalam mobil. Miris bukan?

"Aduh! Sabar ya perut. Sampai di rumah kita langsung makan ya, " Raina mengelus perutnya memberi pengertian.

Tak berlangsung lama. Raka kembali dengan dua kantong kresek yang cukup besar di sebelah tangannya.

"Boleh tolong ambil ini Raina. Saya susah mau masuk, " Raka menyodorkan kantong kresek itu, dan Raina langsung menerimanya.

"Kok gak makan langsung aja pak? " Tanya Raina ketika tau isi kantong keresek itu adalah makanan.

"Kan kamu tadi bilang, ingin makan di rumah saja. Ya sudah, kita makan di rumah kamu, " Mata Raina membulat sempurna. Apa apaan ini?

"Loh pak. Saya gak bilang kaya gitu, maksud saya, nanti saya makan masakan ibu saya saja di rumah, " Ucap Raina memberi pengertian.

Raka menyalakan mesin mobilnya, "Ya sudah. Saya terlanjur memesan makanan itu, mubazir kan jika tidak dimakan. Lagi pula saya sudah lapar, tak enak juga jika saya numpang makan tanpa membawa apa apa, "

Dan Raina hanya menghembuskan napas kasar. Ia lupa, jika Raka adalah sosok lelaki yang keras kepala.

Raina menutup pelan pintu mobil milik Raka. Tangan kanannya, menenteng kresek makanan milik Raka tadi. Dan pandangannya, menatap nanar pintu rumah yang akan ia masuki bersama Raka ini.

"Ngapain diem di luar. Ini bukan rumah orang lain kan? " Tanya Raka menerka nerka. Seketika Raina melotot tajam, ia bingung harus menjawab apa jika ibu nya bertanya siapa yang ia bawa ini.

"Ayo masuk pak. Maaf jika rumah saya tidak luas, " Raina melangkah terlebih dahulu. Meninggalkan Raka yang kesulitan berjalan.

Rumah tanpa halaman. Yang hanya ditumbuhi beberapa tamanan hias dalam pot di sekitar pintu masuk. Itu lah kesan pertama yang Raka lihat. Rumah sederhana, yang entah mengapa baru pertama kalinya untuk Raka kunjungi.

𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang