Part 10 : Percayalah

203 15 6
                                    

"Apa dengan merelakan kebahagiaan milikmu. Orang lain akan merasakan kebahagiaan yang kamu rasakan juga? "

- My Beloved Mantan -

Happy reading

Raka tak pernah mengira. Bahwa Adrick--teman ter bar bar yang pernah ia kenal, berani mereka ulang adegan menyesakan yang pernah ia alami dalam hidupnya itu.

Walaupun posisi Raka sebagai korban. Tapi bagaimanapun, ada rasa tak ikhlas jika kejadian itu dijadikan bahan olok olok oleh rekan satu angkatannya.

Raka menoleh ke arah Raina. Posisinya dengan Raina hanya berbeda beberapa kursi saja, sehingga memudahkan bagi Raka melihat ekpresi mantan kekasihnya itu.

Ia bisa melihat dengan jelas sorot mata yang menyiratkan kesedihan di manik coklat milik Raina. Namun tak bertahan lama, sang pemiliknya mengalihkan perhatian ke arah lain. Hingga membuat Raka memperhatikan gerak geriknya yang perlahan menjauh dari tempat ini.

"Bi, tolong ambilin kruk gue dong, " Ucap Raka pada Robbi--teman yang berada di sebelah kursinya.

"Lo mau kemana? " Tanya Robbi melihat Raka yang bangkit dengan susah payah.

"Gue balik duluan ya. Sampain ke yang lain gue pamit, "

Raka melangkah menjauh. Menulikan pertanyaan yang ditujukan padanya. Karena bagaimanapun, semua orang disini tau, bahwa Raka adalah objek yang dijadikan bahan nostalgia kali ini.

Namun melihat keadaan Raina tadi. Membuat hatinya seakan ikut merasakan apa yang Raina rasakan. Hingga disinilah ia, mematung melihat sosok yang pernah mengisi hari harinya. Musuh yang pernah menjadi ratu dihatinya itu terduduk dengan wajah yang ditutupi oleh telapak tangannya.

Bahunya bergetar menandakan dirinya menangis. Dan Raka sadar, bahwa secara tak langsung ia menjadi penyebab luka lama itu hadir kembali.

Raka masih memperhatikan Raina dari tempatnya berdiri. Tak ada seorang pun disini, jadi ia bisa leluasa memperhatikan Raina. Walau sebenarnya, ia sangat ingin mendekap tubuh yang kini sedang rapuh itu.

Raka melangkah susah payah, karena melihat Raina yang mulai beranjak setelah tangisnya mereda. Tak ingin kehilangan jejak, Raka mengikuti langkah Raina diam diam. Hingga saat Raina semakin menjauh dan hampir tertabrak motor. Saat itulah, Raka memanggil Raina.

"Raina! " Dada Raka bergemuruh. Melihat Raina yang terjatuh di depannya. Bahkan dirinya tak mampu berbuat apa apa selain menghampirinya.

"Kamu gapapa? " Tanya Raka panik.

Raina menatap Raka yang terduduk disampingnya. Melupakan kruk nya yang membantunya berjalan. Dan satu hal yang membuat Raina membeku, untuk pertama kalinya lagi. Raka memanggil namanya, bahkan menggunakan kata ganti 'kamu' untuk memanggilnya.

"Raina, kamu gapapa kan? " Tanya Raka lagi. Raka benar benar takut jika Raina kenapa napa. Raina pun seolah tersadar, lalu mencoba berdiri.

"Saya baik baik saja, " Raina menetralkan ekspresinya. Lalu mengambil kruk milik Raka, dan membantu untuk Raka berdiri.

Raka yang melihat Raina membantunya berdiri merasa tak enak hati. Harusnya dirinyalah yang membantu Raina, bukan sebaliknya. Ia merasa menjadi lelaki tak berguna kali ini.

Raina mendudukan Raka disalah satu kursi yang kosong, lalu menatap Raka bertanya, "Bapak ngapain disini? Acaranya kan belum selesai," Raina berusaha se-profesional mungkin. Walau hatinya benar benar kacau.

𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang