Part 12 : Harapan

193 14 2
                                    

"Nikah itu janji kita sama Allah pak, dan saya ingin mendapatkan laki laki yang bisa menjaga janji itu bersama saya sampai maut memisahkan kami."

- Raina cewe yang lagi berharap -

Happy reading

Raina melirik pintu ruangan Pak Bosnya itu berkali kali. Belum terlihat tanda tanda, bahwa akan ada gerakan dari dalam sana yang membuka pintu itu. Padahal jam sudah menunjukan waktu istirahat. Apa Pak Bosnya itu tidak ingin beristirahat? Tanyanya dalam hati.

Entah inisiatif darimana. Raina melangkahkan kakinya menuju bar dapur untuk membuatkan minuman khusus untuk Pak Bosnya itu. Sebagai bentuk ucapan terimakasih, karena sudah mengantar Raina pulang kemarin. Bahkan membuat ibu kesayangannya itu tersenyum merekah ketika membicarakan tentang Pak Bos. Padahal Raina tak tahu apa yang mereka bicarakan.

"Permisi Pak, " Raina mengetuk pintu, dengan sebelah tangan yang membawa secangkir teh manis hangat.

Tak lama, terdengar suara Intrupsi dari dalam membuat langkah Raina semakin percaya diri memasuki ruangan itu.

"Saya bawakan teh manis hangat untuk Bapak," Raina menyimpan gelas itu di atas meja dekat sofa.

Raka menghentikan aktivitas mengetiknya, lalu menatap Raina jengah, "Kenapa harus repot repot?"

Raina membeku. Apa alasan yang harus ia diberikan. Jujur sebagai bentuk terimakasih, atau sebagai salah satu tugasnya dalam menjadi sekretarisnya. Mungkin pilihan kedua lebih baik.

"Itu sudah tugas saya pak, "

Raka menatap Raina tak percaya, "Kamu tidak salah berucap kan? Tugas kamu itu menjadi sekretaris saya, mengurus agenda agenda saya. Bukan menyiapkan minuman untuk saya. Kecuali kalau kamu itu--"

Raka menggantungkan ucapannya membuat Raina penasaran.

"Kecuali apa pak? "

Raka memutus kontak mata dengan Raina, "Tidak lupakan, " Padahal dalam hati Raka ingin berucap, 'Kecuali kalau kamu itu istri saya,'

Raina diam tak mengerti. Apa ia sudah berbuat kesalahan karena menyiapkan minuman untuk Pak Bosnya?

"Ada urusan lain? "

Raina mendongak. Ia baru sadar, jika ia masih berdiri di hadapan Pak Bosnya.

"Em, bapak ti-tidak ingin istirahat? " Raina berucap sangat hati hati. Takut takut ia melakukan kesalahan lagi.

"Pekerjaan saya masih banyak," Ucap Raka tanpa memperdulikan Raina yang masih berdiri kebingungan.

Seharusnya Raina mengerti. Bahwa maksud ucapan Raka adalah tidak ingin diganggu. Namun ia salah mengartikan, dan malah menawari Raka makan.

"Mau saya siapkan makanan pak? "

Seketika Raka langsung memejamkan matanya. Apa apaan maksud ucapan Raina ini? Tak tahukah, jika Raka mati matian untuk menghindar dari Raina.

"Bapak mau pesan apa? Biar saya pesankan, sekalian saya juga mau ke kantin, " Raina bertanya. Namun Raka malah menangkap bahwa Raina memaksa.

"Bawakan apa saja. Dan cepat kembali, " Ucap Raka final. Ia tak ingin semakin memperpanjang obrolannya dengan Raina.

"Baik pak. Ada yang lain? "

Entah sudah berapa kali Raka mengucapkan istigfar dalam hatinya. Mengapa sangat sulit untuk membuat gadis ini pergi begitu saja.

𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang