Part 15 : Cemas

315 24 10
                                    

"Berdoalah, bukan hanya karena ingin sesuai dengan rencana. Namun menyesuaikan jika takdir yang mengubah rencana."

- My Beloved Mantan -

Raina menyimpan secangkir teh di meja secepat kilat ketika melihat sosok yang seminggu ini menghilang tanpa jejak. Disana, Pak Bosnya sedang berjalan menuju tempat Raina berdiri. Potongan rambut baru yang membuat wajah Pak Bosnya tampak terlihat lebih segar dibandingkan terakhir kali mereka bertemu benar benar menyita perhatian Raina.

"Bisa ke ruangan saya? " Ucap Raka mengintrupsi. Raina reflek mengangguk, lalu berjalan membuntuti Raka.

"Berkas yang kemarin saya minta sudah selesai kan? " Raka duduk di kursi kebesarannya, lalu membuka laptopnya.
Raina yang melihat pergerakan Raka tak mampu berkedip. Bagaimana pun, sosok yang ada di depannya ini benar benar membuatnya merindu.

"Raina?" Raka memanggil Raina yang tak merespon pertanyaan tadi.

"Eh, i-iya pak. Sudah saya selesaikan." Raina tergagap. Salah satu kekurangannya ketika terlalu fokus pada sesuatu yang menyita perhatiannya.

"Kirimkan ke email saya sekarang. Lalu re-schedule meeting yang membutuhkan kehadiran saya selama tiga minggu ke depan." Raka masih fokus pada layar laptopnya, menghiraukan Raina yang menatapnya.

"Tapi pak. Tiga hari lagi ada meeting penting yang membutuhkan kehadiran bapak. Mereka ingin bertemu langsung dengan bapak." Ucap Raina memberitahu. Memang terkesan Raina yang menahan Raka, namun meeting ini memang benar adanya.

Raka menghentikan jarinya yang tengah mengetik itu. Lalu menatap Raina, "Tolong kamu bicarakan baik baik dengan mereka. Atur ulang jadwal, dan berikan alasan mengapa saya menunda meeting dengan mereka. " Setelah itu Raka kembali menatap layar laptopnya.

"Tapi kenapa pak? Bukannya bapak sudah ada disini sekarang? Mengapa harus menunda meeting penting itu?" Raina tahu, bahwa jadwal Raka itu padat merayap. Namun tak bisakah, untuknya berdiam di perusahaan selama satu hari saja?

"Saya kesini hanya untuk mengecek hasil laporan saja Raina. Serta memastikan berkas saya minta kemarin sudah kamu kerjakan. Setelah ini saya harus kembali ke Melbourne sampai tiga minggu ke depan." Tutur Raka membuat Raina terdiam.

Apa katanya? Kembali ke Melbourne sampai tiga pekan lamanya? Tak bisakah untuknya bekerja darisini saja. Tapi tunggu! Mengapa hati kecil Raina tak rela jika ditinggalkan lagi oleh Raka.

"Baik pak kalau begitu. Saya permisi kembali ke meja saya." Pamit Raina pada Raka. Ada nada kecewa dibalik ucapan Raina, dan hanya Raka yang menyadari itu. Walaupun demikian, Raka harus rela mendahulukan pekerjaannya dibandingkan pekerjaannya.

Entahlah. Hati Raina benar benar dilanda kegundahan sekarang. Ingin sekali menahan Raka agar tidak kembali ke tempat itu. Namun apadaya? Ia tak memiliki hak untuk melakukan hal seberani itu.

Raina menatap mobil silver yang berhenti tepat di depannya. Sosok lelaki berkemeja marun keluar dari pintu kemudi. Raina menatap lelaki itu seksama, ini kali pertama Raina bertemu dengan lelaki itu.

"Raina ya?" Tanya lelaki itu. Raina pun mengangguk seraya tersenyum canggung.

"Satria?" Ucap Raina hati hati.

Lelaki itu mengangguk, "Masuk Rain, " Satria membukakan pintu mobil untuk Raina.

"Eh, saya bisa sendiri, " Raina buru buru menahan tangan Satria. Namun secara tak sadar, Raina malah menyentuh punggung tangan Satria. Buru buru Raina menjauhkan tangannya, lalu masuk ke dalam mobil meninggalkan sang pemiliknya yang masih berada di luar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang