"Jika kau tau berharap itu akan berakhir dikecewakan. Lantas mengapa melakukannya berulang ulang seakan sebuah keharusan? "
- Raina Adzkya Permata -
✨
Happy reading
Seorang lelaki berjas putih keluar dari ruangan inap Raka. Seketika, Raina langsung bangkit dari duduknya, kemudian diikuti Keyra yang nampak ikut cemas.
"Bagaimana keadaannya dokter? " Raina lebih dulu bertanya mengenai keadaan Raka sebelum dokter yang menjelaskan.
"Alhamdulillah, Pak Raka baik baik saja. Tidak ada luka serius di kepalanya, setelah kami berhasil menghentikan pendarahannya tadi. Dan beliau sudah sadarkan diri saat ini, " Jelas dokter lelaki itu.
Seulas senyum tipis milik Raina terbit mendengar kabar bahwa Raka baik baik saja, bahkan kini dirinya telah sadarkan diri.
"Dan siapa disini yang bernama Keyra? Pak Raka ingin berbicara sesuatu katanya," Ucap dokter itu membuat Raina menurunkan sudut bibirnya.
Entah mengapa, ada perasaan asing mendatangi hati kecil Raina saat ini. Bolehkah Raina kecewa? Berharap dirinya lah yang dicari oleh Raka untuk pertama kalinya. Mengingat Raina lah yang paling cemas ketika mendengar kabar bahwa Raka kecelakaan tadi.
"Saya Keyra dokter, " Ucap Keyra membuat Raina menoleh.
Dokter itu mengangguk, lalu mempersilahkan Keyra memasuki ruangan yang berisi kan Raka di dalamnya. Dalam hati, Raina memaki dirinya yang terlalu menghawatirkan Raka tadi, dan apa yang ia dapatkan sekarang? Kekecewaan yang entah berasal dari mana.
"Gue masuk dulu ya Rain. Lo gapapa kan nunggu disini? " Raina mengangguk sebagai jawaban.
Sepeninggalan Keyra. Raina tersadar bahwa kecemasan yang ia lakukan tadi adalah hal yang salah. Terlalu berlebihan jika dalam konteks atasan dan bawahan. Namun Raina tak sadar satu hal, bahwa kecemasannya tadi, menandakan bahwa Raina masih menyimpan perasaan pada Pak Bosnya. Entahlah.
"Gimana keadaan Pak Bos? " Tanya Raina pada Keyra yang baru keluar dari ruangan putih itu.
"Lo gausah khawatir. Pak Bos baik baik aja kok," Kata Keyra menepuk pundak Raina.
Seketika Raina terdiam. Apakah benar ia menghawatirkan Raka?
"Em, Pak Bos ngomong apa aja barusan?" Raina mengalihkan topik pembicaraan.
"Cuma bilang makasih udah dateng kesini," Raina mengangguk mengerti. Padahal ada hal lain yang ingin Raina dengarkan. Seperti, siapa saja yang datang kesini, atau siapa yang pertama kali mendengar kabar tentang Raka kecelakaan. Tapi sudahlah, itu takkan terjadi.
"Padahal lo kan yang di telfon sama pihak rumah sakit. Tapi kenapa gue yang dipanggil sama Pak Bos ya? " Tanya Keyra aneh. Raina pun baru tersadar, jelas jelas Raina lah sekretaris Pak Bos. Lalu mengapa bukan dirinya yang dipanggil Pak Bos?
"Lo gak nanya sama Pak Bos? " Tanya Raina penasaran.
Keyra menggeleng, "Pas Pak Bos udah ngucapin makasih ke gue. Dia langsung merem gitu, gue kira dia lagi nahan sakit, makanya gue langsung pamit keluar biarin Pak Bos istirahat, "
Satu hal yang Raina dapatkan. Jangan terlalu berharap. Jika takut dikecewakan. Dan Raina terus saja berharap, walau hasilnya sudah jelas jelas ia ketahui. Yaitu, dikecewakan.
Raina kini menenangkan hati dan pikirannya di kantin rumah sakit. Setelah beberapa menit percakapanya dengan Keyra usai, ibu Pak Bos datang dengan raut wajah khawatirnya.
Wanita paruh baya yang masih tampak terlihat muda itu memeluk Raina setelah mengetahui Raka baik baik saja. Dan syukurlah, paling tidak masih ada yang mengingat kehadirannya disini. Bahkan ia bersyukur, wanita yang pernah ia sebut 'mama' ini, masih mengingat akan dirinya.
"Mikirin apa sih? " Kata Keyra membuyarkan lamunan Raina. Segelas teh manis hangat disodorkan oleh Keyra, membuat Raina tersenyum canggung.
"Bukan apa apa, " Elak Raina. Beginilah nasib seorang yang periang. Jika terlihat memikirkan sesuatu, pasti akan terlihat sangat kentara.
"Lo pernah ketemu sama ibu nya Pak Bos, Rain?"
Raina menenguk minumannya, "Belum tuh. Emangnya kenapa? " Memang benar, selama menjadi sekretaris Pak Bosnya itu, ia belum pernah bertemu 'kembali' dengan mama dari Pak Bosnya itu. Jadi ia tak sepenuhnya salah kan?
"Bingung aja sih. Pas keluar dari kamarnya Pak Bos, tiba tiba langsung meluk lo gitu. Keliatan banget kalau ada hubungan sesuatu, " Hampir saja Raina menyemburkan minuman yang tinggal seteguk lagi itu.
"Mana mungkin sih Key. Reflek aja kali itumah,"
Keyra mengangguk. Mungkin saja benar apa yang dikatakan Raina ini.
"Balik yuk. Udah sore ini, " Ajak Raina.
Keyra melihat jam tangannya, "Balik kemana? Kantor udah bubar jam segini mah, "
Raina bangkit, "Balik ke rumah kesayangan lah. Ya kali balik ke kantor, Pak Bos juga gaada disana, "
Dan Keyra menggelengkan kepalanya tak percaya. Untung saja wanita yang baru mengucapkan itu adalah sekretaris Pak Bosnya, jika bukan. Bisa ia pastikan, bahwa nama Raina tinggal kenangan di kantor tempatnya bekerja besok.
✨
Raina membolak balikan berkas yang kini ada di depannya. Berhari hari, ia berkutat dengan benda tak bernyawa seorang diri hingga membuat otak nya seakan mendidih dibuatnya.
Terhitung sudah tujuh hari. Pak Bosnya itu tidak masuk kantor sejak insiden kecelakaan yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit itu. Padahal jika ditelusuri lebih dalam, ucapan dokter kala itu menyatakan bahwa tidak ada hal yang serius pada diri Pak Bosnya itu.
Lalu mengapa Pak Bosnya masih belum menampakkan batang hidungnya hingga hari ini? Entahlah. Ia sudah tak mampu untuk berpikir terlalu keras. Pikirannya sudah dipenuhi oleh berkas berkas milik Pak Bosnya itu.
Lima belas menit waktu istirahat pun tiba. Rasanya, lama sekali waktu membawanya pada menit menit kebebasan ini. Keyra yang masih sibuk dengan tugasnya, membuat Raina harus rela beristirahat seorang diri. Tak apalah, hari harinya pun memang seorang diri bukan?
Raina membuka laman instagram miliknya untuk menghilang rasa jenuh. Beberapa menit men-slide satu akun ke akun yang lain, kini ibu jarinya terhenti di sebuah postingan yang membuatnya membaca dengan seksama.
'Reuni SMA?' Ucap Raina dalam hati.
Apakah Raina harus menghadiri acara tersebut? Jika Raina menghadiri acara itu, maka Raina akan bertemu kembali dengan teman teman seperjuangannya pada saat masa putih abu itu. Namun otomatis, ia juga akan kembali dipertemukan dengan Raka. Walau nyatanya, setiap hari pun ia sudah dipertemukan dengannya. Tapi pasti situasinya akan berbeda. Seakan kembali ke masa, Raka Raina. Bukan Pak Bos dan Sekretarisnya.
Kening Raina berkerut. Sebuah notifikasi muncul di layar handphone-nya.
'Jangan lupa dateng ke reuni' Sebuah direct massage dari akun yang mengirim postingan tadi mengingatkannya.
Jika ia harus datang ke reuni itu. Maka harapannya hanya satu, tidak dipertemukan oleh Raka terlebih dahulu.
✨
To be Continue
Jangan lupa tinggalkan jejak 🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐲 𝐁𝐞𝐥𝐨𝐯𝐞𝐝 𝐌𝐚𝐧𝐭𝐚𝐧
RomanceApa jadinya jika kamu dipertemukan kembali dengan mantanmu? Putar arah? Tutup muka? Atau pura pura ga lihat? Semua itu sudah dilakukan oleh Raina. Namun sepertinya takdir tak lagi berpihak padanya. Karena impian terbesarnya, justru membawanya te...