16

79 5 0
                                    

"Next!"

Fitri mendorong Upik. Upik berusaha kabur namun tak bisa ketika Keyra melotot padanya. Dengan segala keterpaksaan dan pasrah Upik duduk di depan Keyra. Mengulurkan tangan kanannya yang tremor hebat.

"Ng-gak bisa yang lain dulu kah, Key?" Upik bertanya.

"Big no."

Jam dua siang Keyra setelah bangun dari tidur kebo-nya, gadis molor itu datang ke cafe beserta alat menyuntiknya. Bangun tidur Keyra memainkan ponselnya sejenak. Hingga akhirnya ia mendapat pesan di grup kelasnya bahwa besok akan ada praktik menyuntik memasukkan aquades secara intravena dan diambil nilai. Detik itu juga Keyra bangkit dari tidurnya. Mandi sejenak dan pergi ke cafe.

Awalnya Keyra hanya ingin menjadikan Aga sebagai objeknya. Naasnya sudah lima kali ia tak kunjung berhasil. Pembuluh darah dapat tapi setelah dimasukkan aquades selalu berakhir dengan hematoma. Dan itu sangat menyiksa. Bukan menyiksa Keyra, tetapi Aga. Hematoma menimbulkan rasa nyeri hebat yang hanya penderita yang merasakannya.

Gagal lagi. Akhirnya Keyra meminta semua pegawai cafe menjadi objeknya. Setiap orang mendapatkan dua kali suntik. Aga bahkan rela menutup cafenya demi Keyra. Dan tentu saja agar semua pegawainya merasakan penderitaan yang Aga rasakan. Cari teman, pikir Aga.

Keyra menggenggam tangan Upik. Fokus mencari pembuluh darah vena yang besar. Dapat. Keyra membuka kapas alkoholnya. Desinfektan kulit Upik dengan gerakan memutar dari dalam ke arah luar agar kotoran tidak kembali menempel di kulit.

Keyra menyiapkan suntikannya.

"Pelan-pelan ya, Key." Upik panik. Melihat tangan Aga yang biru membuatnya cemas, pastilah itu sangat sakit.

Keyra mulai mendekatkan jarum suntiknya pada kulit Upik. Mulai menusuknya.

"Yes, dapat."

"Aaaarrrrggghhhhh..." Upik menjerit kesakitan. Lagi-lagi hematome. Derai air mata jatuh membasahi wajahnya. Aga yang tengah duduk santai di belakang Keyra tertawa bahagia. Betapa senangnya hati melihat temannya menderita, "Mamaaaa...." Upik memukul-mukul meja menahan nyeri yang tak kunjung meredah.

"Dasar gak berguna!" Keyra memaki Upik karena kegagalan yang ia buat sendiri, "Next."

"Key gue ijin ke toilet ya, kayaknya bocor deh." Ujar Fitri.

"Gak terima alasan apapun."

"Beneran, Key. Gue lagi datang bulan."

"Iya, kak Fitri tembus itu." Arra berujar setelah melihat darah menembus celana Fitri.

Sontak Fitri mundur. Berusaha agar para cowok tak melihatnya.

"Yaudah, ke toilet aja. Habis itu harus balik kesini. Gue gak akan berhenti nyuntik sampai berhasil walau itu cuman satu kali."

Semua yang mendengarnya menelan saliva mereka susah payah. Degupan jantung mulai tak beraturan. Berharap member Boyfriend idola Keyra datang ke cafe dan membuat Keyra tak jadi menyuntik. Naasnya boyband idola Keyra itu sudah bubar.

"Next."

Arra maju dengan riangnya. Bahkan tanpa takut mengulurkan tangan kanannya pada Keyra.

"Senang banget, Ra." Ujar Upik. Tak terima dengan ekspresi Arra.

Arra mengangguk senang, "Aku belum pernah disuntik. Jadi penasaran sama rasanya."

"Sakit, Ra! Lo gak bakal kuat." Gerutu Upik.

"Tapi tadi kak Aga sama kak Upik teriak habis disuntik kak Keyra. Kayak senang gitu."

Aga dan Upik melotot serempak. Ingin sekali mengucapkan sumpah serapah pada satu-satunya pegawai termuda di cafe. Keyra tersenyum mendengarnya.

"Itu teriak kesakitan, Ra. Bukan senang!" Murka Aga.

"Oh." Arra menanggapi ucapan Aga dengan santai. Ia kembali tersenyum melihat Keyra mulai mencari pembuluh darahnya untuk disuntik. Tak sabar sekali rasanya melihat Keyra menusukkan jarum ke tangannya.

"Next."

Semua orang menatap heran Keyra.

"Arra belum disuntik, kak."

"Pembuluh darah lo kecil, Ra. Susah cari."

"Ng-gak bisa, Arra harus tetap disuntik." Aga berujar tak terima, "Lo jangan bikin kecewa dia, Key. Tadi lo lihat sendiri kan Arra senang banget mau disuntik sama lo." Ujarnya lagi diiringi anggukan Arra.

"Next." Keyra mulai kesal karena tak kunjung berhasil. Ia sedang malas berdebat.

"Gak adil itu, Key."

"Next atau lo yang gue suntik lagi?" Keyra menatap tajam Aga. Aga bungkam. Ia mengusap tengkuknya merasa merinding dengan tatapan Keyra.

"Ma-maju, Jiro. Keyra udah bilang next itu." Aga berusaha mengalihkan pembicaraan. Ia menghela napas lega ketika Keyra tak menatapnya lagi.

Jiro. Liko. Keyra tetap gagal. Terakhir Mega. Keyra menarik napas panjang. Ia menggelengkan kepala frustasi karena tak kunjung berhasil.

"Semangat kak Keyra!" Arra menyemangati. Ia tau Keyra mulai putus asa.

Keyra tersenyum senang. Akhirnya ia berhasil memasukkan aquades ke dalam pembuluh darah vena Mega tanpa hematoma.

"Akhirnya lo berhasil, Key." Seru Mega senang melihat keberhasilan Keyra. Lebih lagi ia tak perlu merasakan sakit seperti yang dialami korban Keyra sebelumnya.

Arra dan Keyra berpelukan sembari loncat kegirangan. Merayakan keberhasilan Keyra. Sementara para cowok menyorotkan tatapan tak suka. Mereka menyesal sudah antri paling depan. Tau gitu Mega saja yang jadi percobaan agar Keyra tak menimbulkan banyak korban.

"Ga, lo kenapa? Muka lo... Merah." Upik mengerutkan kening heran melihat wajah Aga. Lebih lagi banyak keringat bercucuran membasahi wajah Aga.

Keyra menghampiri Aga. Ia tempelkan telapak tangannya ke dahi Aga. Badan Aga panas. Keyra mengambil termometernya, meminta Aga menempelkannya di ketiak.

Aga memberikan termometer pada Keyra ketika alat itu bunyi.

"Aga, lo demam."

Sejak saat itu Aga demam selama tiga hari. Dan penyebabnya adalah Keyra.

Ada pegawai cafe baru nih...
Jadi ada cerita tentang Arra kenapa dia bisa jadi pegawai di cafe Blasteran

Ini covernya...

Ceritanya sad banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ceritanya sad banget. Menurutkusi...

7 chapter dan sudah ending.

Happy Reading, I hope you Like💛

Dua Sejoli Freak!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang