-Princes Ketus 34-

4.7K 380 33
                                    

Jika takdirnya sesakit ini. Tolong biarkan aku pergi. Karna hadirmu hanya tinggal goresan dihati.

#34. Konflik (1).

---

Hppyreading.

“Jadi gimana keputusan kamu Fy? Kakek sudah tua, Papa takut terjadi apa-apa sama Kakek jika kamu tidak menurutinya,” ujar Tiar pada Rafly.

“Ini masalah besar Pah. Apalagi Rafly sama Kia udah bukan sebulan dua bulan, jadi biarin Rafly fikirkan baik-baik,” sahutnya datar.

“Justru karna masalah besar kamu harus segera bertindak,” ujar Tiar.

Rafly menoleh pada Tiar dengan tatapan kosong. “Bisa gak sih Papa itu sekali... Aja. Fikirin perasaan Rafly,” ujarnya. “Bisa kan gak egois? Rafly juga punya perasaan Pah.”

Tiar terdiam. Tidak lama kemudian, Celine datang bersama Lusy. Ikut duduk di sofa dekat tempat dimana Rafly dan Tiar berada.

“Biarkan Rafly memikirkannya matang-matang, Tiar.” Celine angkat bicara. “Saya tahu bagaimana Kia juga sama halnya sangat mencintai Rafly, ini akan terlalu berat untuk keduanya.”

Rafly tak menyahuti. Lelaki itu menunduk dengan posisi kedua tangan yang mencengkram kepala.

“Bagi Lusy, cinta itu diatas segalanya Om.” tiba-tiba Lusy berujar. “Apalagi selama ini Kia sama Rafly gak pernah ada konflik kan?” tanya Lusy memastikan.

Rafly mengangguk dalam posisinya. Jika difikir-fikir, konflik antara ia dan Kia hampir jarang. Paling parah itu kemarin, itupun hanya masalah spele. Dan ketika kini didatangi konflik, kenapa begitu berat dan besar?

“Setiap hubungan pasti ada tanggulnya. Sama halnya dengan perjalanan. Jadi, kalo Rafly mau memperjuangkan Kia, Lusy yakin Kakek pasti ngerti kok. Karna mencari yang cocok itu lebih sulit daripada mencari uang. Iyakan Tante Celine?” ujar Lusy.

Celine mengangguk. “Iya Lusy, kamu bener banget.”

Diam-diam, Rafly membenarkan apa yang diucapkan oleh Lusy. Ia fikir, ia tidak boleh menyerah. Biarpun hak waris Garvi tidak jatuh ke tangannya, ia tidak akan mempermasalahkan. Karna jujur saja, ia tidak terlalu butuh kemewahan.

***

Kia menatap sekeliling kamarnya dengan intens. Sesekali ia melihat bingkai foto yang berdiri diatas meja dekat kasurnya. Melihat betapa lebarnya senyumnya ketika bersama Rafly.

Ini, adalah rasa jatuh cinta yang pertama kali baginya. Rasa yang tak bisa ia jelaskan, apalagi ia ungkapkan. Karna jujur saja, ini pertama kalinya ia merasakan rasa ini.

Tak sadar, beberapa tetes air matanya mulai meleleh. Tangannya melemas, fikirannya kacau. Dalam otaknya, hanya berisi kejadian-kejadian menyenangkan yang ia jalani bersama Rafly.

Kia menoleh ke arah bantal saat menyadari ponselnya berdering. Dengan langkah malas, ia meraih ponselnya.

“Halo?”

“Halo.”

“Fy?” Kia mengigit bibir bawahnya. Seusaha mungkin menahan pecahan tangisnya.

“Kamu lagi ngapain?”

“Du-duduk.”

“Sama,” ujarnya. “Jangan-jangan kita jodoh?”

PRINCES KETUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang