24. Teguran Sang Ilahi

4.3K 103 3
                                    

Tinggalkan jejak.
Jangan jadi sider ya, jadilah orang yang menghargai karya siapapun.

Dua part lagi menuju ending.

Dua part lagi menuju ending

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___________

"Suster! Dokter! Tolong istri saya!" Alan berteriak tak memperdulikan orang di sekitarnya yang menatap heran.

Dua petugas langsung datang, seraya membawa branker. Alan langsung meletakkan Alana yang terus merintih kesakitan. Dengan cepat, mereka mendorong branker itu. Alan tak henti menenangkan istrinya untuk tetap bertahan.

"Maaf, Pak. Anda dilarang masuk," kata perawat itu seraya menutup pintu ICU.

Alan mendesah berat, tangisnya tak berhenti sedari tadi. Lagi, lagi, Alana harus menahan sakit karena dirinya. Ia bersandar lemah dengan sesekali membenturkan kepalanya ke dinding rumah sakit. Rasa takut akan kehilangan membuat Alan tak bisa berpikir dengan baik.

"Nak, Alan," panggilan sang Ibu mertua menyadarkannya. Dengan tertatih ia berusaha berdiri dengan benar. "Bersabarlah atas ujiannya. Mungkin ini salah satu teguran dari Sang Ilahi dan kita harus mampu mengambil setiap hikmah dari setiap ujian yang diberikan-Nya." Citra berujar menenangkan. Meski menahan nyeri atas kematian suaminya. Citra bisa memahami, bahwa manusia itu berproses. Tidak semua manusia terlahir dari baik. Ada kalanya orang itu jahat lebih dulu sebelum akhirnya berubah ke arah yang lebih baik.

"Maafkan Saya, Bu."

"Sudahlah, Nak. Ibu memaafkanmu. Allah saja maha pemaaf, kenapa tidak dengan hambanya. Meski memang perbuatan kamu tidak dibenarkan, tapi bukankah sekarang kamu sudah tobat dan menyesalinya."

Alan mengangguk, air mata sesal tak henti keluar dari pelupuk matanya. Jika dulu ia tidak menaruh dendam. Mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Ia dan keluarga kecilnya mungkin sudah hidup berbahagia. Namun, hanya karena dendam itu, segalanya ikut hancur. Memang benar, seharusnya hidup itu tak perlu ada yang namanya iri. Sebab, sekalinya kita nekat lantas melakukan kejahatan, yakinlah itu tidak akan berbuah manis kedepannya. Beruntung Alan mendapatkan Ibu mertua baik dan pemaaf seperti Citra. Ia sekarang sadar dari mana sifat lembut dan pemaaf yang dimiliki Alana.

"Pak Alan?"

Kompak keduanya menoleh, seorang wanita berjas putih berdiri di ambang pintu ruangan istrinya tadi. Alan bergegas mendekatinya.

"Begini, Pak. Ketuban Ibu Alana pecah lebih dulu sehingga terpaksa Ibu Alana harus melahirkan prematur. Beliau memaksa ingin melahirkan normal, namun kami tidak bisa membahayakan nyawanya. Kandungannya sangat lemah, serta kondisi Ibu Alana tidak memungkinkan untuk melakukan itu."

Alan mendesah berat. Ia bimbang, Alana sempat bilang bahwa ingin melahirkan normal, tapi untuk saat ini. Alan tidak bisa membahayakan nyawa istrinya. "Tolong lakukan yang terbaik, Dok. Selamatkan istri dan anak saya."

Izinkan Aku Mencintaimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang