Cerita ini sudah pernah diikut sertakan di challenge menulis novel 30 hari bersama penerbit Sinar Pena Amala dengan judul yang sama dan sudah terbit mandiri juga di sana.
Namun cerita ini tidak terikat kontrak apa pun, jadi daripada nganggur di draft, aku putuskan untuk publikasi.
Dan, insyaallah aku up sampai selesai, tergantung antusias dari kalian juga sih, hehe.
Jangan lupa klik pojok kiri ya.
Komen sebanyak-banyaknya di part ini.
Jangan lupa share juga ke teman-teman kalian.
Terimakasih.Cerita ini memakai dua sudut pandang ya, so semoga kalian bacanya gak puyeng.
••••
"Jika memang kesalahan itu tidak begitu
besar dan bisa diperbaiki, kenapa tidak
untuk saling memaafkan. Allah saja
maha pemaaf, kenapa tidak dengan hambanya?"
••••
"Alana makanannya mana?"
Terkesiap, hampir saja spatula yang tengah kupegang terlempar. Buru-buru aku mematikan kompor, mengambil nampan dan piring, lalu menyajikan nasi goreng yang baru saja dibuat. Semoga saja Mas Alan menyukainya.
"Ini Mas, maaf kelamaan. Aku ta-"
"Cuma ini!" Mas Alan menatapku dengan sebelah alisnya yang terangkat.
Aku mengangguk seraya menunduk bersalah. Dari wajahnya, dapat disimpulkan Mas Alan tidak suka makanan yang tersaji di depan. Aku sendiri bingung, di dapur tidak ada bahan apa pun, hanya ada beras, telur dan sayuran. Alhasil yang tersaji hanya nasi goreng telur ceplok.
"Nggak becus!" semprot Mas Alan ketus lalu mendorong tak berserela nasi goreng buatanku. "Orang tuamu ngajarin apa sih! Kepala aja dikerudungi, tapi buat bikin suami seneng aja kamu gak bisa!"
Astaghfirullah. Menutup aurat itu suatu kewajiban bagi setiap muslim. Ini adalah perintah Allah, seperti yang termaktub dalam Qs. An-Nur ayat 30-31. Ingin rasanya aku berkata demikian, namun semua itu hanya tercekat dalam tenggorokan. Hatiku mencelos, rasanya begitu sakit saat suamimu sendiri berkata kasar hanya karena sebuah kesalahan. Jika memang kesalahan itu tidak begitu besar dan bisa diperbaiki, kenapa tidak untuk saling memaafkan. Allah saja maha pemaaf, kenapa tidak dengan hambanya?
Aku menarik napas, berusaha sabar dengan tidak memasukan hati perkataan Mas Alan barusan. "Aku ambilkan tas kerjanya dulu ya, Mas."
Tidak ada jawaban hanya tatapan malas saja yang Mas Alan berikan. Aku tak ambil hati. Tetap melangkah ke kamar tidur, mengambil tas kerja, lalu bergegas menutup kembali pintu kamar. Namun tatapanku jatuh pada sebingkai foto-dua orang yang tengah berpose mesra ke arah kamera, lengan pria itu merangkul nyaman pinggang pasangannya. Sementara si wanita terlihat mencium pipi pria itu penuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku Mencintaimu (END)
RomansaPernah merasakan dinikahi lelaki karena memiliki tujuan tertentu? Alana Airista, wanita lembut dengan sejuta kesabaran yang ia miliki. Wanita yang dinikahi Alan Giovani Zaidan karena sebuah prahara kedua orangtuanya yang belum terselesaikan di masal...