13. Pengorbanan

4.5K 183 0
                                    

Budidayakan vote dan komen setelah membaca.

Jangan jadi pembaca sider ya, jadilah pembaca yang Budiman :)

Terimakasih.

~oOo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~oOo~

"Terkadang kita baru menyadari seseorang itu penting atau tidaknya dalam hidup kita, setelah orang itu pergi. Pergi dengan menyisakan penyesalan."

~oOo~

Satu jam berlalu, aktivitasku masih sama— mondar-mandir tidak jelas di depan lobi hotel, setelah resepsionis mengatakan jika Mas Alan pergi bersama Mba Clarissa. Hatiku mendadak bergemuruh, tak tenang rasanya. Sekelebat obrolan Mba Clarissa tempo lalu di taman terus berputar di kepala, membingkai segala kecemasanku menjadi satu. Oh, Allah lindungilah suamiku di mana pun dia berada.

"Alana?"

Aku menoleh cepat, suara itu terdengar tidak asing. Siluet Ilham perlahan muncul memenuhi netraku. Aku bernapas lega.

"Ilham tolong bantu aku," pintaku seraya mendekatinya. Hanya dia yang bisa membantuku saat ini.

"Apa yang bisa saya lakukan untukmu?"

"Tolong bantu aku mencari Mas Alan, aku mohon," pintaku lagi seraya menyatukan tangan di dada, berharap pria di depanku ini bersedia membantuku.

Alis Ilham terangkat bingung. "Memangnya Alan ke mana?"

"Tolong bantu aku, Ham. Kita tidak punya banyak waktu lagi."

Ilham semakin bingung, terlihat dari raut wajahnya yang sangat kentara. "Saya tidak paham maksudmu Alana. Bagaimana bisa saya membantumu. Tolong jelaskan, ada apa dengan Alan? Mengapa sepertinya kamu sangat khawatir? Apakah dia diculik?" Beruntun pertanyaan darinya membuatku sontak menggeleng, bukan hanya diculik namun nyawa suamiku berada dalam bahaya.

"Mas Alan dalam bahaya, Mba Clarissa berniat melenyapkannya," jelasku dengan bibir bergetar.

"Apa? Membunuh?" pekik Ilham kaget.

Aku mengangguk samar. Netraku tak lagi bisa diajak kompromi. Mengingat kata itu membuatku teringat dengan kematian Ayah. Rasanya begitu sakit, menyiksa, hingga ruang hati pun seakan ikut mati rasa. Namun untungnya iman masih mengingatkanku bahwa kematian itu pasti. Setiap makhluk hidup pasti akan kembali pada-Nya.

"Tidak mungkin Alana, saya tahu betul bagaimana kisah cinta Alan dan Clarissa. Mereka saling mencintai, tidak mungkin Clarissa merencanakan hal itu."

"Waallahi, aku tidak berbohong. Aku mendengarnya langsung. Dia mengatakan hal itu ketika di taman. Alasannya membawa Mas Alan kemari untuk melenyapkannya. Kumohon tolong bantu aku. Jika memang apa yang aku katakan ini tidak benar, aku akan meminta maaf padanya. Untuk saat ini tolong bantu aku, tolong...," ucapku lirih seraya terus memohon padanya.

Izinkan Aku Mencintaimu (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang