Chat yang gue mulai bersama Fatimah terus berlanjut dan baru aja berakhir beberapa menit yang lalu. Chat itu memang gak panjang-panjang amat, setelah salam dan Fatimah menyahutnya, gue berbasa-basi sebentar menanyakan kabar lalu meminta tolong sama dia. Kebetulan banget kelas gue diberi tugas Matematika sama Ibu Permen, tapi gue dan duo kucrut sama sekali gak paham cara ngerjainnya gimana. Dan sebuah ide muncul di kepala Gara buat minta tolong Fatimah buat ngajarin kita. Yah, istilahnya les privat lah.
Tanpa disangka-sangka, Fatimah memperbolehkan kami ke rumahnya untuk belajar bersama. Masya Allah, calon makmum gue emang the best. Gak salah gue memperjuangkan dia.
Sekarang udah jam 11 pagi dan gak biasanya di hari libur gue udah rapi jam segini. Kalo biasanya jam segini mah gue main game di kamar dengan bersimbah iler yang belum dibersihkan. Bercanda ya para ukhti-ukhti, gue gak semenjijikan itu kok. Calon imamnya Fatimah mana boleh jorok kayak gitu, wkwk.
“Gue udah ganteng belum?” gue lagi menyisir rambut menggunakan jari sambil bertanya pada kutu kupret yang masih duduk anteng sama game online-nya. Biasalah cowok, kita habis mabar—main bareng—game yang ada Adora-nya. Eh Eudora maksudnya, hehe. Pertanyaan gue tadi hanya ditanggapi dengan gumaman aja oleh si kutu kupret. Beginilah nasib kalau temenan sama dua makhluk astral yang berasal dari dunia lain. Lama-kelamaan gue gak waras gara-gara ngadepin mereka berdua.
Suara ketukan pintu membuat gue terdiam sejenak, “Siapa?” gue berjalan mendekat ke arah pintu berniat membukanya.
“Ini Bibi, Den. Makan siangnya udah siap!” sahut Bibi dari luar kamar yang membuat gue membuka pintu. Mendengar kata ‘makan’ dua orang bocah yang tadinya duduk anteng mantengin game tiba-tiba aja langsung angkat bokong dan berniat untuk keluar dari kamar gue. Lo pikir gue tinggal diam? Ya, enggaklah! Gue udah bilang sama ini tomcat sehabis dari rumah Fatimah aja gue traktir, eh malah mau sekarang.
Kalau ini dua orang udah makan bisa berabe. Yang katanya mau belajar bareng di rumah Fatimah entar jadi molor di rumah gue. Gak tuh gak bisa diginiin :(
Gue menghalau keduanya keluar dengan kedua tangan yang gue rentangkan lebar-lebar di depan pintu hingga Zainal dan Gara cuma bisa celingukan di belakang gue. “Makan siangnya nanti ya, Bi. Soalnya ada yang harus Ray urus sama Zainal dan Gara.” Bibi mengangguk patuh ketika gue berucap seperti itu. Sedetik kemudian Bibi langsung turun ke lantai bawah dan gue langsung memberikan jitakan gratis sama kutu kupret. “Heh, lu pada mau gue jadiin lempeng apa gimana si? Lu bedua yang ngusulin malah lu juga yang mau kabbur.” Gue ngoceh gak jelas sambil memasukkan buku-buku yang gue perlukan nanti saat les privat di rumah calon makmum.
“Ya, maaf lupa.” Gara beralibi yang bikin gue pengen muntah. Soal belajar aja lupa, kalo soal makan aja cepet, dasar tomcat cacingan.
Setelah buku-buku yang gue perlukan sudah masuk ke dalam tas, gue dan kutu kupret langsung cuss ke lantai bawah buat pamitan sama Bibi. Emang gak pamitan sama bokap? Haha, ya kali bokap gue pagi gini ada di rumah. Itu mustahil dan gak akan pernah terjadi.
Gue dan kutu kupret langsung beranjak keluar rumah setelah berpamitan sama Bibi. Si oranye sudah mendambakan gue di pekarangan rumah untuk berjalan-jalan ria di Minggu pagi ini. Deru suara motor beradu di pekarangan rumah gue. Gue dengan vespa oranye kesayangan, sedangkan Gara dan Zainal bersama motor matic-nya. Mereka itu goncengan, lebih tepatnya Gara nebeng sama Zainal karena dia gak berani naik motor setelah kejadian pahit menimpanya.Jadi gue ceritain sedikit ya kenapa sampai sekarang Gara gak mau menjamah motor lagi. Dulu, ketika kita bertiga masih kelas 10 gue inget banget saat itu pembagian raport di semester 1 dilaksanakan. Dan lo pada percaya gak kalau Gara masuk 10 besar kala itu? Gue sih percaya. Dia itu emang pinter, tapi sayangnya dibego-begoin wkwk. Setelah pengumuman peringkat tersebut, Gara langsung nagih janji Ayahnya yang bakal beliin dia motor kalau dia masuk peringkat 10 besar. Dan janji itu dilaksanakan sang bokap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Calon Makmum [SELESAI]
Teen Fiction"Ini tasbih buat kamu biar sehabis sholat kamu nggak ngelupain dzikirannya." Fatimah memberikan sebuah tasbih kecil berwarna kecoklatan yang gue terima dengan keterkejutan. Itulah salah satu kenangan yang diberikan oleh Fatimah, perempuan berhijab y...