Cowok Playboy itu David

235 8 0
                                    

Lampu jalan berubah menjadi merah, memaksa David menghentikan mobilnya padahal dia sudah hampir tiba dikampus.

Jenuh dia menunggu lampu itu berubah warna, matanya kemudian dilempar kesamping menatap seorang gadis yang tengah berbincang dengan seorang anak laki-laki yang berumur sekitar belasan tahun dengan penampilan kusut seperti tak terurus.

kayaknya pengamen jalan. Pikir David sembari mengamati.

Gadis itu memberikan sesuatu pada anak itu dari dalam tas ranselnya, yang terlihat seperti sebatang coklat. lalu mengacak pucuk kepala anak itu sehingga membuat anak itu tersenyum.

Tapi sepertinya gadis itu tak asing, baju gamis serta kerudung panjang, seperti gaya khas seseorang yang dia cari sejak semalam.

"Anisa!" David ingin beranjak dari dalam mobilnya namun terhenti saat suara klakson mobil saling bersautan dari arah belakang membuat gendang telinganya seperti akan pecah. David mengangkat pandangannya melihat lampu jalan yang sudah berwarna hijau.

"Sejak kapan warnanya berubah?" Lirihnya kesal.

Dia memutuskan untuk menunggu didepan gerbang. Selang beberapa menit Anisa sudah terlihat berjalan memasuki gerbang kampus, ternyata benar, gadis yang dia lihat dilampu merah itu benar Anisa. Baju gamis berwarna ijo tosca dipadukan dengan kerudung pink dusty. Namun kali ini dia tidak sendiri, gadis itu terlihat bersama seorang temannya.

"Assalamualaikum" David menghampiri gadis itu.

"Waalaikumsalam" jawab Anisa dengan tetap berjalan.

Gadis yang berada disamping Anisa menatap bingung melihat David menyapa Anisa dengan begitu ramah.

"Semalam lu engga dateng?" David mengikut jalan disamping Anisa, tentu dengan memperhatikan jarak agar gadis itu tetap merasa nyaman.

"Aku datang"

"Tapi gue engga lihat lo?"

"Itu engga penting, yang penting kamu dapat ilmunya kan?"

"Tapi lo ngajakin gue ketemuan?"

"Aku engga ngajak kamu ketemuan, aku hanya menyuruh kamu buat dateng ke masjid karena kamu bilang mau belajar agama" Jelas Anisa.

"Seharusnya lo bilang gitu ke gue sedari awal, gue kan jadi engga ngarep sampai nunggu lo pulang" sindir David berharap Anisa akan merasa bersalah.

"Kenapa harus nungguin aku? bukannya, tujuannya memang untuk belajar agama yah?" Anisa balik menyindir.

David memutar bola matanya.

"Maksud gue tuh gini,  gue itu mau belajar langsung dari lo, bukan kajian umum kayak semalam" kritik David.

"Aku juga masih belajar, lagian aku sudah bilang sama kamu, kita ini bukan mahrom, jadi, aku engga bisa ngajarin kamu langsung karena itu artinya aku harus berdua-duaan sama kamu"

"Gue kan cuman mau belajar Nis, bukannya ada niatan lain"

"Setan itu akan senantiasa ada untuk menggoda manusia berbuat maksiat walaupun kita tidak ada niat"

"Gue bisa menjamin engga akan ada yang terjadi diantara kita" David tetap kekeuh.

Anisa menghentikan langkahnya membuat David ikut berhenti. Sejenak gadis itu menutup matanya sambil menghembuskan nafasnya pelan.

Thank You and I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang