Hadiah Perpisahan

178 14 13
                                    

Anisa menatap birunya langit siang ini dari jendela kaca besar yang ada di perpustakaan dengan tatapan sayu. Ada yang berbeda dengan perasaannya beberapa hari ini. Tentu selain karena kejadian perampokan itu, keadaan Davidlah yang menjadi penyebabnya.

Terakhir dia dengar kabar yang berhembus dikampus, David mulai berangsur membaik tapi masih perlu perawatan di rumah sakit dan itu membuat perasaan Anisa belum sepenuhnya lega.

Biar bagaimanapun, lelaki itu sudah menyelamatkan hidupnya. Tak peduli dengan luka yang telah ia toreh dihatinya.

Tapi dia tidak memiliki keberanian untuk datang melihat secara langsung keadaan lelaki itu dirumah sakit. Dia bukan siapa-siapa.

"Anisa"

Suara milik seorang lelaki itu, membuat Anisa buruh-buruh menoleh pasalnya dia hanya bersama Gita disini.

Seorang lelaki bertubuh tinggi, berkulit putih bersih serta mata sipit memanjang, mengingatkan Gita pada member boy band Korea idolanya dulu tengah berdiri diujung meja tempat mereka berada. Dia Dirga.

Anisa tau lelaki itu, dia temannya David hanya saja dia tidak tau namanya.

Gita dan Anisa saling melempar pandangnya sejenak lalu kembali menatap kearah lelaki itu lagi.

"Ada yang mau bertemu sama kamu" Ujar Dirga.

Anisa bingung.

Apa mungkin David? Mana mungkin? Anisa menggeleng tidak setuju dengan apa yang ada dipikirannya saat ini.

"Siapa?" Tanyanya.

"Temui saja dulu" Ucap Dirga seperti enggan menjawab pertanyaan Anisa. "Dia ada di cafe depan kampus, dia menunggumu" Lanjutnya kemudian berlalu.

***

Anisa mengedarkan pandangannya didalam cafe, mencari sosok yang ingin bertemu dengannya itu. Tak jauh dari tempat dia berdiri seseorang melambaikan tangan kearahnya, membuatnya harus membuang jauh-jauh harapannya karena bukan David yang ingin bertemu dengannya melainkan seorang wanita cantik.

Tapi tunggu! Wanita itu, bukannya dia yang dia temui di Rumah sakit malam itu?Anisa semakin yakin setelah memastikannya dari dekat.

"Silahkan duduk" Suruh wanita itu yang tak lain adalah Feby.

Anisa dan Gita duduk dengan ragu-ragu. Mereka sangat canggung duduk bersama wanita yang terlihat berkelas itu. Wajah, pakaian, rambut, kulit dan segala yang melekat pada dirinya semua terlihat elegan.

"Santai saja" Ujar Feby menangkap kecanggungan kedua gadis itu.

Mereka hanya tersenyum.

"Oh ya, ini untuk kedua kalinya kita bertemu tapi saya belum memperkenalkan diri" Ucap Feby. "Saya Feby kakaknya David" Lanjutnya berhasil membuat Anisa terkejut. Namun segera dia mengakhiri keterkejutannya untuk menyambut uluran tangan wanita itu dan disusul oleh Gita.

"Gita"

"Silahkan dipesan, biar saya yang teraktir"

"Engga usah kak" Tolak Anisa.

"Tidak apa-apa, saya yang mengajak kalian kesini jadi sudah sepantasnya saya menyuguhkan kalian makan dan minum" Ucap Feby membuat Anisa dan Gita tak bisa menolak lagi.

Feby memanggil salah seorang waiter dan menyuruh kedua gadis itu untuk memilih menu yang tersedia dan stroberi cake menjadi pilihan mereka berdua sementara dia memesan latte.

"Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa saya ingin bertemu kamu Anisa?" Feby memulai obrolan mereka setelah waiter itu pergi.

Anisa mengangguk.

"Itu karena David berubah semenjak mengenalmu" Jawab Feby membuat jantung Anisa tersentak.

Apa wanita ini akan menyalahkan dirinya juga seperti Justin? Tapi tidak ada nada ketus dalam nada suara wanita itu saat mengucapkannya yang ada wajah wanita itu terlihat bahagia berbeda dengan Justin yang penuh penekanan dan tajam.

"Saya minta maaf" Ucap Anisa lalu tertunduk. Gita melirik Anisa dengan tatapan sedih.

"Kamu berpikir kalau aku menyalahkan mu atas perubahan David?" Tanya Feby lalu terkekeh kecil membuat Anisa mengangkat pandangannya.

"Justru saya mau berterimakasih sama kamu" Senyum Feby mengembang membuat Anisa merasa lega."Berkat dirimu, David jadi lebih baik, dia lebih muda diatur, dan paling penting, dia sudah sering tersenyum padahal dulunya wajahnya selalu muram dan dingin" Lanjutnya dengan rona bahagia diwajahnya membuat senyum Anisa mengembang mendengarnya.

"Apa kakak berpikir itu semua karena saya?"

"He.em" Feby mengangguk.

"Itu semua karena dia mulai belajar agama kak bukan karena saya" Timpal Anisa.

"Tapi semua tidak terjadi begitu saja, itu semua berawal saat dia mulai mengenalmu" Ucap Feby.

"Kak Feby benar, anisa yang menyuruh kak David untuk ikut kajian" Aku Gita membuat Anisa menyikut pelan gadis yang ada disebelahnya itu.

"Tuh kan?" Goda Feby membuat pipi Anisa memanas.

Mungkin saja seperti itu, tapi sungguh dia tidak memiliki andil sepenuhnya dalam perubahan David. Itu pilihan David sendiri dan Allah yang menuntun hati manusia menjemput hidayahnya.

Percakapan mereka terhenti saat pesanan mereka datang.

"Bagaimana keadaannya kak?" Tanya Anisa ragu setelah berhasil menelan potongan kecil kuenya.

"David?" Anisa mengangguk.

"Alhamdulillah, dia sudah mulai membaik, mungkin lusa sudah bisa kembali kerumah" Jawaban Feby membuat hati Anisa benar-benar lega.

"Alhamdulillah" Ucap Anisa dan Gita bersamaan.

"Maaf kak, saya tidak pernah menjenguknya padahal dia terluka karena menolong saya" Sesal Anisa

"Engga perlu merasa bersalah begitu, David jutru bersyukur bisa menyelamatkanmu, paling tidak dia sudah menebus kesalahannya sama kamu, saya harap kamu mau memaafkannya yah?"

Hati Anisa seperti menghangat mendengar ucapan Feby barusan. Apa David begitu merasa bersalah padanya.

"Saya sudah memaafkannya sebelum kejadian ini kak" Ucap Anisa tulus.

Feby mengelus tangan Anisa yang bebas diatas meja.

"Kamu memang gadis yang baik hati padahal David melarang saya menyampaikan maaf sama kamu karena dia bilang kesalahannya tidak bisa dimaafkan"

"Tolong bilang sama dia kak, kalau saya sudah memaafkannya"

Feby mengangguk.

"Oyah saya kesini mau ngasih ini juga sama kamu" Feby mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang berwarna coklat dengan pita berwarna kuning emas dari dalam tasnya.

Anisa bingung saat Feby meletakkan kado itu dihadapannya.

"Ini dari David" Ujarnya membuat dada Anisa tersentak sekali

"Saya engga pantas nerima ini kak" Anisa mendorong lembut kotak itu kembali.

"Itu kado perpisahan dari David"

Pergerakan tangan Anisa terhenti, dia terkejut.

"Minggu depan acara wisudanya, setelah itu, dia akan berangkat ke Eropa untuk melanjutkan pendidikannya" Tutur feby. Anisa bungkam tak tau harus mengatakan apa. "Jadi saya mohon terimalah" Pintanya lagi.

Tbc.

Tag kalau ada typo😉

Thank You and I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang