David turun dari kamarnya, bukan untuk bergabung di dimeja makan bersama kakaknya karena dia tau ayahnya sedang berada dirumah untuk makan siang. Feby yang mengatakannya tadi saat sarapan.
Kelakuan ayahnya tidak bisa membuat hatinya melunak walaupun dia kini mulai paham bahwa mengabaikan orang tua adalah dosa besar.
Tapi sungguh David sudah mencoba melunak namun ayahnya malah makin menjadi-jadi. Diapun mencoba menghindar agar tidak terjadi perdebatan antara mereka.
"Kamu mau kemana?" David menghentikan langkahnya melihat Feby berjalan kearahnya sambil memperhatikannya dari ujung rambut hingga ke ujung kaki.
Kemeja abu tua yang sengaja tak dikancing dengan dalaman kaos putih polos, serta celana jeans hitam, dipadukan dengan sepatu tali yang senada dengan kemejanya. Terlihat jelas kalau David hendak keluar rumah.
"Ada urusan kak" Jawab David.
"Lama?"
David mengangguk.
"Ini akhir pekan, bersantailah dirumah" Feby seperti tak ingin adiknya itu pergi.
"Aku ada kegiatan sampai sore" Ujar David.
Ya, David tidak berbohong. Hari ini hari Sabtu jadi sebentar sore dia harus datang ke masjid Akbar untuk mengikuti kajian rutin malam ahad Komunitas Pemuda Teman Hijrah.
Feby mengangguk mencoba tak menampakkan kekecewaannya karena harus menyantap makan siang tanpa adiknya itu. Tapi dia mencoba mengerti karena sekarang adiknya itu bukan hanya sibuk dengan urusan skripsi tapi juga kegiatan 'lain' diluar kampus.
"Jadi kamu tidak mau makan siang sama aku?" Feby kembali memastikan.
"Sorry kak, gue engga bisa" David melirik sejenak keseorang pria yang tengah sibuk berbicara lewat telpon disofa ruang keluarga. Feby lalu mengikuti arah pandangan David dan sepertinya, dia menemukan jawaban mengapa lelaki itu malas berada dirumah, ayahnya!
"Gue akan ikut makan malam sama lo" Ujar David membuat Feby terkejut. Pasalnya dia akan makan malam dengan seorang pria. Apa adiknya itu berencana mengacaukan kencan butanya?
"Gue pamit, assalamualaikum"
Feby bergeming sebelum menjawab salam lelaki itu. Dia tidak salah dengar, si bad boy itu mengucap salam?
"Mau kemana kamu David?"
Suara barinton milik Indrawan menyadarkan Feby dari keterkejutannya. David pun menghentikan langkahnya yang saat ini sudah berada diambang pintu, kemudian berbalik.
"Aku ada kegiatan pi" Jawab David berusaha tenang.
"Papi mau bicara" Indrawan terlihat serius membuat David harap-harap cemas kalau ayahnya itu akan membicarakan soal mobil sportnya.
"Mobil kamu ada sama Justin?" Tanyanya pelan namun dingin.
Dugaannya benar!
Jantung David berpacu dengan cepat hingga wajahnya terlihat sedikit pucat.Dia berusaha tenang namun pertanyaan ayahnya dalam sekejap membuat kecemasan melanda dirinya.
Indrawan marah karena tidak kunjung mendapat jawaban dari putranya tersebut.
"Apa karena kamu kalah taruhan dengannya?" Tanyanya lagi membuat David semakin terpojok.
Bagaimana ayahnya bisa tau soal ini? Justin? Apa dia memberi tau soal ini ke ayahnya juga? bagaimana bisa? David sibuk dengan segala pikirnya.
"Cukup Pi" Feby segera menengahi ayahnya melihat adiknya terpojok tak mampu untuk berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thank You and I'm Sorry
RomanceBagaimana jadinya jika bad boy bertemu dengan seorang wanita muslimah? Edwar David Indrawan, lelaki tampan dengan segala kekuasaannya mampu menaklukkan wanita manapun yang dia jadikan sebagai barang taruhannya. Lantas bagaimana jika David ditantang...