Permainan Dimulai

337 11 0
                                    

Oke hari ini David sudah siap memulai permainannya. Setelah merasa puas dengan penampilannya, dia segera melangkah keluar kamar menuju garasi tapi sebelum tiba disana seseorang telah menghentikan langkahnya saat dia hendak keluar pintu rumah.

"Engga sarapan dulu boy?" David menoleh kebelakang untuk melihat sang empuh suara. Nampaklah seorang wanita setengah baya berwajah cantik dengan gaya modis.

"Mami, David lagi buruh-buruh, dikampus aja" Ujar David pada wanita yang dia sebut mami itu.

"Bukannya kamu ambil kuliah siang yah? tumben kamu pagi-pagi udah mau berangkat?" Tanya wanita bernama Hana itu. Dia menatap David menyelidiki.

Tentu dia sudah sangat paham dengan sifat putranya itu, tidak bisa bangun pagi adalah salah satu sifat buruk David. Sangking tidak bisa bangun pagi, lelaki itu memilih jadwal kuliah siang. Jadi wajar jika Hana curiga.

"There is something important mom"

"Girl?" Tebak Hana. David hanya terdiam membuang pandanganya kearah lain. Hana menghembuskan nafasnya pelan.

"Berapa banyak lagi sih gadis yang mau kamu mainin? Kamu engga mau serius apa sama satu perempuan terus kenalin ke mami gitu" Celoteh Hana. Kalau soal kebiasaan David yang suka taruhan cewek, Hana juga tahu. Bahkan semua gadis yang pernah jadi mainan putranya itu Hana tahu secara detail. Dia punya informan yang bisa memberikan semua kegiatan putra ke duanya itu.

"Please mom, I'm busy now" David memelas agar Hana menghentikan celotehannya. Hampir setiap hari dia mengatakan hal itu. Hana berharap ada gadis yang bisa membuat hati David menetap. Ya pasti, akan ada saatnya David memperkenalkan wanita pilihan hatinya itu tapi untuk saat ini lelaki itu belum menemukannya. Suatu hari nanti.

"Baiklah, mami harap ini yang terakhir yah, Good luck" Lirih Hana namun David masih bisa mendengarnya. Dia hanya cuek tidak menanggapi ucapan ibunya itu lalu berlalu meninggalkan rumah. Itu kata-kata yang juga sudah sering Hana ucapkan namun nyatanya, David belum menemukan seseorang yang bisa dia jadikan pilihan terakhirnya.

David segera mengemudi mobil sportnya menuju kampus setelah Hana melepaskannya pergi. Ini untuk pertama kalinya dia berangkat pagi ke kampus setelah beberapa bulan terakhir ini. Yah, dia sudah lupa kapan terakhir kali dia pergi ke kampus pagi-pagi begini. Bahkan jam masih menunjukkan pukul setengah 8 pagi. Dijam segini seharusnya dia masih meringkuk dibawah selimut tebalnya.

Jangan ditanya lagi alasannya kenapa? Tentu karena gadis yang menjadi targetnya kali ini. Sepertinya dia akan rajin bangun pagi mulai saat ini karena Annisa Muslimah.

Pagi ini dia mendapat info kalau gadis itu sudah berada diperpus jadi David bergegas untuk kesana. Dia memang tidak pernah main-main dengan targetnya walaupun sejatinya ini hanya sebuah permainan buatnya. 

👑👑👑

David melempar pandangannya kesana kemari mencari sosok Anisa di dalam perpustakaan. Tempat itu masih sangat sepi, hanya beberapa mahasiswa saja yang ada disana dan sudah bisa dia pastikan mereka para mahasiwa teladan. David sepertinya mengerti sekarang bagaimana rasanya jadi mahasiswa teladan yang  datang pagi-pagi kekampus untuk mengunjungi perpustakaan, ck.

Tak jauh dari pintu masuk, David akhirnya menemukan gadis yang sedari tadi dia cari itu duduk di pojok dekat jendela perpus yang lumayan besar. Dari tempat itu kita bisa melihat halaman kampus yang begitu luas. Dengan langkah pasti David mulai mendekat namun sebelum itu dia mengambil sembarang buku yang terdapat pada rak yang tingginya sekitar 2 meter tanpa melihat judul apa yang tertulis pada sampul buku tersebut.

Gadis itu mengangkat pandangnya saat menyadari ada seseorang yang mengisi bangku yang berada tepat dihadapannya. David bisa melihat dengan jelas wajah Anisa yang lebih cantik apabila dilihat langsung.

"Boleh saya duduk disini?" Izin David pada Anisa.

"Silahkan" Gadis itu mengizinkan.

"Hm" David berdehem namun Anisa tidak menghiraukan. Dia masih sibuk dengan bukunya.

"Lo Annisatul Muslimah kan?" Kali ini gadis itu mengangkat pandangannya dengan mimik heran. Seolah mengatakan, kamu tahu namaku? Namun bukan pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya.

"kamu siapa?" Tanya Anisa masih dengan mimik herannya.

David mengangkat sebelah alisanya. Pertanyaan gadis itu menyadarkannya tentang suatu hal bahwa ternyata ada gadis dikampus ini yang tidak tahu tentang dirinya. Baiklah, sepertinya dia harus menjelaskan semua tentang dirinya. Mungkin Anisa pernah dengar.

"Aku David, Edwar David Indrawan" David mengulurkan tangannya kearah Anisa namun gadis itu bukannya menerima uluran tangan itu, dia malah mengatupkan kedua tangannya didepan dada. Dengan perasaan malu David menarik tangganya kembali.

David akui dia malu. Ini untuk pertama kalinya ada wanita yang berani menolak uluran tangannya padahal diluar sana banyak wanita yang berebut untuk hanya sekedar menyentuh tangan itu. Tapi lihat gadis ini

"Baiklah, sepertinya Lo bener engga tahu tentang gue"

"Memangnya penting aku tau tentang kamu" Ujar Anisa jutek. Dia tidak suka dengan kehadiran David disana yang terkesan mengganggu.

David menghela nafas pelan. "Tidak penting juga sih, gue cuma nanya doang" Mata David menjelajah melihat-lihat laptop dan juga buku yang dibaca oleh Anisa. "Lo suka baca novel?"

"Engga"

"Nah, buku yang Lo baca?" David melihat sampul buku yang dibaca Anisa yang bertuliskan pacaran setelah menikah. Dipikirinya itu Novel.

"Mau kamu apa sih?" Anisa mulai kesal.

"Gue mau kenalan sama lo" Jawab David tanpa basa-basi.

"Gue David, Lo Anisa kan?" David kembali mengulurkan tangannya berharap gadis itu akan menjabatnya kali ini namun tidak seperti harapannya Anisa tetap tidak mau menjabat tangannya.

"Maaf kita bukan mahrom" Tegas Anisa membuat David menarik tangannya kembali. Oke baiklah, David harus menanggung malu kembali karena penolakan kedua gadis itu.

Bukan mahrom, setidaknya David taulah maksud dari kata itu, wanita seperti Anisa tidak ingin bersentuhan dengan lawan jenis selain bapak dan saudaranya.

David kembali menghembuskan nafasnya pelan. Sepertinya dia akan sedikit kesulitan mendapatkan gadis yang satu ini. Mungkin ini maksud dari perkataan Justin, mengapa gadis ini berbeda dari yang lain.

Tbc.

Assalamualaikum...
Redaers...❤️

Thank You and I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang