Kedai buku

214 11 0
                                    

Semua mahasiswa nampak sibuk mengemas buku-buku mereka kedalam tas setelah dosen meninggalkan kelas.

Ada yang lalu buruh-buruh keluar namun ada yang memilih untuk tetap duduk mengobrol.

"Nis, ke toko buku yuk?" Ajak Gita pada Anisa yang sedang memasang tas ransel ke punggungnya.

"Mau beli buku apa?" Tanya Anisa sembari memperbaiki letak tas ranselnya yang terlilit.

"Stok novel aku habis" Jawabnya sambil menyengir. Dia tahu gadis itu akan memprotesnya setelah ini.

Anisa memajukan sedikit bibirnya. "Baca novel muluh yang lain kek, nanti jadi generasi halu kamu"

Tuh kan?

"Maklum Nis, baru belajar move on jadi K-Popers, anggap saja pengalihan hobby" Gita kembali menyengir mencoba membenarkan apa yang dia lakukan.

Sebelum Hijrah Gita merupakan K-Pop lovers, sampai bisa di bilang fanatik. Bahkan awal hijrahpun gadis berpipi tembem itu masih belum rela menghapus puluhan koleksi music Video para boy band yang berasal dari negri ginseng tersebut.

Dan sekarang dia mencoba mengoleksi novel sebagai pengalihan hobbynya. Akunya.

"Cari hal yang lebih berfaedah Git"

Gita dan Anisa mulai beranjak dari kelas.

"Memang baca novel engga berfaedah? Aku baca novel religi, ada banyak pelajaran juga yang bisa kita petik dari ceritanya" Belanya lagi tak mau disalahkan. Benar juga sih, banyak pelajaran yang bisa dipetik dari sebuah cerita novel tapi Anisa tidak tertarik dengan cerita fiksi tersebut.

"Iya deh, kamu ini" Anisa merangkul bahu Gita dari samping dengan langkah kaki yang saling beriringan. "Kita shalat dhuhur dulu sebelum ke toko, gimana?" Usul Anisa.

"Ok deh"

***

Sesuai janji Anisa, sekarang dia berada di toko buku untuk menemani sahabatnya, Gita. Setiba disana mereka berpisah didalam toko karena Anisa tidak memiliki ketertarikan akan novel jadi dia memilih untuk mencari buku lain yang mungkin bisa menambah wawasannya tentang Islam.

Dengan langkah riang dia menyusuri jajaran buku yang tersusun rapi pada rak, mampu memanjakan matanya. Sedang sibuk memilih buku yang bagus untuk dibelinya, seorang lelaki dari balik rak buku mengucapkan salam seraya tersenyum ramah pada Anisa.

"Assalamualaikum" Ujar si lelaki yang tak lain adalah David.

Anisa sempat terkejut karena lelaki itu muncul tiba-tiba dihadapannya. Dia mengangkat sejenak pandangannya melihat David yang berada dibalik rak buku, kebetulan rak buku disana hanya setinggi bahu orang dewasa, jadi pengunjung bisa saling mengobrol walaupun dihalangi rak tersebut.

Anisa lalu kembali fokus pada buku-buku yang berjejeran dengan rapi itu seolah tak peduli dengan kehadiran David.

Entah kenapa cerita Gita tentang David tiba-tiba teringat olehnya saat dia melihat wajah lelaki itu.

Lelaki playboy.

"Salam itu wajib dijawab kalau engga dosa" David menggulung senyumnya. Tentu Anisa ingat betul bahwa dia pernah mengucapkan kalimat itu pada David.

"Aku jawab kok" Ujar Anisa tak mau disalahkan. Dia memang menjawab salam lelaki itu namun dengan sangat lirih.

"Gue engga denger" Goda David.

Anisa menghembuskan nafasnya pelan.

Ya Allah lelaki ini ngeselin. Gerutuhnya dalam hati.

"Waalaikumsalam" ujarnya tanpa mengalihkan pandangannya dari susunan buku yang membuat matanya berbinar.

Thank You and I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang