Dibalik Rumah

189 9 0
                                    

David berjalan memasuki rumah dengan membawa paper bag berisi buku yang dia beli tadi siang di toko. Tadi siang? yah, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan dia baru pulang kerumah.

Dengan langkah cepat dan pandangannya lurus menujuh kamar tanpa peduli dengan keadaan sekitar.

"Baru pulang?" Suara barinton mengintruksinya untuk berhenti.

David berbalik dan mendapati seorang wanita dan pria tengah duduk pada sofa diruang tengah sembari menonton tv. Tentu mereka adalah Hana dan Indrawan, ayah dan ibunya.

Hana menatapnya dengan senyum ramah sementara Indrawan menatapnya dingin, tatapan yang selalu sama. Hal yang membuatnya malas berada dirumah.

"Aku capek, mau istirahat" Ujar David acuh, berniat untuk pergi namun terhenti saat Indrawan kembali berucap

"Sampai kapan kamu mau bertindak semau mu seperti ini? Kamu harus belajar dewasa David" Ucapnya datar.

"Mau papi aku harus bagaimana? Mengurung diri dikamar seperti anak gadis?" David berusaha untuk tidak terpancing emosi.

"Papi engga suka kamu selalu pulang malam seperti ini" Nasehat Indrawan.

"Ya udah, suruh Justin, Guntur dan Dirga buat ngejauhin aku karena mereka yang selalu ngajak aku keluyuran sampe malam" Tantang David yang membuat Indrawan kesal. Tentu dia tidak menyalahkan ke tiga sahabatnya, dia hanya ingin melihat reaksi ayahnya.

"Kamu kalau ditanya, suka ngebantah yah? Kamu itu sudah dewasa, sudah tidak perlu papi kasih tahu mana yang bener mana yang salah!" Tegas Indrawan.

"Kalau gitu engga usah nasehatin aku, David udah dewasa pi!" Ucapnya sembari berlalu menuju kamarnya.

***

David membuang handuknya ke sebuah single sofa yang ada didalam kamarnya. Kebiasaan buruk yang akan membuat kakaknya Feby, mengomel sampai telinganya panas.

Akh, dia rindu wanita cerewet itu.

David lalu membanting tubuhnya diatas ranjang king sizenya. Sekarang dia sudah berganti pakaian santai, kaos oblong dengan celana kotak-kotak selutut.

Matanya menatap langit-langit kamarnya sementara otaknya memutar perdebatan kecil yang terjadi dengan ayahnya tadi.

David menghembuskan nafasnya kasar. Entah, sejak kapan hubungannya dengan ayahnya tidak akur, mungkin sejak dia sadar bahwa ayahnya itu terlalu mengatur kehidupannya? Entahlah, dia hanya merasa udara yang dia hirup terasa menyesakkan dada jika melihat pria setengah baya itu.

Tok...Tok..tok..

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan David, dia segera mengambil posisi duduk ditepi ranjangnya.

Sedetik kemudian seorang wanita cantik berbalut dress rumahan muncul dibalik pintu dengan membawa nampan berisi segelas susu dan cheese cake kesukaan David.

"Minum susunya sayang, mami buatkan kue kesukaan kamu juga" Ujar Hana seraya meletakkan nampan itu keatas nakas.

David memutar bola matanya malas.

"Please mi, berhenti memperlakukan aku seperti anak kecil" Ucap David.

Hana ikut duduk didekat David.

"Bagi mami sama papi kamu akan selalu menjadi anak kecil kami" Ucap Hana lalu mengacak lembut rambut David yang masih sedikit basah. Membuat David merasakan kehangatan dihatinya yang sempat memanas.

Akh, coba ayahnya berlaku manis seperti ibunya ,pastinya hubungan mereka akan baik-baik saja.

"Itulah mengapa kami selalu cemas tentang kamu, karena dimata kami, kamu hanyalah David kecil yang terjebak dalam tubuh orang dewasa" Ujar Hana tersenyum masih dengan kegiatannya membelai rambut putranya itu.

Thank You and I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang