Kajian Islam

247 12 0
                                    

David terheran-heran melihat keramaian masjid Akbar malam ini. Seperti ada acara khusus. Begitu ramai bahkan kalah rame sama mall yang padat pengunjung di malam minggu. Bahkan mungkin, semua pengunjung mall itu kini sudah beralih tempat nongkrong ke masjid.

Nyatanya semua jamaah kebanyakan dari kalangan anak muda. Bila biasanya masjid hanya diramaikan oleh kaum lansia namun kali ini terlihat berbeda. Atau mungkin dia saja pemuda kota ini dan ketiga sohibnya yang masih belum tobat. Ck.

Semakin mendekati waktu shalat magrib keadaan sekitar semakin padat pengunjung. Membuat David curiga. Apa mungkin ini kajian umum? Bukan kajian berdua antara dia dan Anisa seperti yang dipikirkannya. Kalau begitu, anisa berbohong padanya atau tidak, sepertinya dia yang salah paham maksud dari perkataan Anisa. Pantas saja Anisa langsung mengiyakan ajakannya.

David menatap jam tangan yang melingkar ditangannya dengan cemas. Shalat magrib sudah akan dimulai namun dia belum melihat Anisa. Malah sekarang dia kebingungan mencari jalan keluar. Dia terjebak diantara padatnya jamaah yang bahkan sudah meramaikan area luar masjid.

Rencananya, dia ingin menunggu Anisa digerbang masjid, namun seorang pemuda yang mungkin marbot masjid atau panitia acara, David tidak tahu. Yang jelas Pemuda  itulah yang memaksanya masuk dengan lembut hingga David tidak bisa menolak.

Sejauh matanya menatap, semua jamaah berjenis kelamin laki-laki sementara shaf wanita tertutupi oleh kain hijab. Lantas bagaimana dia bisa bertemu Anisa kalau situasinya seperti ini.

Shalat magrib pun tiba, semua jamaah terlihat berdiri. David ingin mengambil kesempatan ini untuk menerobos keluar. Namun langkahnya terhenti, lengannya ditarik oleh seseorang membuat David sontak berbalik menatap lelaki bermata hitam pekat itu.

"Abang mau kemana? Sudah tidak ada tempat diluar,disini aja" Intruksi lelaki yang terlihat lebih mudah dari David itu.

David mengulurkan niatnya lalu mengikuti imam yang sudah memulai shalatnya.

Shalat magrib usai, dilanjutkan dengan dzikir dan shalat sunnah. David tidak ikut, dia memilih memainkan smartphonenya. Ada beberapa pesan yang masuk, namun matanya hanya fokus pada sebuah pesan group. Tentu saja itu groupnya bersama ketiga sohibnya.

Ya ampun, dia lupa kalau dia punya janji dengan mereka. David menepuk jidatnya pelan. Abislah dia.

"Bang, simpan dulu handphonenya, kajiannya udah mau mulai" Lelaki bermata hitam pekat itu kembali mengintruksi.

David hanya menurut, memasukan benda pipih itu kedalam saku jaket kulitnya. Lalu fokus kedepan pada seorang pria yang duduk pada single sofa.

David menatap ragu pada pria berpenampilan santai itu. Apa pria itu yang akan memberikan kajian? Tidak ada tampang-tampang ustadznya. Celana jeans, kemeja kotak-kotak yang sengaja tidak dikancing menapakkan kaos putih polosnya. Hanya sebuah sorban yang melingkar dileher pria itu yang menampakkan penampilan Islaminya.

Aduh, kenapa malah penampilan ustadz itu yang jadi pusat perhatiannya. Dia harus cari Anisa, itu tujuan utamanya datang ke sana. Tapi melihat keadaan sekeliling membuat harapannya sirnah. Sepertinya dia akan terjebak disana sampai acara selesai.

***

David segera berjalan cepat, sebisa mungkin menerobos kerumunan agar dia bisa keluar masjid dan mencari Anisa.

Seharusnya dia tidak terbujuk ajakan lelaki itu untuk masuk, sekarang dia tidak bisa bertemu Anisa. Atau mungkin lebih baik tadi dia ikut bersama temannya, menikmati malam Minggu bersama mereka. Percuma juga kesini, dia tidak bertemu gadis itu, yang ada hanya telinganya terasa pengap mendengar ceramah selama dua jam.

Thank You and I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang