"Aku idak bisa mencintai mu karena aku masih mencoba untuk mencintai diri sendiri"
_Bianca El- Khanza_
Kubah biru terbentang diatas rimbunnya pepohonan, begitu menyatu dengan warna alam yang didomisili dengan warna hijau, awan putih terlihat bergerak perlahan menutupi matahari yang sedang teriknya, membuat cuaca sedikit teduh. Tapi tak berapa lama awan-awan itu kembali bergerak perlahan meninggalkan matahari, mengembalikan lagi cuaca panas terik yang menemani heeking kelompok putri XI Mipa3.
"Dipeta ini tuuuh nggak ada bacaannya sama sekali cuma kode-kode angka yang nggak tau apa artinya". Ucap Maudy sambil memegangi kertas yang diberikan oleh tentara sebelum mereka masuk kehutan.
"Sini biar gue lihat dulu". Pinta Keyla.
"Emang lo bisa?". Tanya Maudy tanpa langsung memberikan peta perjalanan tersebut.
Bianca yang hampir muak dengan perilaku Maudy langsung mengambil paksa peta tersebut dan diberikan kepada Keyla. "LO TUH JANGAN NGEREMEHIN ORANG,, KITA DISINI TUH KERJA SAMAKAN" ketus Bianca kesal.
"Nyatanya lo bertiga dari tadi diam aja". Jawab Maudy tak kalah ketus.
"Diam bukan berarti nggak tau kan, lo aja yang memandang orang dengan sebelah mata".
"Udah-udah lo berdua nggak usah ribut, kita tu satu tim, saling melengkapi. Dan lo Maudy, gue harap lo turunin ego loo.. kita bertiga pernah ikut perkemahan kok, pernah belajar sandi-sandi dan kode rahasia juga. Jadi sedikit-sedikit ngerti". Ayrin mencoba meleraikan pertengkaran Maudy dan Bianca, Ayrin takut jikalau Bianca sudah kehilangan kesabaran bisa jadi Maudy dilempar jauh-jauh terbang entah kemana.
Keyla masih serius berkutat dengan peta dan selembar kertas juga pena. Ia mencoba memecahkan kode rahasia yang tersusun dari angka dan susunan sandi-sandi. "180°,pohon tumbang". Ucap Keyla setelah sekian lama terdiam.
"Peta ini bukan petunjuk arah yang sebenarnya, kita udah jauh tersesat, kita harus putar balik". Sambung keyla pasti.
"Terus maksudnya dari pohon tumbang? pos 1 nya ada disitu?". Tanya chelsea.
"Maybe cheal. Kita segera kesana, Bianca kompas masih sama lo kan?". Bianca mengangguk tanda iya.
"Lo bidik arah 180°. Terus bidik sampai kita ketemu pohon yang tumbang, Ayrin lo pantau terus tanda medan jalan,oke? semuanya kita harus cepat bergerak". Mereka semua kembali berjalan, kali ini posisi Maudy dipimpin digantikan sementara oleh Keyla.
.
.
.
Suara monyet hutan menemani perjalan KEYBIAY dan rekan-rekan dihutan belantara, untungnya cuaca yang tadinya panas berubah semakin teduh dilindungi pohon-pohon besar yang lebat. Mereka belum bertemu dengan teman-teman dari kelompok lain, mungkin mereka masih dibelakang. 180° arah yang dituju terus disusuri, tapi pohon tumbang yang diinginkan tak juga ketemu. Ayrin mengeluarkan botol air minum besar yang ia bawa sedari tadi, menenggak cairan putih itu semaunya. Bianca menyeka keringat yang sudah membasahi sebagian jilbabnya. Dia masih melihat kesekeliling,apakah ada sebuah tanda yang bisa dijadikan petunjuk arah.
"WAIIITTT-WAAIIT,,GIRL..." Ayrin membuat semua mata mengarah kepadannya.
"Gue rasa pohon tumbang itu bukan pohonnya yang tumbang deeeh,,. Tapi nama pohonnya itu pohon tumbang, kalian lihat semua pohon yang ada disekitar kita...gede bangetkan, beda sama pohon yang ada didaerah tadi itu... ini tuh bisa jadi umurnya udah puluhan tahun, tapi masih kokohkan. Nah bisa jadi pohon tumbang itu cuman nama aja, karena pohonnya udah puluhan tahun tapi nggak tumbang-tumbang, kayaknya kita udah sampai dititik yang benar". Sambung Ayrin, wajahnya begitu terlihat serius dengan matanya yang memperhatikan sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Beautiful School
Fiksi Remaja"LOOOOH.... LO KAN KAKAK KETOS!. NGAPAIN DISINI IKUT TAWURAN LOO HAAA...". Jeda sejenak. "ENGKEEY ENGKEEEY PASANG CAMERA ENGKEEY, HARUUUS DISEBAR NIHH,, MASA IYA KETOOS TAWURAN!!". Kata ayrin mengintruksikan Keyla. Mulai lah aksi Keyla. 'ceklek' sa...