"kok lama? Buahnya mana?"Keempat pemuda yang bertugas mengumpulkan buah datang paling terakhir dengan tangan kosong.
Mereka menunduk, lalu wonjin mengulurkan tangannya yang ternyata memegang sebuah apel.
"Maaf, kita cuma dapet ini" ujarnya pelan
Seungwoo mengangkat alisnya, bingung dengan sikap adik-adiknya yang murung begini. Tapi tak lama kemudian seungwoo tersenyum teduh.
"Gapapa, udah ayok kita makan siang. Dagingnya baru mateng tuh" ujar seungwoo
Mereka mengangguk lalu menghampiri yang lain di sebelah rumah yang baru selesai membakar daging.
"Bang wonjin, apa gapapa kita rahasiain soal kepala itu?" bisik minhee bertanya
Wonjin mengangguk, "jangan kasih tau siapa-siapa dulu"
Minhee, junho, donghyun mengangguk mendengar ucapan wonjin. Tapi tanpa mereka sadari seungwoo yang berjalan tak jauh di depan mereka, mendengar obrolan mereka.
"Bisik-bisik kok gede suaranya.." gumam seungwoo heran sambil geleng-geleng kepala
Sudah tengah malam, suasana rumah begitu sepi. Karena sejak kecil mereka sudah dibiasakan tidur cepat dan tidak boleh begadang.
Oh ya, rumah ini ada tiga kamar. Dua kamar tidur besar, dan satu kamar tidur kecil. Kamar pertama diberi nama kamar hyung line, dan kamar kedua diberi nama maknae line. Satu kamar lainnya tentu untuk seungwoo sendiri.
Kembali ke cerita. Di kamar hyung line, hangyul terbangun karena ingin ke toilet. Ia hanya menyalakan lampu di ruang tengah saja dan segera menuju toilet.
Kok ada lampu? Ada, mereka pakai panel surya untuk menyalakan lampu di malam hari. Mereka pakai seperlunya, karena panel surya cuma bertahan sekitar satu jam jadi harus hemat.
Selesai dari toilet, tiba-tiba ada angin dingin yang membuat hangyul sedikit merinding. Padahal semua jendela ditutup rapat termasuk gorden.
"Bodo amat" gumamnya acuh
Baru aja matiin lampu ruang tengah, terdengar suara aneh dari luar rumah.
Hangyul mengerutkan keningnya, heran.
Suaranya cukup berisik, seperti ada langkah kaki raksasa juga pekikkan seolah-olah ada yang sedang dicekik.
Hangyul berjalan menuju jendela, dan perlahan tangannya hendak menyentuh gorden.
"Gak boleh buka gorden apalagi jendela kalo malem-malem"
Hangyul menggelengkan kepalanya. Dia harus menuruti perkataan seungwoo. Tapi dia penasaran banget.
Namun seketika hangyul tersenyum menyebalkan, "berarti boleh buka pintu dong, ya?" gumamnya kemudian memegang knop pintu utama
Baru mau membuka pintu, gorden disebelahnya tiba-tiba tersibak dengan sendirinya.
"jangan ngintip keluar kalo malem"
Persetan dengan peraturan, rasa penasarannya sudah dipuncak.
Hangyul menengok sekitar lalu meyakinkan dirinya, "hidup seperti Larry"
Perlahan ia mendekat, dan mengintip apa yang sebenarnya ada di luar sana saat malam hari.
Antara menyesal dan puas, hangyul membelalakkan matanya. Akhirnya ia tau alasan dari peraturan itu.
Sesosok makhluk menyeramkan memandangnya dari jarak 6 meter di depan rumah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Exit | Produce X 101 ✓
FanficCari jalan keluarnya. Atau mati menjadi santapan siluman. ❝ what if there's no exit? ❞