Alesha duduk di kursi kelas. Masih memikirkan apa yang di katakan oleh Raka Tentang kesepakatan yang di berikannya apakah dia harus menerima kesepakatan itu? Tetapi di sisi lain alesha masih ingin tahu mengapa nyawanya menjadi di bawa bawa dan mengapa Ferro lelaki itu juga di bawa bawa. Berbahaya. Pikir Raka begitu, menurut alesha tidak lelaki macam Ferro ini baik, sopan dan humble kepadanya. Kenapa Raka berpikir bahwa Ferro itu jahat. Alesha tak mau pikir lagi segera alesha mengambil hp nya di tas dan menelfon ferro untuk menjemputnya pulang nanti.
Sekalian untuk menanyakan perihal tetang masalah ini.
"Hallo, Ferro?"
"Kenapa, sha kangen?"
"Enggak! Lo pulang sekolah nanti ada acara gak?"
"Engak ada, kenapa sih?"
"Jemput gue ya?"
"Hahah, santai tanpa lo minta gue jemput!"
"Oke, nanti gue tunggu. Byee!"
/pip/
Alesha mematikan sambungan telfonnya terlebih dahulu karna guru sudah datang. Dan Bella juga sudah duduk di sebelah nya. Ngomong ngomong soal Rara perempuan itu sudah tidak marah lagi. Lagain hal sepele begitu tidak usah di besar besarkan.
"Lo udah pr nya kan sha?" tanya bella.
"Udah," jawab alesha singkat.
"Tumben lo udah, biasa juga nyontek sama kita kita?" sahut adel dari belakang bangku alesha dan bella.
"Gue nyontek cuman setengah doang! Gak kaya lo pada langsung semua," sindir alesha sambil terkekeh.
"Orang pinter beda lah del, lo gimana sih!" timpal Rara terkekeh.
Guru yang melihat itu langsung menengok dengan tajam dan memarahi bagian anak anak yang mengobrol seperti di bangku alesha tentunya. "HEH! itu yang di belakang, ngapain ngobrol. Mending udah bisa alesha maju kamu!" tunjuk bu maya selaku guru kiler di sma taruna.
"Sa-ya bu?"
"Ya iya lah siapa lagi?! Masa ibu. Cepat!" ujar bu maya mengarahkan tongkatnya kepada alesha.
Teman temannya hanya diam tak berkutik, ingin sesekali tertawa melihat bagaimana alesha yang kikuk di depan sambil mengerjakan soal soalnya. Rara dan adel tertawa kecil dan bella begitu diam dan tenang melihat alesha yang sedang mengerjakan soal matematika di papan tulis. Alesha memang pintar tidak usah di tanya.
"Bu bukan saya doang yang ngobrol tapi teman teman saya juga!" protes alesha sedang mencari alasan untuk kabur.
"Yang mana teman teman kamu?!" tanyanya galak.
Rara dan adel seketika langsung bungkam, keringet dingin menjalani di sekitar tubuhnya. Panik itulah yang di rasakannya. Mencoba untuk pura pura menulis atau membaca.
Alesha menunjuk teman temannya yang di sana. Bu maya menoleh dan langsung berbicara, alesha yang tampak tersenyum kemenangan.
"Kamu bertiga, temannya alesha maju sini!" kata bu maya menunjuk bella, Rara, adel.
Mereka tanpa protes maju, untung bella ikut jadi tidak usah repot repot mikir, di sana juga ada alesha. Mereka berdua itu pintar jadi lega untuk sekedar menjawab soal soal di papan tulis.
"Kamu berempat saya hukum! Merangkum buku sejarah yang ada di perpustakan! Di kumpulkan istirahat." ujar bu maya kepada mereka. Dan di anggukan kepala.
Tanpa basa basi mereka berempat keluar dari kelas. Ada perasaan senang tersendiri mengingat bahwa mereka keluar kelas dan tidak ikut pelajaran guru kiler itu yang membosankan dan membuat kaum hawa dan adam mengantuk. Sorak heboh dari teman sekelas nya itu mereka kesal karna orang orang pintar nya keluar kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROAR √
Teen FictionHanya cerita konyol yang mempertemukan sepasang remaja yang menghabiskan waktunya pada sebuah misi yang tidak penting. Mampir ya silakan. Votenya cantik makasih.