mendekat

414 33 3
                                    

Jangan lupa vote yaaa!

~oOo~

Cowok itu mendekat ke arah Bella, setelah jaraknya cukup dekat dia mengatakan sesuatu yang membuat penonton yang lain diam membeku, "Tumben Ra, nonton basket."

Bella membelak kaget. Jantungnya bergerak cepat. Mampus.

Bella sedang dalam masalah yang besar sekarang, tapi dia mencoba untuk tetap tenang. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya karena menjadi telah menjadi pusat perhatian.

Hening sesaat. Bella tersenyum cangung, ia berusaha mengabaikan tatapan orang-orang di sekitarnya, menjawab kalimat Sam dengan gugup, "Ah-ehm...emang gak boleh, kak?"

Sam terkekeh kecil, "Boleh kok," tangan kanannya mendribble bola dengan santai, dia kembali melanjutkan kalimatnya, "asal nontonin gue."

Skak mat.

Orang yang di sampingnya berbisik pelan, "mampus lo, Bell," teman Bella yang satu itu tidak membantu banyak. Malah terkesan mengejek dirinya.

Cewek yang detak jantungnya masih tidak normal itu menatap Mika dengan tatapan tidak santai, seakan mengatakan, 'temennya lagi susah bukannya di bantuin?!'

Belum sempat Bella membalas, Sam sudah terlebih dahulu berbicara lagi, matanya melirik tangan Bella yang tidak memegang apapun, "Lain waktu kalau mau nontonin gue, bawain minum bisa kali?" Kayanya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Semuanya terdiam.

Hening.

Bella sebenarnya sadar kalo dari tadi seluruh penjuru lapangan menatap dirinya dan kakak kelas hit yang bernama Sam itu. Tapi Sam tidak menyadirinya. Cowok itu justru malah menganggap mereka--Sam dan Bella-- sedang mengobrol berdua saja.

Dan selamatlah Bella, ketika temen Sam yang Bella tau namanya adalah Kevin berteriak memanggil Sam dari ujung lapangan, "Sini boss!"

Gadis yang masih menjadi pusat perhatian itu membalas tatapan Sam, "Lo dipanggil tuh," katanya memberi tahu.

Sam menatap Kevin sebentar, lalu balik lagi menatap Bella, "Ya udah, gue pergi dulu," pamitnya meminta izin, lalu beranjak pergi.

Hembusan nafas yang ditimbulkan Bella terdengar kencang. Detak jantungnya perlahan-lahan berangsur normal.

Sosok itu bergumam, "Akhirnya."

Mika menyenggol lengan Bella menggunakan siku-nya, "Bell?" Mika menatap Bella lamat-lamat. "Kayaknya, kita ada di dalam masalah deh," tutur Mika sambil menatap sekitar yang masih menyorot pada Bella.

Bella menatap sekitar, ingin membuktikan perkataan temannya itu.

Dan benar saja. Banyak pasang mata yang menatap dirinya dengan tidak suka. Terutama dibagian kakak kelas. Mereka menatap Bella dengan tatapan yang.. ehm.. sedikit mengerikan.

Bodo amat. Pikir Bella yang berusaha acuh dengan keadaan sekitar, Bella menarik tangan Mika dengan kasar untuk pergi dari lapangan.

***


Sudah seminggu Bella menjauhkan diri dari Sam, seminggu pula dia tidak menatap cowok itu.

Ada yang beda sedikit, tapi Bella gengsi untuk mengakuinya. Tabiat seorang perempuan.

Terkadang, ego memang menjadi pemenang. Sisi itu lebih dominan menguasai diri kita.

Setelah kejadian seminggu yang lalu di lapangan basket, Sam dan Bella enggan saling bertegur walaupun beberapa kali tidak sengaja bertemu. Keduanya juga tidak chatingan atau apapun itu. Benar-benar saling menjauh.

Hari ini, hari Rabu. Hari dimana Sam, dengan terang-terangan mendekatinya seminggu lalu. Hari kelas XI IPA 1 melaksanakan olahraga.

Bella melirik jam silver yang biasa dia kenakan. Kedua temannya sudah pulang lima belas menit yang lalu, meninggalkan dirinya sendiri. Sekarang cewek itu sedang menunggu jemputan yang entah datang atau tidak.

Keadaan saat ini sudah mulai gelap. Sekolah juga mulai sepi karena jadwal ekskul di SMA Netama hanya mencapai jam empat sore, sedangkan sekarang malah sudah pukul empat lewat sepuluh. Dengan keadaan handphone mati dan tubuh yang lelah, Bella terpaksa harus berjalan kaki untuk sampai rumah.

Bukan karena tidak memiliki uang untuk naik angkutan umum, tapi taksi memang jarang lewat depan sekolahannya. Mau naik angkot pun tidak bisa karena tidak ada angkot yang mengarah kerumahnya. Tidak bisa memesan ojek atau taksi online karena ponsel miliknya sudah mati. Juga ditambah jaman sekarang susah mencari ojek pangkalan.

Jaraknya dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Namun jika berjalan kaki, satu jam baru sampai. Dan juga akan membuat kaki pegal-pegal.

Deruman knalpot dari cbr25 berwarna hitam membuat yang mendengar meringis ngilu.

Dari arah timur Sam datang dengan motor yang tertempel stiker Grexyda di bagian depan body motor.

"Ra, tunggu."

Bella berhenti, menatap datar cowok yang masih setia berada di atas motornya. Ada rasa gerogi ketika dia menatap cowok yang seminggu terakhir ia jauhi.

"Pulang bareng gue, mau?" Ajak Sam dengan senyuman yang riang.

Bella mau saja pulang bareng dengan Sam, tapi tidak dengan gengsinya. Sisi itu memang sangat menyebalkan.

"Gak."

Kalau boleh Bella jujur, ia sangat tergiur dengan ajakan itu. Toh hanya sekedar pulang bareng kan? Tidak ada yang spesial. Itung-itung juga dia sedang memanjakan kakinya.

Sam menggeleng, dia tidak menerima penolakan dari Bella, "Lo tunggu bentar, nanti gue balik lagi." Pinta cowok itu yang langsung pergi ke arah parkiran.

Lima menit setelah itu, Sam datang dengan mobil yang tidak diketahui milik siapa. "Naik, Ra."

Bella menatap Sam sebentar. Dia berfikir mau ikut atau tidak.

Dan setelah difikirkan dengan matang-matang, Bella memutuskan untuk ikut dengan Sam.

Gadis itu masuk kedalam mobil SUV berwarna putih, dan langsung duduk di kursi samping pengemudi. Dia cukup bangga dengan kepekaan yang Sam punya. Cara Sam yang mengganti kendaraanya mengunakan mobil benar-benar memudahkan dirinya yang memakai rok sekolah.

Cowok yang duduk di kursi pengemudi itu memantau pergerakan Bella yang sampingnya. Dari mulai masuk mobil sampai memasang safety belt.

Bella yang merasa diperhatikan pun menengok kearah Sam, "Kenapa kak?"

"Kalau kata lo, Gak apa-apa kan?"

Bella mengaruk tengkuknya yang tidak gatal, ada rasa gugup sedikit ketika Sam mengucapkan kalimat yang sering dia ucapkan.

Sam mendekat ke arah Bella, membuat cewek yang mamakai ransel warna putih itu sadar akan ketampanan yang Sam punya.

Tidak akan kata bosan untuk memuji ketampanan yang Sam miliki. Bagaimana bosan jika cowok itu mempunyai alis yang tebal dan rapih, Sam juga memiliki warna bola matanya hitam pekat. Bulu matanya juga lentik untuk ukuran laki-laki. Punya hidung yang macung, dan yang terakhir bibirnya yang merah alami. Sempurna.

Jarak mereka hanya tinggal sejengkal itu membuat Bella diam. Keduanya saling bertatapan. Dengan jarak sedekat itu, Bella bisa mencium aroma khas Sam yang akhir-akhir ini mulai dia kenali dan berputar-putar di sekitar penciumannya.

Deru nafas Sam yang mengenai muka Bella membuat dirinya merasakan dagdigdug ser tidak karuan.

Mobil yang mereka tumpangi sedari tadi belum beranjak meninggalkan sekolah.

Sam menatap Bella dengan penuh arti, "Semisal gue ngedekitin lo, itu juga gak apa-apa, kan?"

❤💛💚💙🧡🖤

Kalian gimana kabarnya?

Baper ga sama Sam?
Semoga baper ya👉🏻👈🏻

Jangan lupa vote dan komen oke?

Masukin cerita Samuel ke readinglish kalian yaa..

Share cerita ini ke temen, temen kalian.

SamuelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang