Berpisah

255 44 0
                                    

Saat kembali kerumahnya sebelum matahari terbit, wanita paruh baya itu melihat Bryan dengan bibir berlumuran darah. Lalu ia terkejut tak biasanya Bryan pulang terlambat. Lalu ia hendak menanyakan kepada Bryan karena ia merasa khawatir sebelumnya.

" Tttuu.. "

Namun sebelum ia hendak berbicara, Bryan telah memotong pembicaraan terlebih dahulu

" Biarkan aku beristirahat sejenak "

Wanita paruh baya itu merasa cemas. Namun ia sedikit senang karena anaknya telah kembali. Ia membiarkan anak asuhnya itu untuk beristirahat.

Namun sepanjang hari Bryan duduk di atas kursinya dengan tangan di atas mejanya lalu ia memandang ke lilin. ia memikirkan untuk tinggal ke kota. Baginya sangat asyik jika menemukan hal-hal baru. Lalu ia beranjak dari kursinya dan mengarah ke cermin buram yang ada di depannya.

" Ini sangat menyenangkan, darah mereka lebih lezat dari apa yang aku rasakan.. mungkin bisa sesekali menculik manusia-manusia lemah dan meminum darah mereka atau bahkan mandi dengan darah mereka hahahaha "

Ia tertawa menghadap cermin buram tersebut sambil menggoreskan jarinya yang penuh darah manusia yang telah dibunuhnya sebelumnya.

" Lalu bagaimana caranya aku bisa hidup? "

" Aku bisa belajar, dan aku tak kan tau jika tak pernah mencoba "

Tampaknya tekat Bryan telah bulat. Ia tak mengurungkan niatnya malam itu. Lalu ia keluar ruangannya dan berbicara kepada wanita paruh baya itu.

" Aku telah memutuskan akan ke kota "

" Benarkah?, Apa yang membuat Tuan ingin pergi? "

" Aku sudah bosan disini, aku akan mencari kebebasan dan mempelajari hidup manusia "

Wanita paruh baya itu terkejut dan merasa sangat sedih Bryan akan pergi. Ia juga berpikir apakah Bryan akan kembali lagi atau tidak. Bagaimanapun Bryan adalah anak yang telah ia besarkan walaupun bukan anak dari rahimnya.

" Apakah Tuan akan pergi selamanya ? "

Tatkala air matanya jatuh seketika tanpa memberi aba-aba. Ia merasa sedih akan ditinggalkan putra asuhnya itu.

" Aku akan kembali lagi segera mungkin "

Wanita itu merasa sedikit tenang saat Bryan mengatakan ia akan kembali. Namun walaupun seperti itu ia sangat mengkhawatirkan Bryan.

" Tuan, walaupun aku bukan ibu yang melahirkanmu. Tapi aku sangat mencintaimu, aku tak pernah meminta kau juga menyayangiku seperti ibu kandungmu selayaknya. Tapi aku sangat mengkhawatirkanmu. Setidaknya dengarkan lah pesanku ini. Aku mohon jaga dirimu baik-baik, jangan biarkan tubuhmu terkena matahari, dan satu pesanku lagi jangan membunuh manusia yang tak berdosa. "


" Tenang saja, aku bisa mengatasi hal itu "

Kemudian wanita paruh baya itu mengambil guci yang ada sampingnya. Lalu ia mengeruk isi dari guji tersebut.

" Kehidupan di luar sana sangatlah berbahaya. Aku memiliki sedikit harta peninggalan almarhum suamiku. Ini bisa berguna bagimu. Belilah tempat tinggal agar kau tidak kehujanan dan kepanasan. Ini sangat cukup, belilah beberapa pakaian juga untuk menghangatkan tubuhmu dan sebagai pelindungmu. "

Kemudian wanita itu mendekati Bryan dengan memberikan isi dari guci tersebut. Yakni emas batangan dan berlian.

" Tunggu dulu.. "

Lalu wanita tua itu masuk ke kamarnya dan mengambil sesuatu lagi yang ingin ia berikan kepada anak asuhnya itu.

" Aku telah merajut ini sejak lama sebelumnya, sebenarnya aku ingin memberikan ini kepadamu tadi siang. Namun rupanya aku baru bisa memberi ini malam ini. Gunakanlah jaket hangat ini saat kau merasa kedinginan "

Lalu wanita tua itu memakaikan jaket kepada Bryan sambil menangis dan memeluk Bryan pertama kalinya setelah sekian lama terakhir saat ia masih bayi.

" Kau tetap anakku sampai kapanpun. Kembalilah kepadaku suatu saat nanti, aku selalu merindukanmu, putra kecilku "

Wanita paruh baya itu menangis tersedu-sedu, sebenarnya ia tak rela jauh dari putra asuhnya. Namun ia juga tak ingin egois karena putranya juga perlu bahagia. Mengingat umurnya yang sudah semakin tua. Pantas bagi putranya untuk berteman dengan manusia. Agar ia tak merasa kesepian.

" Aku pergi sekarang "

" Iya sayang hati-hati di jalan, jaga dirimu baik-baik di sana "

Lalu ia mengantarkan putra asuhnya itu sampai keluar pagar. Ia melambaikan tangan sembari tersenyum walaupun meneteskan air mata.

Gadis Incaran DrakulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang