kenapa?

190 33 5
                                    

Menjelang semester akhir perkuliahan tiba. Kala itu Bryan berpikir bahwa ia akan mengutarakan cinta kepada gadis pujaannya itu. Ia juga sangat yakin bahwa gadis yang sangat ia cintai juga memiliki rasa kepadanya. Bryan tak mempermasalahkan siapa dirinya sebenarnya, selama penyamarannya tidak pernah diketahui oleh siapapun.

Pagi yang sangat dingin. Cuaca mendung, angin pagi berhembus kencang. Suasana yang tepat bagi Bryan untuk mengajak Emily keluar dan mengutarakan cintanya. Kala itu Bryan telah merangkai bunga yang ia petik untuk ia berikan kepada Emily. Namun bunga itu ia simpan dan diletakkannya di dalam loker mejanya. Ia sangat menantikan kehadiran teman sebangkunya itu.

Pagi itu, walaupun cuaca tak mendukung namun para mahasiswa berusaha tetap hadir. Bryan anak satu itu tak memikirkan tugas akhir perkuliahan seperti yang dipusingkan oleh kebanyakan mahasiswa lain. Ia hanya memikirkan untuk mengutarakan cintanya kepada wanita yang telah mengubah hidupnya selama ini. Ia tak tau kenapa ia sangat menyukai gadis yang ceria itu. Ia sangat menyukainya. Seakan-akan ingin segera hidup bersama dengannya.

Setelah beberapa lama ia menunggu, dan memandang ke arah pintu kelas. Namun Emily tak kunjung datang. Ia kebingungan, tak biasanya Emily bolos kuliah seperti ini. Ia sangat khawatir, apakah Emily sakit?.

Setelah pulang kuliah ia segera mencari Emily. Ia mengunjungi rumah Emily, walaupun selama ini Emily tak pernah memberitahu di mana tempat tinggalnya. Setelah tiba di depan pagar, ia memencet bel. Dan menengok ke arah pintu rumah Emily. Setelah beberapa menit ia menunggu. Ia berpikir tak ada orang di rumah Emily. Ia juga berpikir, akankah ada sesuatu yang menimpa keluarga Emily. Lalu ia segera ke rumah sakit di mana ibu Emily dulu pernah di rawat. Namun petugas memberitahu tidak ada pasien yang baru datang hari itu.

Bryan mencari Emily di tempat Emily bekerja, namun ia mendapat kabar dari si pemilik kafe, bahwa Emily ternyata telah mengundurkan diri sejak sebulan yang lalu. Ia terkejut Emily tak memberitahunya tentang ini. Ia mencari Emily kesana kemari. Ia bingung kemana Emily pergi dan tak memberi kabar sebelumnya kepadanya. Ia mencari Emily dari pagi hingga malam, hampir ke seluruh kota. Namun Emily tak ada. Ia sempat kecewa Emily menghilang tanpa jejak.

Hampir larut malam, Bryan tidak kembali ke rumahnya. Ia duduk di ranting pohon di hutan tempat ia biasa berburu. Sepanjang malam ia duduk terdiam di sana dan memandangi cahaya bulan yang terang. Ia sungguh sangat merasa sedih dan kecewa.

" Kemana kau pergi? "
" Apa yang sebenarnya telah terjadi? "

Ia tak bisa memikirkan apapun malam itu, ia sungguh merasa sangat kecewa dan sangat sedih. Ia merasa hidupnya tak berarti lagi setelah tujuan yang ia cari selama ini telah pergi menghilang begitu saja. Serasa semua kebahagiaan yang baru saja ia rasakan harus segera berakhir. Ia merasa sangat tersiksa.

Kemudian keesokan harinya ia tidak pergi ke kampus. Ia hanya menghabiskan waktunya dengan termenung menyendiri. Tak ada yang ia lakukan sepanjang hari. Namun ia tetap berusaha mencari Emily kembali. Dan mempertanyakan kepadanya atas semua yang telah terjadi. Namun hari itu tetap sama seperti hari kemarin. Tak ada hasil dan tanda-tanda mengenai keberadaan Emily. Lalu ia terpikir untuk menelpon Emily. Ia segera pergi ke salah satu teman perempuan kelas mereka.

Tok.. tok.. tok..

" Iya.. tunggu sebentar "

Kemudian temannya membuka pintu. Ia terkejut dan tak menyangka Bryan mengunjungi rumahnya.

" Hey, Bryan? Benarkah itu kau? Ada apa gerangan yang membuat kau kemari? "

" Aku berharap kau tau tentang Emily "

" Apa? Emily?, Heyy aku pun juga bertanya-tanya, kemana ia pergi "

" Apa kau punya no handphone nya "

" Iya aku punya. Sebentar aku ambil handphone dulu.. "

Kemudian, temannya keluar lagi dengan menggenggam handphone.

" Sekarang, telpon dia "

" Iya.. "

Tut.. Tut.. tut..

" Tidak diangkat, sebenarnya ia kenapa ya? "

" Berikan no telponnya "

" Baik lah, akan aku catat, tunggu sebentar "

Kemudian, temannya memberikan secarik kertas kepada Bryan yang berisi no handphone Emily.

Bryan bahkan membeli sebuah handphone hanya untuk menelpon Emily. Namun hasilnya tetap sama. Tak ada respon sama sekali. Bryan merasa sangat emosi. Ia berpikir Emily telah berubah. Namun ia tetap tak mengurungkan niatnya untuk mencari gadis pujaannya itu.

Gadis Incaran DrakulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang