First impression

212 40 0
                                    

Setelah memiliki tempat tinggal di kota, Bryan ingin mewujudkan tujuannya yakni belajar kehidupan manusia. Ia akan kuliah di Aston University yang sebelumnya telah di daftarkan oleh paman Tom.

Seminggu sudah perkuliahan dimulai, Bryan duduk di bangku belakang sekali pojok kanan, ia selalu memakai jaketnya dan tak pernah berbicara kepada siapapun. Para teman Bryan merasa aneh bahwa ada manusia yang anti sosial yang sangat kelewatan.

Tak jarang ia selalu diperbincangkan terkhusus kaum hawa yang selalu menggunjing tentang pria tampan, mata yang berbinar-binar, beralis tebal, hidung mancung dan hampir memiliki struktur wajah yang nyaris sempurna. Mereka menyayangkan Bryan sangat dingin dan pendiam, tetapi walaupun seperti itu tetap saja Bryan terlihat keren di mata mereka. Tak ada yang berani mengajak Bryan berbicara, karena mereka merasa segan akan sifat dinginnya Bryan.

Lalu ada salah satu dari mereka yang memberanikan diri untuk menegurnya.

" Hay, aku Mark, sudah hampir seminggu kita menjalankan perkuliahan, namun aku masih belum tau siapa namamu? "

Semua melihat percakapan Mark dan Bryan.

" Aku Bryan "

Semua merasa terkejut bahwa nama pria yang tampan dan dingin itu adalah Bryan. Setelah seminggu mereka kenal namun baru kali ini mereka mendengar Bryan berbicara. Kemudian kaum hawa langsung berbondong-bondong mengerumuni Bryan dan menggeser badan Mark.

" Hay Bryan, aku Angel, senang bisa berkenalan denganmu "

" Hay, aku Bella "

" Hay, aku Victoria "

" Hay Bryan, aku Katy, senang bisa mendengar suara indah mu "

Begitulah kaum hawa yang berusaha mengenalkan diri mereka kepada Bryan, namun Bryan tetap diam dan dingin tanpa mengeluarkan sepatah kata pun, ia juga tak merespon mereka. Walaupun seperti itu mereka sangat senang sudah bisa berkenalan dengan Bryan walaupun hanya sebentar. Ia tampak sangat dingin namun tetap di mata mereka Bryan sangatlah tampan layaknya seorang idol.

Tak lama dari itu pak dosen masuk. Semua mahasiswa kembali duduk ke kursi mereka masing-masing, tak terkecuali kaum hawa yang sebelumnya mengerumuni Bryan. Namun, kali ini pak dosen tidak masuk sendirian, melainkan ditemani oleh seorang gadis cantik dan murah senyum. Pak dosen langsung memperkenalkan gadis itu.

" Perkenalkan anak-anak, ini Emily, ia dengan terlambat masuk karena ia baru saja pindah dari kota sebelah, ia juga akan mulai belajar di kelas ini, jadi bapak harap kalian bisa berteman baik dengan Emily "

" Baik pak "

Emily sangat senang akhirnya ia bisa melanjutkan kuliahnya dan menjadi kebanggaan ibu dan adiknya. Ia juga senang karena memiliki banyak teman baru. Lalu kemudian pak dosen mempersilahkan Emily untuk duduk.

" Emily, sekarang kamu boleh duduk di samping Bryan, karena hanya satu kursi saja yang masih tersisa "

" Baik pak, terimakasih banyak pak "

Sebenarnya Bryan tampak tak senang dan tak setuju karena pak dosen menyuruh Emily duduk di sampingnya. Ia lebih nyaman untuk menyendiri, namun ia tidak bisa memprotes pak dosen.

Kemudian Emily berjalan menuju kursinya, ia tersenyum kepada Bryan teman sebangkunya itu, namun Bryan tak membalas senyumnya. Ia terlihat cuek dan tidak pernah mengeluarkan sepatah kata pun.

Setelah Emily duduk di kursinya, pak dosen mulai menjelaskan mata kuliah sains. Ia menjelaskan materi di depan kelas. Semua mahasiswa mencatat apa yang disampaikan oleh pak dosen, terkecuali Bryan. Ia hanya diam dan mendengarkan tanpa melalukan apapun yang biasa dilakukan oleh mahasiswa pada umunya.

Emily merasa bingung dan heran, namun ia mengabaikan sikap Bryan yang aneh, ia tetap fokus untuk mendengarkan dan belajar.

Setiap hari, bahkan berhari-hari, Emily memperhatikan bahwa Bryan selalu diam dan tak melalukan apapun pada bukunya. Ia bingung apa sebenarnya yang telah terjadi pada Bryan. Lalu setelah hampir beberapa hari mereka duduk bersama, Emily memberanikan diri menegur pria dingin itu.

" Hey, apa kamu tidak mau mencatat pelajaran? "

Emily bertanya kepada Bryan dengan harapan ia menjawab pembicaraan Emily setelah lama tak saling menegur. Namun Bryan tetap sama, ia tetap diam dan tak menjawab sepatah kata pun. Ia hanya menoleh ke arah Emily. Emily pun merasa heran mengapa Bryan selalu cuek bukan hanya kepada dirinya melainkan seluruh teman-teman nya. Emily berpikir akankah ia mengetahui alasan dari sikap Bryan, akankah ia bisa berteman baik dengan Bryan, dan membuat Bryan menjadi orang yang ceria.

Gadis Incaran DrakulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang