4. BU TRIMBLE

119 8 3
                                    

Luke ternyata sangat menyenangkan, sebagai teman. Memang anak itu agak ketolol-tololan. Membaca dan menulis pun hanya bisa sedikit-sedikit saja. Tapi ia banyak mengenal hal-hal yang sama sekali tidak diketahui anak-anak.

Misalnya saja, ia pandai membuat peluit dari ranting-ranting yang berlubang sebelah tengahnya. Sejumlah peluit buatannya dihadiahkan olehnya pada Bets. Diajarinya anak kecil itu memainkan lagu-lagu dengan peluit-peluit itu. Bets senang sekali.

Lalu ia juga mengenal segala jenis burung yang ada di daerah pedesaan itu. Ia tahu di mana mereka membuat sarang, seperti apa wujud telur mereka, serta bunyi kicauan burung-burung itu. Kelima anak teman barunya dengan cepat merasa bergembira apabila diajak berjalan-jalan oleh Luke. Segala ceritanya didengar dengan asyik. Mereka semua mengaguminya.

"Aneh, dia bisa mengetahui segala hal yang diceritakannya — padahal membaca dan menulis dengan benar saja tidak bisa," kata Pip. "Dan dia juga sangat cekatan dalam bertukang. Binatang dan burung bisa diukirnya dengan cepat dari potongan-potongan kayu. Lihatlah tupai ini, yang diukirkannya untukku."

"Ia sekarang sedang membuat patung Dark Queen untukku," kata Bets dengan bangga. "Ia akan membuatnya persis seperti kucing itu, sampai-sampai ke gelang bulunya yang berwarna kuning susu di ekornya yang coklat tua. Kata Luke patung itu akan dicatnya persia yang asli — sampai dengan matanya yang biru."

Dua hari kemudian patung Dark Queen dari kayu itu selesai diukir oleh Luke. Anak-anak begitu mendengar bunyi siulannya di balik tembok, langsung datang mendekat untuk melihat kenapa ia memanggil. Saat itu Luke menyerahkan patung kucing itu.

Patung itu benar-benar hebat! Bahkan Fatty yang menganggap dirinya hebat dalam segala bidang seni — bahkan dia pun terkagum-kagum melihatnya. Diamat-amatinya patung itu dengan penuh perhatian.

"Bagus, Luke," katanya kemudian. "Perwarnaannya juga hebat — kuping, muka, kaki dan ekor berwarna coklat tua, sedang bulu badannya kuning susu — lalu matanya yang biru cerah! Bahkan gelang bulu berwarna kuning susu di tengah ekor Dark Queen yang coklat tua, tak lupa kau warnai dengan tepat. Di tempat itu kan dia digigit kucing lain?"

"Betul," kata Luke. "Tapi lambat-laun akan menjadi coklat tua lagi. Kata Nona Harmer, perbedaan warna itu tidak akan mengurangi nilainya dalam pameran."

"Bagaimana kabar Pak Tupping hari-hari ini?" tanya Pip.

"Wah, gawat!" keluh Luke. "Kepingin rasanya tidak bekerja sebagai bawahannya. Bisanya cuma marah-marah melulu. Aku selalu takut saja, kalau ia mengadukan diriku pada ayah tiriku. Kalau itu sampai terjadi, pasti aku akan dipukul. Ayah tiriku tidak suka padaku."

Kelima anak itu merasa kasihan pada Luke. Kelihatannya, kehidupannya tidak menyenangkan. Padahal ia ramah dan murah hati, selalu siap membantu kalau diperlukan. Ia sayang sekali pada Bets, dan selalu membela apabila Pip mengganggu adiknya. Padahal Pip sering mengganggu Bets.

Buster juga sangat memuja Luke.

"Ia merasa berterimakasih padamu, karena menyelamatkan dirinya dari pukulan Pak Tupping," kata Fatty, sambil memperhatikan betapa Buster berusaha naik ke atas pangkuan Luke. Napas anjing itu terdengar terengah-engah. Bukan karena capek, tapi karena asyik.

"Dia memang anjing manis," kata Luke. "Aku senang pada anjing. Memang sedari dulu sudah suka. Tapi aku juga suka pada kucing. Kucing itu binatang yang indah, ya?"

"Tadi kami melihat ada seseorang dalam kebunmu," kata Larry. "Seorang wanita setengah umur. Badannya kurus sekali, dengan hidung agak merah, kacamata yang saban kali terjatuh dari hidungnya. Rambutnya disanggul. Kecil, menempel di tengkuk. Siapa dia? Itukah Lady Candling?"

"Wah, bukan," jawab Luke. "Dia itu peneman Lady Candling. Namanya Bu Trimble. Ia takut terhadap Pak Tupping! Soalnya, Bu Trimble bertugas memetik bunga untuk dipajang dalam rumah. Kalau ia kebetulan sedang memetik bunga dan Pak Tupping kebetulan ada di kebun, Pak Tupping pasti selalu membuntuti seperti anjing yang siap hendak menggigit. Ia selalu mengomentari, 'Jika Anda memetik bunga mawar lebih banyak lagi, pohonnya bisa mati!' Atau, 'Jika Anda memetik bunga apiunku itu, pasti akan rontok nanti — Anda tidak boleh memetiknya pada saat matahari sedang menyinarinya.' Pokoknya, hal-hal kayak begitulah yang terus-menerus dikatakannya. Kasihan wanita tua itu, ia gemetar ketakutan. Aku benar-benar kasihan padanya."

PASUKAN MAU TAHU: BUKU: 2 (DUA) EPISODE: MISTERI KUCING SIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang